Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. -- Kejadian 15:6
Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. -- Roma 4:19-22
"Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Karena itu Abraham disebut: "Sahabat Allah." -- Yakobus 2:23
Dua puluh lima tahun telah lewat sejak Abram dipanggil meninggalkan tempat kediamannya sampai ke peristiwa yang dicatat di nas ini. Ini merupakan yang ke lima dari sembilan rangkaian penyataan Tuhan dan firman-Nya kepada Abram. Pasti ada hal penting dalam peristiwa ini, dan diperkaya oleh pemaknaan nas-nas PB kita boleh mengambil banyak pelajaran tentang berbagai aspek iman, pertumbuhannya dan damoaknya.
Dari tiga janji berkat Tuhan kepada Abram, yang paling sentral adalah janji beroleh keturunan. Justru janji ini yang semakin Abram menjalani panggilan Tuhan semakin tampak menjauh kemungkinannya untuk dapat digenapi. Berulang kali nuansa keraguan dan kecemasan tentang keturunan ini muncul di pasal ini. Dua puluh lima tahun penantian ini menjadi semacam pengujian yang meluruhkan semua dasar-dasar potensi manusiawi bagi penggenapan janji tersebut. Maka yang terjadi pada Abram adalah dari belajar memercayai janji Allah, berharap janji itu dapat digenapi melalui cara yang lebih masuk akal (mengadopsi hambanya Eliezer) sampai sepenuhnya hanya mengandalkan Tuhan sendiri -- kesungguhan janji-Nya, kesanggupan-Nya menggenapi janji itu, kesetiaan-Nya mengingat dan memenuhi janji-Nya -- Dan, ketika sampai di iman yang sepenuhnya mengandalkan sang pemberi panggilan dan janji, di sinilah ia diperhitungkan sebagai orang benar. Secara khusus surat Roma dan Galatia menyorot hal ini sebagai prinsip pembenaran dalam proses keselamatan yang dihasilkan oleh Tuhan Yesus untuk orang yang memercayai Dia. Sejauh ini kita melihat jatuh-bangun moral-spiritual Abram yang hanya menegaskan bahwa ia bukan orang benar, jauh dari sempurna. Tetapi karena imannya sungguh ditujukan kepada Tuhan maka itu menjadi dasar untuknya diperhitungkan oleh Tuhan sebagai kebenaran. Dan dari pembenaran ini boleh tumbuh persatuan iman lebih dalam yang menghasilkan beragam perubahan hidup dan pewujudan janji-janji Allah seterusnya. Sisi kelanjutan dari iman yang diperhitungkan benar ini yaitu pertumbuhan persahabatan antara Abram dan Allah ini yang dilihat oleh Yakobus.
Iman dan pembenaran adalah bagian dari proses pertumbuhan persahabatan antara kita dan Allah; proses persahabatan ini mengandung aspek pemurnian sifat dan dasar iman kita, pengerahan percaya lebih dalam kepada Tuhan, dan pengenalan makin nyata dan intens akan diri Tuhan. Dalam bahasa soteriologis ini adalah pembenaran, pematian diri, pengambilan kuasa dan karya Tuhan, pengudusan dan pemuliaan seterusnya sampai ke konsumasi (penyempurnaan keselamatan kita kelak). Kiranya kita boleh menjalani proses persahabatan iman ini semakin riil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar