"Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya. Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. -- Lukas 22:42-44
Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku; kekuatanku kering seperti beling (bejana pecah), lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku. -- Mazmur 22:15-16
Beginilah suasana batin sang Mesias sebagai puncak dari ketaatan-Nya penuh kepada Allah, sebagai konsekuensi kerelaan-Nya menjadi Manusia sejati yang diurapi untuk tugas penyelamatan umat TUHAN di seantero dunia. Apa yang dialami Yesus Kristus di Getsemani, di pengadilan Kayafas-Pilatus-Herodes, di salib sebagian digambarkan dalam nas ini.
"Seperti air aku tercurah..." -- bandingkan dengan ini: Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah bertetesan ke tanah. Entah bagaimana penjelasan medis dan psikologis tentang gejala ini -- hanya Ia yang tahu benar betapa ngeri dan dahsyat apa yang harus Ia hadapi dan tanggung beberapa jam berikutnya.
"Segala tulangku terlepas dari sendinya..." -- seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya -- Ia yang sepanjang hidup-Nya demikian lekat dalam hadirat Allah dan penuh manifestasi kuat-kuasa urapan Allah kini bahkan untuk menyanggah postur-Nya sendiri kehilangan kesanggupan itu.
"Hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku, kekuatanku kering seperti pecahan bejana..." -- Ia sangat ketakutan dan makin sungguh-sungguh berdoa. Ia sudah rela menyatu penuh dengan kehendak Bapa, suka memikul segala konsekuensi penyelenggaraan misi penyelamatan umat berdosa yang dikasihi Allah.
"Lidahku melekat pada langit mulutku, dan dalam debu maut Kauletakkan aku..." -- terhadap berbagai pertanyaan interogasi para penguasa "Ia tetap diam" -- bukan sekadar karena enggan bicara dan menganggap tak berfaedah menjawabnya melainkan menurut mazmur ini karena tenaga-Nya sudah sedemikian melemah hampir habis.
Getsemani-Via Dolorosa-Golgota -- Inilah cara, harga, nilai penyelamatan-pengampunan-pembenaran-pengudusan-pengangkatan menjadi anak-pemberian warisan kekal-pemuliaan untuk kita semua yang sungguh mempercayakan diri kepada Yesus Kristus. Jika serela ini Allah memberi mungkinkah Ia menahankan segala yang kita perlukan dalam hidup ini supaya boleh hidup kudus berkelimpahan di dalam Dia? (Roma 8). Jika semahal ini harga tebusan kita masih enggankah kita dari mempersembahkan -- tubuh, otot, keringat, pikiran, talenta, waktu, kocek, imajinasi... kita sebagai ungkapan syukur untuk kemuliaan-Nya dan kemajuan Kerajaan-Nya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar