Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. -- Efesus 2:8-9
S'mua kar'na anug'rah-Nya, dib'rikan kepada kita... Demikian lagu indah yang dengan tepat menyiratkan bagaimana Tuhan memperlakukan manusia, bukan saja dalam penciptaan baru (penyelamatan) melainkan sudah dari mulanya dalam penciptaan asali. Allah mencipta segala sesuatunya lengkap sebelum terakhir mencipta manusia sang mahkota ciptaan. Ia menyediakan segala sesuatu yang manusia perlukan untuk dapat hidup berkelimpahan dan mengerjakan mandat yang Ia percayakan kepada manusia. Cara Kejadian menghitung waktu menegaskan prinsip anugerah ini. Alkitab menghitung hari bukan sebagai pagi dan petang, tetapi sebagai petang dan pagi. Hari dimulai bukan dengan periode untuk manusia bekerja tetapi dengan periode ketika manusia tidur. Hari manusia melaksanakan tugas untuk mengelola bumi mulai sesudah ia lebih dulu menikmati hari perhentian (Sabat), baru sesudah itu mulailah hari pertama kerja manusia. Singkatnya prinsip hidup manusia bukan berdasarkan jasa tetapi berdasarkan anugerah. Dilayani baru melayani, dikuatkan baru bekerja, dicukupi baru menghasilkan. Meski dengan mendayu-dayu kita nyanyikan prinsip ini dalam lagu indah tadi, tetapi dalam praktiknya banyak orang Kristen tidak menganut prinsip anugerah tetapi prinsip jasa, baik untuk dirinya dan akibatnya juga terhadap orang lain: seperti, dalam pola kita mendidik anak, dalam pergaulan keseharian, dalam hubungan suami-istri, dalam perlakuan kepada partner kerja terutama bawahan, dlsb. Jika kita sungguh sudah menikmati anugerah Tuhan, tidaklah klop bila kenyataannya perlakuan kita terhadap sesama hampa kemurahhatian.
TIPS: Prinsip jasa atau prinsip anugerah yang lebih menciptakan iklim yang memanusiakan manusia?
Doa & Syafaat: Mohonlah Roh menunjukkan entah dalam hubungan keluarga, pertemanan, pekerjaan kita ternyata jauh dari mempraktikkan anugerah. Mohonlah Roh meniatkan kita mewujudkan anugerah dalam berbagai kegiatan hidup kita dalam konteks apa pun.
Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hokum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar