...Ini adalah kasih karunia yang benar-benar dari Allah. Berdirilah dengan teguh di dalamnya! Salam kepada kamu sekalian dari kawanmu yang terpilih yang di Babilon, dan juga dari Markus, anakku. Berilah salam seorang kepada yang lain dengan cium yang kudus. Damai sejahtera menyertai kamu sekalian yang berada dalam Kristus. Amin. -- 1 Petrus 5:12-14
Gereja di Babilon di akhir surat Petrus ini mengirim salah kepada gereja kaum yang tersebar dan merantau di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia (1:1). Babil, di samping merujuk ke Babil era kekacauan bahasa-bahasa dan Babil dinastinya Nebukadnezar era pembuangan Israel, juga digunakan dalam Alkitab sebagai kiasan untuk kota atau sistem pemerintahan yang tidak benar. Yang dimaksud nas ini ialah Roma. Hubungan penjajah dan terjajah kita tahu sangat tidak harmonis. Demikian pun antara Roma dan wilayah Romawi luas taklukannya dari waktu ke waktu sering terjadi ketegangan horisontal.
Dalam salam yang merujuk kepada anugerah kuat Allah, keterpilihan bersama orang percaya di Roma dan di wilayah-wilayh perantauan itu, dan damai sejahtera yang mengokohkan kehidupan terdapat jalinan saling ingat, saling memerhatikan, saling mengasihi, saling mendoakan yang diungkapkan secara indah-hangat dengan menyebutkan dua hal: salam (sambutan -- harfiah menggambarkan tangan terbuka menyambut) dan cium kudus yaitu ungkapan kasih dalam hubungan persaudaraan iman. Tembok setebal apa pun, jarak sejaun mana pun, sistem politis dan kesenjangan ekonomi seberat apa pun tidak dapat melumpuhkan apalagi meniadakan jalinan persaudaraan iman dan ungkapan kasih mesra di antara sesama orang pilihan Allah.
Masa kini kenyataan kesatuan persaudaraan iman dan ungkapan kasih mesra antar sesama orang percaya tidak saja terancam oleh jarak dan keragaman lokal, regional dan nasional tetapi lebih hebat ancaman yang datang dari merasa diri cukup entah secara doktrinal, denominasional, experiensial, atau tradisional. Dari belajar uraian kebenaran oleh Petrus dan ungkapan kepedulian di akhir suratnya ini, hendaknya kita berjuang menghayati Doa Imam Besar Agung di Yohanes 17, yaitu secara aktif lebih menyadari dan mengusahakan kebenaran esensial yang ditopang oleh kasih ketimbang membesar-besarkan keragaman di sekitar hal-hal sampingan. Mari kita sadari bahwa pertaruhan dari perjuangan aktif kesatuan antar pengikut Kristus adalah kesan dan respons dunia kepada Yesus Kristus sendiri. Mari dalam doa dan ibadah dan aksi komunal-sosial kita tunjukkan bahwa KITA adalah pengikut Kristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar