Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. Tetapi Aku berkata kepadamu…
Matius 5:33-34Orang Farisi telah membentuk beberapa peraturan tentang sumpah, salah satunya mengatakan bahwa tidak mengapa melanggar sumpah kecil yang tidak menyebut nama Allah secara langsung. Tetapi Yesus menegaskan bahwa hukum tentang sumpah sebenarnya tentang bersikap benar, yaitu memegang perkataan seseorang. Anjuran-Nya ialah sebaiknya kita mengatakan ya yang biasa (tanpa sumpah) atau tidak yang biasa (tanpa sumpah) dan tiap kali berpegang pada apa yang telah kita ucapkan (35-37); tidak perlu embel-embel; tanpa “taruh tangan di dada dan siap mati” untuk menguatkan sesuatu; sama sekali tanpa sumpah. Ingat sumpah Simon Petrus ketika ia berusaha meyakinkan orang di rumah imam besar waktu Yesus diadili! Orang seringkali menambahkan sumpah untuk meyakinkan orang bahwa ia berkata benar, padahal sebenarnya tidak demikian.
Jauhi semua itu, tegas Yesus. Jangan menipu orang dengan bersumpah. Hendaknya “ya” kamu adalah “ya” dan “tidak” kamu adalah “tidak.” Lebih dari itu adalah jahat!
Prinsip yang mendasari pembahasan tentang sumpah ini ialah bahwa rincian Hukum taurat harus ditafsirkan dalam rangka semangatnya. Di sini semangat hukum ialah dalam semua yang kita katakan kita harus menghargai dan memegang kekudusan kebenaran dan menjaga perkataan kita, seperti Allah menjaga perkataan-Nya. Peraturan apa pun yang tidak segaris dengan prinsip ganda ini bukan termasuk Hukum Allah.
Apakah semua perkataanku dan bagaimana aku mengatakannya sungguh di bawah Ketuhanan Yesus?
Tuhan, tuliskan hukum-hukum-Mu di hatiku agar aku makin hari makin sanggup melakukan baik yang tertulis maupun yang tersirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar