Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. -- Yesaya 53:7
Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian terhadap Yesus supaya Ia dapat dihukum mati, tetapi mereka tidak memperolehnya. Banyak juga orang yang mengucapkan kesaksian palsu terhadap Dia, tetapi kesaksian-kesaksian itu tidak sesuai yang satu dengan yang lain. Maka Imam Besar bangkit berdiri di tengah-tengah sidang dan bertanya kepada Yesus, katanya: "Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?" Tetapi Ia tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Imam Besar itu bertanya kepada-Nya sekali lagi, katanya: "Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?" Jawab Yesus: "Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit." Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Untuk apa kita perlu saksi lagi? (Bacalah seluruh Markus 14)
Di tujuh pasal terakhirnya Markus berfokus pada 6 bulan terakhir pelayanan Yesus. Ia dengan sabar membimbing para murid khususnya Petrus untuk mengerti kemesiasan-Nya dengan benar, yaitu bahwa Ia harus menderita dan mati disalibkan, dan begitulah Anak Manusia menjadi model kepemimpinan bahkan menjadi tebusan dan sumber keselamatan. Beda dari Injil-injil lain justru di beberapa jam terakhir sebelum Yesus disalibkan Ia menyatakan diri-Nya baik secara isyarat maupun secara gamblang, Dengan berdiam diri terhadap berbagai pertanyaan dan tuduhan atas dasar kesaksian palsu itu, Ia sejatinya menegaskan 1) ketaatan dan penyerahan diri-Nya kepada jalan penyelamatan yang Allah rencanakan melalui Dia, 2) berakhirnya kesempatan yang telah Ia berikan kepada orang-orang yang "punya mata tetapi tidak melihat, punya telinga tetapi tidak mendengar," maka kini Ia membisu, 3) Ia diam dalam kebenaran dan kekudusan membuat semua sandiwara pengadilan sesat itu ditelanjangi. Yang dahsyat dari catatan Markus ini ialah ketika Imam Besar bertanya sungguhkah Ia Mesias, Anak yang Terpuji, dengan gamblang Ia menjawab: 1) Akulah Dia -- "Aku adalah Aku -- adalah nama YHWH sendiri, maka dengan pernyataan ini Yesus bukan sekadar mengakui pengurapan Allah atas-Nya tetapi juga kesetaraan-Nya dengan Allah sendiri, 2) Anak Manusia yang kini sedang dinista, dijadikan domba yang akan tersembelih, sesungguhnya adalah yang duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa, dan 3) yang kelak akan datang dalam kesempurnaan kuasa dan kemuliaan-Nya untuk menghakimi seisi dunia termasuk mereka yang sedang menghakimi Dia saat itu! Di dalam penyerahan, ketidakberdayaan, kehinaan dan kematian itu sesungguhnya nyata kuasa, kemuliaan, penyelamatan, anugerah Allah -- kabar dahsyat pengubah hidup dan seluruh realitas berdosa kini!
Pertanyaan: Kendati jelas cara Allah menyatakan kuasa dan kemuliaan-Nya seperti yang Yesus hidupi, mengapa kita masih juga tertipu mengambil prinsip kemuliaan, kekayaan, kekuasaan dunia ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar