I have set the LORD always before me; because he is at my right hand, I shall not be shaken. (ESV)
I did place Jehovah before me continually, Because--at my right hand I am not moved. (YLT)
I am always aware of the LORD's presence; he is near, and nothing can shake me. (GNB)
Sejak manusia jatuh dalam dosa hadirat TUHAN tidak lagi dapat dialami manusia sebab kekudusan dan keberdosaan saling bertolakan. Manusia bukan saja diusir dari hadirat TUHAN, dosa malah membuat manusia menjauh dari Dia. Bahkan sesudah orang percaya kepada Yesus Kristus dan dipulihkan status dan haknya untuk berhubungan dengan Allah sebagai anak dan Bapa, dan sang Imam Besar Agung -- Immanuel -- berjanji akan menyertai selama-lamanya, masih saja hadirat-Nya belum sepenuhnya menjadi pengalaman kesukaan kita. Salah satu sebabnya adalah karena kita lebih mantap akan kesanggupan sendiri ketimbang campur tangan Tuhan, kita lebih suka otonom ketimbang mengandalkan pihak lain kendati itu adalah TUHAN. Inilah salah satu bekas dosa yang mengakar yang perlu dengan sadar kita tolak.
Satu-satunya manusia sejati yang sungguh secara sadar menempatkan YHWH dalam lingkup kesadaran dirinya adalah Sang Mesias. Penyertaan TUHAN Allah tidak dianggap-Nya gampangan atau memang sudah semestinya, melainkan Ia sendiri pun secara sadar menjadikan hadirat Allah sebagai pusat perhatian-Nya, tujuan-Nya, andalan-Nya, sumber dari segala yang Ia butuhkan sepanjang karier-Nya sebagai Mesias. Bukan saja Ia menjadi tangan kanan Allah, Allah pun ditempatkan-Nya senantiasa -- bukan sewaktu-waktu pada waktu kepepet, pada waktu ada keperluan tertentu -- di sebelah kanan-Nya -- gambaran kehormatan dan perlindungan.
Karena Ia senantiasa hidup aktif dalam hadirat Allah, Ia layak menjadi penyelamat, penyembuh, pelindung, pembaru, penyerta kita senantiasa. Karena ada rintisan keteladanan-Nya yang berhasil penuh hidup dalam hadirat Allah, kita memiliki teman yang mendampingi kita senantiasa agar kita pun -- melalui manfaat karya-Nya dan teladan hidup-Nya -- boleh hidup senantiasa dalam hadirat Allah. Oleh Dia dan seperti Dia hendaknya kita beriman aktif menempatkan Allah di pemandangan kesadaran kita. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar