Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. -- Ibrani 2:14-15
Tetapi Engkau, TUHAN, janganlah jauh; ya kekuatanku, segeralah menolong aku! Lepaskanlah aku dari pedang, dan nyawaku dari cengkeraman anjing. Selamatkanlah aku dari mulut singa, dan dari tanduk banteng. Engkau telah menjawab aku! -- Mazmur 22:20-22
Penyelamatan bukanlah hal sepele dan gampangan, baik bagi manusia berdosa yang membutuhkannya maupun untuk TUHAN yang merupakan sumbernya. Kita sering menganggap penyelamatan semudah kita menarik tangan anak menjauh dari binatang yang ingin menyerangnya. Kita berpikir bahwa penyelamatan sama dengan peluputan -- tindakan Allah menghindarkan kita dari kebinasaan. Penyelamatan bukan peluputan atau penghindaran sebab pada kenyataannya menurut Alkitab semua manusia telah dijangkiti penyakit dosa, telah dibelenggu oleh kuat-kuasa kejahatan dan maut, serta murka sesungguhnya tengah bekerja di dalam semua manusia. Maka peliknya penyelamatan dilihat dari kondisi manusia: bagaimana dosa, maut dan iblis yang telah beroleh ruang dan hak atas manusia boleh dihancurkan kekuatan dan haknya sambil si manusia sendiri dibebaskan, disembuhkan dan dipulihkan? Dan lebih pelik lagi ditinjau dari ke-ada-aan Allah yang kudus dan adil dan kasih: bagaimana sifat-sifat-Nya boleh tidak saling dilemahkan karena menyelamatkan pihak yang sedang dirusak dosa?
Yesus Kristus menerima kesengsaraan dahsyat sampai kehilangan yang sangat Ia kasihi (terjemahan beberapa versi Inggris untuk "nyawaku" adalah "my darling" -- "my only dear one" -- maksudnya hidup-Nya sendiri satu-satunya yang begitu berharga bagi-Nya), sampai mengalami TUHAN benar-benar tidak menjawab Dia sejak dari Getsemani sampai ke Golgota -- jauh dari-Nya padahal sejati-Nya Ia sebelum berinkarnasi menjadi manusia, Ia dan Bapa dan Roh itu sehakikat, serasi, sekehendak, tetapi kini sang manusia Kristus jelmaan-Nya harus mengalami TUHAN jauh. Dan semua kejahatan, kebengisan iblis dan semua anteknya mulai dari Yudas, para pemimpin agama yang menolak Dia, Hanas, Kayafas, Pilatus, Herodes, para prajurit Romawi... persis singa buas, banteng liar mematikan menyerang Dia -- tubuh-Nya praktis hancur, tercabik-cabik, berlubang-lubang dan akhirnya terbujur kaku di lubang gua kubur-Nya.
Yesus Kristus bukan saja meluputkan kita dari bengisnya dosa, maut dan murka tetapi Ia mengambil semua konsekuensi dosa, ngerinya maut dan dahsyatnya murka ke atas diri-Nya, hidup-Nya yang sedemikian berharga untuk-Nya dipersembahkan-Nya kepada Allah supaya boleh menghidupkan kita yang ada dalam maut. Karena itu tidak boleh ada alasan fatalistik apa pun untuk kita tidak bisa lepas dari problema, dilema sepelik sedahsyat apa pun. Salib dan Kubur yang esok kita rayakan sudah menjadi kosong karena Ia bangkit adalah bukti bahwa belenggu dosa telah diremukkan-Nya, sengat maut dari si iblis telah dipunahkan bisanya dan hidup-Nya siap mengaliri darah-daging-otak-nafas-otot.. kita menjadi baru! Amin.