Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. -- Markus 16:14
Kabar tentang Yesus yang bangkit itu telah diceritakan oleh para perempuan, juga oleh kedua murid yang ke Emaus yang dijumpai Yesus dan makan roti yang diberkati Yesus, namun tetap saja para murid yang lain tidak percaya. Sejak menjadi pengikut-Nya entah sudah berapa banyak keajaiban perbuatan, sikap, ajaran-Nya, bahkan bimbingan untuk mereka menerima kemesiasan Yesus. Namun, tentang keharusan salib untuk Yesus dan lebih-lebih bahwa di dalam serta melalui salib akan muncul puncak paling cemerlang dari kemesiasan Yesus, operasi paling dahsyat dan berkelanjutan dari kuasa ilahi yang mengubahkan segala sesuatu dan yang juga akan beroperasi di dalam semua penyandang salib-Nya, ini yang tidak dapat mereka terima. Itulah mengapa Yesus dalam catatan Markus bukan mengucap damai sejahtera tetapi mencela, menegur, Mereka mengalami ketiadaan iman (apistia) dan keras hati (sklerokardia -- dari istilah ini kita kenal multiple sklerosis dalam dunia medis yaitu sakit auto imun yang menyerang syaraf otak dan tulang belakang sampai terjadi pengerasan dan kelumpuhan). Ini gambaran dari keberdosaan manusia. Dosa sebagai pelanggaran pendosa butuh pengampunan, sebagai salah sasaran pendosa butuh arah dan kesempatan baru, sebagai pemberontakan pendosa butuh pendamaian, sebagai kelemahan pendosa butuh pembaruan, dan sebagai kondisi penyakit terminal ketiadaan iman dan kekerasan hati pendosa butuh hardikan keras sampai insyaf, bersedia melepas sikap apistia dan sklerokardia itu. Hanya dengan cara demikian kita boleh dilayakkan menjadi pembawa kabar kuasa pengubahan dahsyat dari Injil Dia yang tersalib dan bangkit bagi dunia yang sangat tidak beriman dan sangat dilumpuhkan oleh kekerasan hati ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar