Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.
Lukas 24:27
Karena Alkitab adalah buku manusia dan Allah memilih menyatakan ajaran-Nya kepada kita dalam bentuk petunjuk yang diilhamkan dari para penulis manusia, jalan masuk ke pikiran-Nya haruslah melalui pemikiran mereka. Jadi disiplin dasar dalam menafsirkan Alkitab ialah selalu harus berusaha menentukan setepat mungkin apa yang penulis maksudkan dengan kata-kata yang ia tulis.
Karena Alkitab adalah buku ilahi, enampuluh enam kitab di dalamnya adalah dokumen terpisah yang merupakan produk dari satu pikiran ilahi yang mewartakan satu pesan utama, kita harus berusaha mengintegrasikan hasil studi terhadap tiap kitab dan penulisnya ke dalam satu pemahaman utuh. Kita tahu bahwa pemikiran sang pengarang manusia adalah pemikiran Allah juga. Sementara ketika berusaha menyelaraskan semua pemikiran berbeda itu, kita mulai menyadari bahwa dari satu ke lain pokok pemikiran Allah maju dan merangkul lebih banyak dari yang para penulis manusia itu dapat lakukan. Kepenuhan makna tiap bagian Alkitab hanya akan tampak ketika ia ditempatkan dalam konteks bagian Alkitab lainnya – yang tentunya merupakan hal yang tidak dapat dilakukan oleh penulis manusia atas bagian itu.
Alkitab seolah suatu orkestra simfoni dengan Roh Kudus sebagai Toscanini-nya; masing-masing instrumen telah diikutkan dengan kesediaan, spontan, dan kreatif, untuk memainkan nadanya hanya seperti yang diinginkan oleh sang konduktor, dalam harmoni penuh dengan bagian lainnya, meski tak seorang pun pernah mendengar musik keseluruhannya. Kini kita mendapat hak istimewa untuk mendengar keseluruhan musik itu.
Apakah cara ku membaca dan mempelajari Alkitab adalah dengan mendalami bagian-bagiannya dan mengaitkannya dengan keseluruhannya?
Tuhan, kiranya hidupku makin seperti suatu simfoni yang diorkestrasi oleh Roh Kudus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar