Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.
Mazmur 16:11
Orang Kristen masa kini cenderung menjadikan kepuasan mereka agama mereka. Kita memberikan lebih banyak perhatian pada pemenuhan diri daripada menyukakan Allah. Karena pengaruh Barat (Amerika utara), ciri khas orang Kristen masa kini adalah gairah besar pada buku-buku yang membahas tentang teknik sukses dalam relasi, lebih menikmati seks, menjadi pribadi lebih baik, menyadari potensi diri, mendapatkan kenikmatan lebih penuh tiap hari, mengurangi berat badan, memperbaiki diet, mengatur uang, memiliki keluarga yang lebih bahagia, dan sebagainya.
Untuk orang yang gairah utamanya adalah memuliakan Allah, memang hal-hal tadi merupakan perhatian yang sah, tetapi buku-buku yang menekankan teknik dan cara tersebut menelusur semua itu dalam sikap penyerapan diri sendiri dan memperlakukan kenikmatan hidup dan bukan kemuliaan Allah, sebagai pusat perhatian. Katakanlah buku-buku itu memaparkan lapisan tipis ajaran Alkitab dicampur dengan psikologi modern serta akal sehat, tetapi pendekatan keseluruhannya mencerminkan sikap narsisme – (egosentrisme atau akuisme) – itulah jalan dunia dalam masyarakat modern.
Penyerapan diri, betapa pun religius pemikirannya, adalah lawan dari kekudusan. Kekudusan berarti kehidupan yang menyerupai Allah (godliness) dan itu adalah pementingan Allah. Mereka yang berpikir bahwa Allah ada untuk keuntungan mereka daripada mereka ada untuk kepujian-Nya tidak memenuhi syarat sebagai orang kudus. Hal itu merupakan kesalehan yang tidak saleh yang menjadikan diri sendiri pusatnya. Tidak heran, kesalehan yang demikian kurang kesukaan yang Allah ingin berikan kepada mereka yang mencari-Nya.
Apakah aku terlalu memerhatikan diri atau kurang? Dapatkah aku melihat mengapa kedua sikap itu tidak menolong?
Tuhan, aku ingin Engkau makin menjadi pusat hidupku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar