TUHAN semesta alam (YHWH Zebaoth), Dialah yang harus kamu akui sebagai Yang Kudus; kepada-Nyalah harus kamu takut dan terhadap Dialah harus kamu gentar. -- Yesaya 8:13
Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, -- Matius 6:9
Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, -- 1 Petus 3:15
Semua perintah di ayat-ayat sebelum ini -- supaya kita hidup kudus, membuang semua bentuk kejahatan dan dosa, menjadi batu-batu hidup untuk pembangunan Bait rohani, untuk rela menanggung penderitaan demi kebenaran, untuk menjadi keluarga yang setara saling menghormati -- boleh disimpulkan bersumber dari nas penting ini: Kuduskanlah Kristus sebagai Tuhan di dalam pusat kehidupan kita. Juga bila kita dengan cepat membaca ke ayat-ayat sesudah ini dapat disimpulkan bahwa nas inilah kuncinya, sumbernya, dasar penopangnya -- bagi daya untuk dapat mempertanggungjawabkan Injil kepada dunia sekitar, untuk kehidupan yang siaga bagi kedatangan kembali sang Gembala Agung, dst.
Jelas bukan karena Yesus Kristus kurang kudus maka kita perlu menguduskan Dia. Maksudnya ialah bahwa sebagaimana disiratkan Petrus bahwa Yesus Kristus setingkat dengan YHWH, dengan Abba Bapa-Nya -- semua sifat, sikap sosial dan pelayanan, perilaku pribadi dan umum -- seluruhnya tanpa terkecuali menyinarkan kekudusan, kemuliaan, keindahan tak terperikan -- maka orang percaya perlu mengingat, mengakui, menjunjung seluruh kepenuhan kekudusan Yesus Kristus itu di dalam pusat kehidupan kita terdalam, yaitu hati yang dengan sendirinya meliputi pikiran, perasaan, pertimbangan moral, kemauan, imajinasi, memori, dan hasrat.
Dengan kata lain jika kita kurang mencerminkan kehendak Tuhan dalam aspek moral, spiritual, filial, sosial, ekonomi, eklesiastikal (kehidupan kegerejaan) kita, satu hal yang perlu dikoreksi adalah apakah Yesus Kristus sungguh kita tinggikan layak sesuai kepenuhan kekudusan-Nya dalam aspek-aspek itu. Tetapi, bagaimana mungkin kita menguduskan Yesus Kristus dalam hati jika kita tidak rindu berjumpa dan mengenal Dia dalam pembacaan Injil-injil secara teratur, apabila kita malas merenungkan firman-firman penyataan diri Bapa-Nya melalui Roh-Nya dalam seluruh Alkitab, apabila kita lebih gemar mendengar lelucon dan penyemangat para motivator ketimbang khotbah yang sungguh memproklamasikan seluruh kepenuhan hikmat ilahi? Kita juga perlu kritis terhadap pola ibadah dan lagu-lagu penyembahan yang menjadikan Allah, Yesus Kristus, Roh Kudus menjadi sedemikian dangkal dan kerdil dan lebih menyerupai berhala-berhala yang orang dunia buat demi memuaskan keinginan diri sendiri. Kita perlu sekali membuka diri penuh kepada pertolongan Roh Kudus agar Tuhan Yesus Kristus bukan sekadar informasi yang kita ketahui di kepala, tetapi sungguh kita kenal, percaya, berharap dan kasihi dengan segenap hati, akal budi, perasaan, kemauan -- otak, jantung, hati, otot sampai tercermin ke bagian-bagian kehidupan yang Petrus nasihati di pasal-pasal sebelum dan sesudah nas ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar