Kata
asal untuk munafik (hipokrit) ialah pemain drama.dalam
teater purba, jauh hari sebelum ada alat rias, para aktor memakai topeng yang
menampilkan tokoh yang ia perankan. Semua yang menonton akan keliru bila
menyangka bahwa mereka melihat manusia dengan sifat atau kehidupan nyata. Yang
mereka lihat hanya orang-orang memainkan berbagai tokoh dan adegan, untuk
menghibur, menimbulkan kesan dan dipuji.
Maka Yeus memberitahu para murid-Nya
untuk tidak hipokrit – dalam hal ini
orang Farisi – dalam persembahan, doa, dan puasa (Mat. 6:1-18). Orang Farisi,
menurut Yesus, hanya melakukan tindakan-tindakan supaya dilihat dan dianggap
saleh oleh orang yang melihatnya. Tetapi Allah tidak suka dengan sikap itu.
Allah akan melihat tetapi tidak bertepuk tangan, sebab Ia tahu bahwa tujuan
tindakan itu bukan untuk-Nya tetapi untuk diri mereka sendiri.
Yesus memegang prinsip jauh lebih
tinggi seperti dalam ucapan bahagia keenam: “Berbahagialah orang yang suci
hatinya, sebab mereka akan melihat Allah”(Mat. 5:8). Murni hati berarti lebih
dari sekadar memiliki hati dan pikiran yang bebas dari pikiran dan hasrat yang
biasa disebut najis; melainkan hal itu adalah sikap yang menempatkan Allah
sendiri sebagai tujuan dan menginginkan kesukaan, kehormatan, pengenalan,
pemujaan, dan keakraban dengan-Nya lebih di atas segalanya.
Paruh pertama Matius 6 seluruhnya
adalah khotbah tentang kemurnian hati dengan tiga lukisan kegiatan hidup para
murid – memberi, berdoa, dan berpuasa. Tidak boleh ada kemunafikan,
kedangkalan, keanehan atau pameran dalam hal-hal ini atau lainnya dalam ibadah
dan pelayanan Kristen.
Tuhan, di mana ada motif yang tak murni
dalamku, tolongku mengakuinya dan tidak berpura-pura itu tidak ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar