Kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir. Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu. -- 1 Petrus 1:5-9
Tiga kali dalam nas singkat ini Petrus bicara tentang sukacita -- dua kali dalam kata kerja dan satu kali dalam kata benda. Bersukacita dalam kesukacitaan yang melimpah dan tak terkatakan adalah ciri orang yang mengalami keselamatan dari Tuhan. Dari semua kondisi yang terjadi dalam diri orang, kasih dan sukacita adalah dua yang tidak dapat disembunyikan dan ditahan. Bukan saja itu, keduanya dalam orang percaya terjadi secara tidak bergantung pada kondisi natural. Kita mengasihi Kristus meskipun kita belum melihat Dia, kita bersukacita dengan sukacita melimpah yang tidak terkatakan baik di dalam kesukaran dan pencobaan maupun dalam penantian sampai keselamatan itu dinyatakan penuh.
Bagaimana kita boleh limpah dengan sukacita mulia demikian? Jawabannya yang komprehensif adalah renungkan, selami, hayati secara mendalam oleh pertolongan Roh semua kebenaran tentang pemilihan, pemercikan oleh darah Kristus, pengudusan, kelahiran baru, warisan kekal dan kasih kepada Kristus. Jawabannya secara singkat dalam ayat 8 karena keselamatan jiwa sudah kita capai dalam kekinian percaya kita. Bagaimana mungkin yang masih kita imani dan harapkan sudah teralami kini? Itulah kenyataan yang diimplementasikan Roh dalam jiwa kita dan yang kelak secara penuh -- tubuh kebangkitan dan jiwa mulia sempurna -- masuk dalam kemuliaan kekal Allah. Dan sebagaimana dalam pengalaman keseharian ada hubungan tak terpisahkan antara sukacita dan kasih demikian pun penghidupan keselamatan kekal itu menjadi nyata di dalam kasih aktif kita kepada Kristus.
Adakah kasih dan sukacita meluap-luap dalam hati sampai tak tertahankan menggejala dalam senyum-tawa, rona wajah, memuji Tuhan penuh semangat melibatkan bahasa tubuh juga, tutur kata yang tak tahan untuk tidak menceritakan tentang kisah Yesus kepada siapa yang kita jumpai,...? Semoga kasih dan sukacita kita tidak pernah pudar oleh waktu atau kondisi hidup yang berubah-ubah. Kiranya pengetahuan doktrinal kita terhubung dengan realitas batiniah kita dan bahasa tubuh kita -- baik dalam berbagai situasi keseharian maupun dalam ibadah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar