Ketika Abraham pagi-pagi pergi ke tempat ia berdiri di hadapan TUHAN itu, dan memandang ke arah Sodom dan Gomora serta ke seluruh tanah Lembah Yordan, maka dilihatnyalah asap dari bumi membubung ke atas sebagai asap dari dapur peleburan. Demikianlah pada waktu Allah memusnahkan kota-kota di Lembah Yordan dan menunggangbalikkan kota-kota kediaman Lot, maka Allah ingat kepada Abraham, lalu dikeluarkan-Nyalah Lot dari tengah-tengah tempat yang ditunggangbalikkan itu. -- Kejadian 19:27-29
Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah. - Wahyu 8:4
Abraham kembali ke tempat ketika ia bersyafaat untuk pembatalan atau penundaan hukuman TUHAN atas Sodom-Gomora. Kini dari tempat yang sama ia menyaksikan bahwa hukuman Tuhan tetap dilaksanakan, Sodom-Gomora dan kota-kota sekitarnya, seluruh penduduknya dengan semua kemakmuran di dalamnya ditunggang-balikkan oleh murka Allah. Di kejauhan tampak olehnya asap api naik dari kota-kota itu seperti dari dapur peleburan. Meski dengan berani, gigih, peduli ia telah bersyafaat untuk keselamatan 50, 45, 40, dst. sampai ke 10 orang benar demi perpanjangan kesempatan dari Tuhan, ternyata hanya tiga dari empat yang diluputkan dan kota-kota itu tidak memenuhi syarat untuk menerima kemurahan-keadilan Tuhan yang memperpanjang kesempatan mereka untuk ada dan bertobat.
Dalam tradisi umat PL dan PB orang percaya mengenal disiplin doa syafaat. Pensyafaat seperti halnya Abraham menempatkan diri dalam posisi di antara Allah dan manusia, manusia dan Allah. Pada intinya pensyafaat adalah mediator dan mediator sejati tidak condong ke pihak manusia dengan mengabaikan sifat-sifat Tuhan. Abraham bukan meminta keselamatan kota yang jahat melainkan agar orang benar yang ada di dalam kota jahat itu tidak dibinasakan oleh murka Allah bersama orang jahat. Orang percaya masa kini mengemban kehormatan sebagai mediator di bawah sang Mediator Agung dengan jalan bersaksi dan berdoa syafaat. Kita menyaksikan injil Yesus Kristus supaya orang jahat insyaf, meninggalkan kejahatan dan menyambut serta masuk ke dalam hidup dan karya keselamatan Yesus Kristus. Kita bersyafaat agar Tuhan dalam anugerah-Nya memberikan kesempatan-kesempatan baru untuk terjadinya penyelamatan namun tidak dengan mengkompromikan kesucian dan keadilan Tuhan. Syafaat juga tidak mengabaikan penderitaan orang benar dan seru-tangis pihak yang tertindas agar Tuhan memerhatikan, bertindak setimpal dan adil.
Bersaksi dan bersyafaat mungkin adalah dua disiplin spiritualitas yang banyak diabaikan atau disalahlakukan oleh orang percaya masa kini. Mari bercermin pada Abraham dan Yesus Kristus sang Mediator Agung kita kembangkan hidup bersaksi dan besyafaat yang memperjuangkan pertobatan-keselamatan manusia dan kemurahan-keadilan Tuhan terjadi di kota-kota kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar