Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. -- 1 Petrus 3:8-9
Penggembalaan Yesus Kristus harus nyata baik dalam lingkup keluarga maupun dalam lingkup kehidupan berjemaat. Kini kesannya jelas Petrus mengarahkan perhatiannya kepada kehidupan di antara sesama orang percaya. Nasihat-nasihat Petrus ini terkesan sama dengan yang Paulus berikan di surat seperti Roma, 1 Korintus, Efesus, tetapi sesungguhnya pilihan kata yang Petrus pakai ini khas dirinya dan tidak terdapat dalam nas Perjanjian Baru lainnya. Ia menasihati kita agar:
Se-ia-se-kata (harfiah satu akal-budi) hal yang jelas mustahil kecuali sungguh akal budi kita menyatu dengan dan dibentuk oleh akal budi Yesus Kristus sendiri. Seperasaan (harfiah: sim-pati yang artinya saling menyelami perasaan satu sama lain demi kebaikan satu sama lain). Simpati terdalam dan paling asli yang dikenal dalam sejarah manusia adalah dalam Ia yang menjadi sama dengan manusia dan turun ke titik terendah kesengsaraan manusia seperti yang dipaparkan rinci dalam Filipi 2. Mengasihi saudara-saudara berarti masuk ke dalam hubungan baru keluarga ilahi yang dinafasi oleh kasih persaudaraan. Penyayang atau lembut hati menggemakan kata yang kita baca tentang Yesus yang tergerak oleh belas kasihan ketika melihat kebutuhan orang. Bedanya di Matius 9:36 ditekankan ketergerakan kuat hati Yesus, di sini dibicarakan lembut manisnya hati kita -- jelas akibat dari mengikut Yesus yang berhati sedemikian peka akan kebutuhan sekitar-Nya kita dapat memiliki hati lembut yang memiliki kepekaan sama juga. Terakhir kita diminta juga untuk rendah hati supaya boleh selalu bersikap ramah dan bersahabat kepada orang lain.
Perhatikan juga sesudah nasihat menyangkut sikap dan kebajikan positif, Petrus kini mengalihkan ke sikap dan perilaku terhadap situasi nyata yang negatif. Tanpa perlu pengkajian lebih dalam, jelas ini merupakan implikasi dari mengembangkan kebajikan positif tadi sehingga orang Kristen tidak membalas jahat dengan jahat, caci maki dengan caci maki -- ini merupakan kualitas hidup yang sudah dicontohkan Yesus Kristus sendiri sampai akhir hidup-Nya (1 Petrus 2:21-23).
Tidak berhenti di situ, seperti nasihat Yesus agar kita sedia memberikan mil ekstra Petrus menegaskan bahwa kita yang telah menjadi pewaris pengharapan kekal yang hidup yang tidak dapat binasa-cemar-layu (1 Petrus 1:4) harus berespons memberkati orang lain. Sebab ini membuktikan sekaligus mengukuhkan bahwa kita sungguh pewaris berkat kekal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar