Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur. Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?" Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling. Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Merekapun sangat terkejut, tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: "Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu." Lalu mereka keluar dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapapun juga karena takut. -- Markus 16:1-8a
Coba bandingkan narasi kebangkitan catatan Markus dengan catatan Matius, Lukas dan Yohanes -- akan kita jumpai ketidakcocokan dan kejanggalan. Markus sama sekali tidak mencatat tentang Petrus dan Yohanes yang berlari masuk ke dalam kubur dan menjadi yakin karena melihat kain kapan Yesus sudah menjadi kepompong kosong; juga tidak mencatat pertanyaan dan penugasan baru SImon Petrus padahal sumber Markus adalah Petrus. Perbedaan yang paling menimbulkan pertanyaan besar ialah mengapa justru di akhir catatannya Markus malah mencatat bahwa kendati fakta kubur sudah kosong, malaikat sudah menyampaikan konfirmasi dan berita bahwa Yesus sudah mendahului ke Galilea menunggu para murid, justru mereka ketakutan dan bungkam tidak menceritakan kepada siapa pun. Dalam catatan penyaliban Yesus bukan saja siksa demi siksa, nista demi nista, sengsara demi sengsara Yesus tanggung tetapi juga kepalsuan, kekejian, kemunafikan, kejahatan, kesemuan kuasa, kegoncangan iman manusia dan para murid, dst. satu per satu ditelanjangi. Kini di hadapan kebangkitan Yesus tiga perempuan itu secara simultan merasa gentar (kata dasar untuk tremor) dan takjub (kata yang dipakai ekstasis). Dan dalam paradoks psikologi spiritualitas itu mereka butuh waktu untuk mencerna bagi diri sendiri dulu dan baru sesudah Roh turun ke atas mereka, mereka sanggup berkata-kata dengan jelas menyaksikan Yesus yang mati dan bangkit, meneruskan kabar Injil Kerajaan yang mengubah tatanan hidup dengan benar dan setia.
TIPS: Dalam tiap pengalaman rohani yang benarselalu akan ada unsur takut-gentar dan takjub-sukacita. Salah satu saja perlu dicurigai bukan merupakan pengalaman rohani / penyembahan / pertumbuhan yang sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar