Tidak ada doa jika tidak ada kesadaran akan kebutuhan. Penyair Mazmur 25 sangat peka akan kebutuhannya. Ia merasa bahwa sebuah jaring telah menjerat dan memenjaranya. Jaring apa? Sepertinya jaring itu memiliki jerat bagian luar dan dalam. Bagian luar melambangkan para musuhnya – “Lihatlah, betapa banyaknya musuhku, dan bagaimana mereka membenci aku dengan sangat mendalam” (19) – dan segala akibat yang dibuat oleh mereka – “aku sebatang kara dan tertindas. Lapangkanlah hatiku yang sesak dan keluarkanlah aku dari kesulitanku!” (16-17).
Jerat bagian dalam melambangkan apa yang ia rasakan ketika ia mengingat dosa-dosanya. “Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat… Ampunilah kesalahanku, sebab besar kesalahan itu” (7, 11). Ingatan itu menimbulkan ketakutan bahwa ia akhirnya akan mengalami perendahan dan akhirnya gagal: “janganlah kiranya aku mendapat malu” (2, 20).
Tidakkah kita juga sadar akan jaring serupa mengelilingi kita? Tidakkah kita juga menghadapi oposisi, keadaan hidup yang menentang, kesukaran demi kesukaran, ingatan tentang dosa dan kegagalan kita? Kita perlu melakukan apa yang pemazmur lakukan: secara spontan bawalah semua hal ini kepada Tuhan, berulang kali dan tanpa segan-segan, oleh pertolongan Roh Kudus, dan minta Dia menarik kita keluar dari kekacauan jerat yang ditebar oleh si iblis, perancang semua keputusasaan dan ketawaran hati.
Apakah jerat yang Anda alami itu: hal, orang, suasana hidup yang menggentrkan hidup Anda?
Bawa tiap aspek kesulitan atau ketakutan Anda kepada Allah dan ingatkan diri Anda tentang siapa Allah dan apa yang telah ia janjikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar