Aku menyelidiki diriku dengan menyegarkan tubuhku dengan anggur, --sedang akal budiku tetap memimpin dengan hikmat--,dan dengan memperoleh kebebalan, sampai aku mengetahui apa yang baik bagi anak-anak manusia untuk dilakukan di bawah langit selama hidup mereka yang pendek itu.
Pengkhotbah 2:3Pertanyaan dasar dalam Pengkhotbah ialah: Adakah arti atau kesukaan dalam hidup? Sampai ke pasal 6 puncak masalahnya menunjuk ke dua fakta: banyak hal yang tidak memuaskan, dan Allah tidak dapat dikotakkan. Aslan dalam buku C. S. Lewis Berkelana di Narnia, bukan singa jinak! Hal-hal liar terjadi dalam dunia Allah. Bersamaan dengan penggambaran kekecewaan, keraguan, dan keputusasaan, penulis memberikan kita petunjuk tentang bagaimana kita mungkin mengalami hidup yang terus menerus frustrasi namun tetap menemukan kesukaan dan arti di dalamnya.
Ia memberikan kita petunjuk di mana kesukaan dan arti dapat ditemukan dalam Pengkhotbah 2:24-26; 3:22; 5:18-20; 8:15; 9:9. Dalam ayat-ayat ini ia memberitahu kita dua hal: bahwa ada kepuasan sederhana, mendasar yang ditemukan dalam pekerjaan, makanan, kasih pernikahan, dan semua kesukaan adalah karunia Allah.
Dalam bagian kedua, ia mendaftarkan tiga hal yang ia lihat sebagai “baik dan tepat ialah… dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari selama hidup yang pendek, yang dikaruniakan Allah kepadanya.” Yaitu, nikmati pekerjaanmu, demikian ujarnya; terima bagianmu; jangan mengharapkan kesukaan dari pencapaianmu; jangan mengharapkan hidup seumpama kebun bertaburan mawar meski Anda milik Allah; jangan menyesali segala sesuatu; jangan iri; jangan malas; jangan hidup dalam ilusi.
Semua ini adalah nasihat sederhana namun sangat masuk akal dan perlu.
Apakah aku cenderung merendahkan orang yang bersikap praktis dan memakai perhitungan sederhana sebagai orang tidak “rohani”? Haruskah?
Tuhan, terima kasih untuk para orang kudus yang tidak bertemperamen merenung berjam-jam tetapi yang sigap melakukan apa yang perlu untuk dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar