Matius 5:31-32
Perceraian dalam pandangan umum Yahudi diperbolehkan jika seseorang merujuk ke prosedur Perjanjian Lama (Ul. 24:1-4). Dalam bagian lain (Mat. 19:3-9) Yesus menjelaskan bahwa Allah tidak menyukai perceraian dan bahwa maksud-Nya sejak awal adalah pernikahan monogami seumur hidup. Di sini, Ia hanya menegaskan satu hal, yang intinya mengatakan: Tahukah kamu bahwa laki-laki yang menceraikan istrinya (bukan karena si istri melakukan dosa seksual), telah menyebabkan istrinya dan laki-laki yang kelak menikahinya melakukan dosa seksual? Di Palestina abad pertama tidak terdapat jaminan sosial, tidak ada jaminan kesejahteraan bagi seorang janda cerai, dan tidak ada kemungkinan untuk mengembangkan karier seperti pada zaman ini. Jadi satu-satunya hal yang dapat ia lakukan adalah mencari laki-laki lain yang bersedia memeliharanya. Entah ia resmi menikah atau tidak, ia akan memasuki relasi mirip pernikahan dengan laki-laki itu. Jadi dengan menceraikan istri, orang telah menyebabkan rentetan konsekuensi yang jauh dari ideal dan praktis membuat perempuan dan laki-laki yang menikahinya menjadi para pezinah.
Prinsip dasarnya di sini ialah bahwa seperti halnya kita harus menjaga diri dari dosa, demikian juga kita harus berusaha mencegah orang lain dari dosa. Kita memiliki tanggungjawab untuk tidak memimpin atau mendorong orang lain ke dalam dosa yang disebabkan oleh tindakan kita. Jika kita adalah murid Yesus sejati kita harus mempertimbangkan dampak tindakan kita dalam masalah perceraian ini seperti juga dalam semua wilayah kehidupan kita lainnya.
Kita harus menanggung kesalahan, jika kita menyebabkan orang lain di bawah dorongan kuat untuk berdosa.
Tunjukkanku, Tuhan, jika aku melakukan atau merencanakan sesuatu yang membuat orang lain sulit untuk menolak kecenderungan bertindak keliru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar