Lalu muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari pada-Nya suatu tanda dari sorga. Maka mengeluhlah Ia dalam hati-Nya dan berkata: "Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda." Ia meninggalkan mereka; Ia naik pula ke perahu dan bertolak ke seberang. Kemudian ternyata murid-murid Yesus lupa membawa roti, hanya sebuah saja yang ada pada mereka dalam perahu. Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: "Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes." -- Markus 8:11-15
Ragi dipakai oleh Yesus dalam dua pengertian. Pertama ragi menggambarkan sifat Kerajaan Allah yang seperti halnya biji sesawi yang kecil sanggup tumbuh menjadi besar, seperti terang dan garam, bersifat dinamis dan membawa pengaruh positif besar ke lingkungan dimana ia berada (Luk. 13:21). Dalam artian ini kita semua harus bersifat ragi yang dalam kuat-kuasa Kerajaan Allah membawa damai, keadilan, kebenaran, perubahan melalui perkataan dan kesaksian hidup kita. Tetapi Yesus kini memperingati para murid tentang bahaya ragi orang Farisi, Herodes dan Saduki (Matius 16:6). Yesus sampai menarik nafas dalam (masygul) menanggapi permintaan orang Farisi agar Ia membuat tanda dari surga. Kepada mereka Ia tidak akan memberi tanda sebab sesungguhnya berbagai tanda mukjizat telah Ia buat dan Ia sendiri sang Anak Allah yang menjadi sang Anak Manusia sejati yang kelak akan disalibkan adalah Tanda atas segala tanda. Tetapi sayangnya kemunafikan, tradisionalisme, keserakahan, ritualisme (Farisi dan ahli Taurat), rasionalisme (Saduki) dan immoralisme (Herodes) telah membutakan mereka dari melihat kemuliaan Allah dalam kesahajaan Yesus, kuat kuasa pembaruan Kerajaan di dalam ketidakberdayaan salib. Bukan saja dulu bahaya Farisi, Saduki, Herodes mengancam para pengikut Yesus, kini pun ragi mereka nampak jelas sangat mengancam praktik Kekristenan masa kini: ibadah pertunjukan yang kosong penghayatan dan hampa kuat-kuasa Injil dan Roh, penekanan pada kerohanian lahiriah tanpa pembaruan hati, tanpa manifestasi kuat-kuasa misi, keadilan, pembaruan hidup, pewartaan yang memangkas kebenaran firman demi untuk memuaskan keinginan pendengar demi agar pewartanya mendapatkan penerimaan publik dan keuntungan materiil, dlsb. Semua farisiisme, tradisionalisme, ritualisme, materialisme, rasionalisme, immoralisme kiranya dibongkar dan dihancurkan pengaruhnya oleh kuasa salib dan kebangkitan Yesus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar