Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang banyak. Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya: "Ia menyerah kepada TUHAN; biarlah Dia yang meluputkannya, biarlah Dia yang melepaskannya! Bukankah Dia berkenan kepadanya?" -- Mazmur 22:7-9
Seruan demi seruan mengungkap kedahsyatan penderitaan lahir-batin yang dialami sang hamba yang menderita. Satu per satu nubuatan tentang penderitaan-Nya khususnya di Yesaya (syair hamba yang menderita -- Yesaya 49, 50, 53 -- diawali di Yes 41 dengan penyebutan "si cacing") tampil dalam seruan si penderita di mazmur ini. Dan apabila kita merenungkan seluruh mazmur ini dengan suasana sengsara Kristus sebelum-sementara-sesudah salib -- kita menyadari inilah mazmur Kristus yang menderita.
Sejatinya orang yang diurapi TUHAN, yang senantiasa memelihara diri hidup dalam hadirat dan kehendak-Nya (ingat Mazmur 16), yang dikenan TUHAN (psl 21) tetapi kini oleh orang sekitarnya ia dianggap cacing -- bukan manusia. Ingat bukan, bagaimana bahkan adik-adik Kristus sendiri menganggap Dia gila? Bahkan sebagian orang menganggap Dia kerasukan Beelzebul? Ingat berbagai olokan, hinaan keji yang Ia tanggung di hadapan pengadilan majelis agama, Herodes, Pilatus? Bagaimana Ia diludahi, ditelanjangi, disiksa dengan keji, dan saat tergantung di salib tak berdaya memang cemoohan paling menghina diteriakkan orang seperti yang dicatat dalam Lukas 23:35. Sengsara yang ditimbulkan oleh ucapan menghina ini lebih menusuk sakit melalui kulit-syaraf-otot-daging ke hati terdalam. Bukankah cemoohan dahsyat itu sesungguhnya menelanjangi kedegilan hati mereka, yang menolak Dia yang menderita karena mereka, dan Allah sendiri yang memilih melalui Sengsara Orang yang dikasihi-Nya untuk menyelamatkan umat-Nya?
Roh di dalam kita kiranya sedemikian memuliakan penderitaan Kristus untuk kita sehingga kita menjaga betul agar kata dan akta kita tidak sedikit pun mengabaikan Dia apalagi membuat orang lain menghina-menolak Dia karena kita. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar