Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan. -- 1 Petrus 2:9-10
"Melawan lupa" tidak saja relevan dalam konteks sosio-politis tetapi lebih lagi dalam konteks spiritual-teologis yang berdampak secara moral-sosial kita orang percaya. Jangan sampai lupa bagaimana kita dulu dan bagaimana kita sekarang di dalam Tuhan -- supaya kita tidak lupa diri, lupa bersyukur, lupa membawa diri dengan benar sampai hanyut lagi berkompromi dengan nilai dan gaya hidup orang di luar Tuhan.
Dahulu kamu/kita hidup dalam kegelapan (moral dan relasional), dulu kita bukan umat Allah tetapi kini kita adalah:
1. Bangsa yang terpilih, 2. Imamat yang Rajani, 3. Bangsa yang kudus, dan 4. Umat milik Allah sendiri.
Segera kita melihat bahwa empat paparan Petrus tentang status dan kondisi orang percaya ini mengandung dimensi vertikal dan horisontal. 1 dan 4 jelas menekankan hubungan vertikal kita dengan Allah -- karena Allah sudah memilih kita maka kita adalah milik Allah. 2 dan 3 jelas menekankan hubungan horisontal -- bagaimana keterpilihan kita sebagai umat itu beroperasi dalam pelayanan satu sama lain sebagai imamat yang rajani, dan dalam segi moral-sosial yaitu dalam kehidupan yang kudus-murni di antara kalangan umat percaya sendiri dan di antara mereka yang menolak Kristus.
Istilah "bangsa" poin 1 menggunakan kata genos yang dari kata ini kita kenal kata generasi dan gen. Tidak seperti sebagian kelompok yang mengklaim bahwa kita memiliki DNA Allah -- keberatan atas klaim ini kita menjadikan Allah yang Roh adanya menjadi berkeberadaan kemakhlukan -- namun melihat konteks sebelum ini jelas ia ingin menekankan asal-usul spiritual dan relasional kita yang luar biasa dari Allah. Kita dipilih, dipercik darah Yesus, dilahirkan kembali oleh kebangkitan-Nya dan benih firman, ditebus dengan darah Yesus yang mahal, dikudus-murnikan oleh Roh -- ini semua menjadi genos kita BANGSA TERPILIH. Dan dalam hubungan dengan Allah -- percaya, harap, kasih, pengabdian, ketaatan, kita perlu mempraktikkan nyata diri kita sebagai milik Allah.
Sayangnya kata laos untuk umat milik Allah di poin 4 telah salah dijadikan akar untuk istilah "laity/layman" yaitu awam yang dianggap tidak paham, tidak mengerti. Sebenarnya umat atau laos ini justru menegaskan kesamaan semua orang percaya sebagai umat kepunyaan Allah sendiri.
Marilah kita resapi dan hidupi benar keberadaan dahsyat baru kita ini -- kita adalah gen terpilih, semua yang percaya -- kaya-miskin, terpelajar-sederhana, berkuasa-biasa-biasa, di dalam karya penebusan Tuhan sama, setara, sehakikat, senilai, sepenting yang Tuhan anggap bagi kita yaitu sebagai umat-Nya, laos-Nya. Dalam hidup pribadi, komunitas gerejawi, di tengah masyarakat mari kita hidup sebagai genos dan laos Allah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar