Kita semua harus menghadap takhta pengadilan
Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai
dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat. - 2 Korintus 5:10
Maksud
saya dengan destini kekal ialah keadaan kesukaan atau kesedihan sesudah
kematian yang saya belajar dari Yesus Kristus, Anak Allah yang berinkarnasi
yang bangkit dari kematian, dan yang para penulis Perjanjian Baru
menyetujuinya. Saya bukan bicara tentang kelangsungan hidup tetapi tentang
suatu keadaan di mana secara sadar kita menuai apa yang telah kita tabur.
Perjanjian Baru menjelaskan bahwa
hidup ini, di mana tubuh menjadi tua dan lisut sementara sifat menjadi tetap,
adalah semacam ruang penghubung, ruang ganti pakaian, dan gimnasium moral di
mana, entah kita tahu atau tidak, kita semua mempersiapkan diri untuk kehidupan
masa depan yang akan serasi dengan apa yang telah kita pilih kini, dan di
dalamnya kelak akan lebih mengandung kesukaan atau kedukaan melebihi yng
dikenal di dunia ini.
Ketika dunia yang akan datang
menjadi realitas, konsekuensi tetap dari pilihan dan komitmen yang dibuat di
sini akan dinyatakan dan diterima. “Ia (Allah) akan membalas setiap orang
menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat
baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan” (Rm. 2:6-8). Orang
yang bijak akan menyimpan kebenaran ini yang akan diakui oleh hati nuraninya
jika ia mengizinkan untuk bicara, dan tidak membiarkan dirinya menjadi kurban
dari skeptisisme reaksioner, meski jika orang lain sekitarnya melakukan itu.
Tuhan, tolongku senantiasa menabur dalam
Roh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar