Berkatalah Manoah kepada isterinya:
"Kita pasti mati, sebab kita telah melihat Allah."
Tetapi jawab isterinya kepadanya:
"Seandainya TUHAN hendak membunuh kita, maka tidaklah Ia menerima korban
bakaran dan korban sajian dari tangan kita dan tidaklah Ia memperlihatkan
semuanya itu kepada kita dan tidaklah Ia memperdengarkan hal-hal yang demikian
kepada kita pada waktu sekarang ini." - Hakim-hakim
13:22-23
Dalam
reaksi panik Manoah terkesan ada hikmat. Ia tahu Allah Israel kudus adanya dan manusia
berdosa yang menatap Dia tidak dapat bertahan hidup. Ingat bagaimana Yesaya
ketika melihat Allah di Bait (Yes. 6)? Hanya penyelamatan dari Allah sendiri
dapat meredakan ketakutan ini. Kepanikan itu membuktikan bahwa meski Manoah teliti,
ia tidak kenal benar agamanya. Ia belum menyadari bahwa Allah dapat diandalkan.
Istrinya tahu hal ini. Ia tahu Allah tidak menarik kembali rencana-Nya; jika Ia
meninggikan orang, Ia tidak menolak mereka; jika Ia mengikat diri dengan
janji-janji-Nya Ia akan memegang perkataan-Nya. Ia memberitahu suaminya bahwa
Allah pasti tidak akan melenyapkan mereka sesudah menerima kurban bakaran
mereka dan memberitahu tentang kelahiran anak mereka serta rencana ilahi
untuknya. Singkat kata ia berkata kepada Manoah: Allah tidak berubah-ubah – Ia
konsisten! Tenanglah! Bersukacitalah!
Reaksi panik pada saat stres dan
trauma membawa kita ke kesimpulan salah.
“Allah
telah melupakan kita.” “Allah membinasakan kita.” Bagaimana menjawabnya?
Tuhan, kasih-Mu di masa lalu melarang kami berpikir
Engkau akan meninggalkan kami tenggelam dalam masalah! Terima kasih atas
kesetiaan-Mu kepada maksud-Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar