Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: "Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar." Abram menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu." Lagi kata Abram: "Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku." Tetapi datanglah firman TUHAN kepadanya, demikian: "Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu." -- Kejadian 15:1-4
Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. -- Efesus 6:13
Sesudah menang gemilang, berhasil menyangkal diri, dan diberkati oleh Melkisedek mengapa datang firman Tuhan agar Abram tidak takut? Kok bisa? Apa yang ia takuti?
Dalam perjuangan orang bisa takut sebelum berjuang -- takut kalah, takut tidak bisa; atau orang bisa takut sesudah berhasil dalam perjuangan -- takut karena menyadari berbagai kerentanan diri dan sifat tidak mutlak dari keberhasilan yang telah dicapai. Yang terjadi pada Abram adalah takut sesudah menang. Ketakutannya ini sangat mungkin merupakan gabungan dari tiga unsur. Pertama, dalam keheningan kesendiriannya ia mungkin tiba-tiba menyadari betapa bahaya situasi dirinya, Ia hanya peternak pengembara bukan kepala pasukan perang. Ia belum memiliki teritorial wilayah tetapi baru menjelajah menjajagi wilayah yang akan Tuhan berikan kepadanya. Bagaimana bila lima kerajaan yang dikalahkannya menyusun kekuatan kembali dan menyerangnya balik? Kedua, penyangkalan dirinya untuk tidak mengambil pemberian dari raja Sodom bisa jadi dalam kilas pikirnya secara manusiawi terasa sebagai pengorbanan berlebihan dan kerugian. Bukankah ia memang telah berjasa melepaskan mereka. Andai ia menerima pemberian itu bukankah itu wajar saja, dan tidak perlu disamakan seakan ia menarik upeti yang justru memang harus dibayar rutin oleh raja-raja jajahan itu? Ketiga, untuk apa semua kemenangan dan berkat dan keberhasilan itu sementara ia tidak juga punya keturunan?
Ke dalam berbagai kegelisahan yang ia alami ini -- datanglah firman Tuhan yang luar biasa ini "Janganlah takut" -- pertama dari rangkaian penguatan yang sama sekujur Alkitab yang kata peneliti statistik ayat Alkitab cukup untuk sepanjang hari-hari setahun kita -- 365 kali banyaknya. Yang lebih hebat lagi adalah ucapan Tuhan berikutnya: Akulah perisaimu, Akulah pahalamu... Jika Tuhan sendiri perisai atas ancaman bahaya dari luar dan dari dalam; Jika bukan sekadar akan memberikan berkat tetapi diri Tuhan sendiri merupakan pahala... mengapa perlu takut, rugi, gelisah? Kita perlu mengenakan selengkap senjata Allah bukan saja supaya dapat menang dalam peperangan iman, tetapi supaya tetap berdiri teguh sesudah berhasil di satu fase dan siap maju ke fase berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar