3.
Pegang kekayaan dan harta milik Anda secara longgar dan beri dengan tangan
terbuka dalam kemurahan hati.
Jika segala sesuatu yang seseorang punya
adalah milik Allah, dan hidup bukan sekadar apa yang kita miliki, maka
memegangi milik kita secara longgar adalah hal logis berikutnya. Alkitab jelas
bahwa kemurahhatian harus mencirikan umat Allah (1Tim. 6:18). Memberi harus
dilakukan dengan niat dan gembira, tidak dengan terpaksa (2Kor. 9:7). Ada tekanan khusus tentang
memberi kepada orang miskin dan memerhatikan keperluan mereka (Efs. 4:28). Cara
orang menangani uang mereka, khususnya seberapa murah hati mereka dengan uang,
dijadikan barometer tentang kehidupan spiritual mereka. Yesus jelas bahwa hati
kita mengikuti uang kita, artinya, kita dapat menceritakan banyak hal tentang
di mana hati kita dari di mana kita menginvestasi uang kita (Mat. 6:19-21). Inilah alasan Yesus mengatakan kepada pemimpin muda yang kaya untuk
memberi semua uangnya. Tetapi itu tidak harus menjadi norma bagi masa kini –
ada banyak macam orang kaya yang mengikut Yesus dan menjadi bagian dari gereja
awal, yang mengusulkan bahwa akumulasi kekayaan tidak sendirinya dilarang dalam
Alkitab (kuis nomor 9). Namun demikian, dalam contoh si pemimpin muda yang kaya
itu, kekayaannya adalah indikasi dari kondisi hatinya, dan satu-satunya cara
mengurus isu itu dengan tepat adalah dengan melepaskan diri dari kekayaannya.
Gereja di
bagian awal Kisah Para Rasul terkesan membagi bersama kepunyaan mereka (Kis.
2:44) dan sebagian orang mengusulkan bahwa gereja adalah bentuk awal dari
kehidupan komunal. Walaupun penolakan akan harta bumiah bukan norma, jelas
bahwa gereja memegangi harta mereka dengan sangat longgar agar bisa memenuhi
kebutuhan finansial para anggota mereka secara berarti. Kisah Para Rasul 2:42
menjelaskan bahwa anggota gereja mula-mula menjual harta mereka bukan untuk
prinsip penolakan melainkan demi mereka
yang memiliki kebutuhan mendesak.[1] Gereja
mula-mula tidak mempraktikkan divestasi dari semua barang bumiah, meski mereka
luar biasa bermurah hati dalam memenuhi banyak sekali kebutuhan ekonomi yang
mendesak. Gereja awal senantiasa bermurah hati, terkadang memanjangkan
kemurahhatian mereka ke kebutuhan di bagian dunia lainnya (Kis. 11:27-30; 2Kor.
8:1-12). Namun demikian, para rasul juga menekankan bahwa tiap orang wajib bekerja
untuk mendukung dirinya sendiri, keluarga dan orang miskin (Kis. 4:28; 2Tes.
3:6-10). Jika seseorang tidak bersedia bekerja, ia tidak diizinkan berbagi
dalam sumber-sumber yang ada dalam komunitasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar