TUHAN menampakkan diri kepada Abraham dekat pohon tarbantin di Mamre, sedang ia duduk di pintu kemahnya waktu hari panas terik. Ketika ia mengangkat mukanya, ia melihat tiga orang berdiri di depannya. Sesudah dilihatnya mereka, ia berlari dari pintu kemahnya menyongsong mereka, lalu sujudlah ia sampai ke tanah, serta berkata: "Tuanku, jika aku telah mendapat kasih tuanku, janganlah kiranya lampaui (jangan pergi tanpa singgah) hambamu ini. Biarlah diambil air sedikit, basuhlah kakimu dan duduklah beristirahat di bawah pohon ini; biarlah kuambil sepotong roti, supaya tuan-tuan segar kembali; kemudian bolehlah tuan-tuan meneruskan perjalanannya; sebab tuan-tuan telah datang ke tempat hambamu ini." Jawab mereka: "Perbuatlah seperti yang kaukatakan itu." -- Kejadian 18:1-5
Mereka sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. -- Lukas 24:29
Banyak orang mengingini peningkatan anugerah, berkat, lawatan, penyataan karya-karya TUHAN tetapi tidak memperlihatkan peningkatan dalam bentuk kerinduan yang intens, pencarian yang sungguh, pengorbanan yang setimpal. Apabila kita ingin mengalami lawatan Tuhan lebih nyata, pengenalan lebih intim, kesanggupan menyelami isi hati Tuhan makin jelas, kita perlu mengembangkan berbagai ungkapan sebagaimana yang Abraham lakukan ini ketika ia menyadari bahwa TUHAN sendiri dan dua makhluk surgawi datang melawatnya. Pertama ia berlari mendatangi -- bukan diam, terkesima, pasif, melongo tetapi berlari dengan usaha dan tenaga yang sungguh mendekat kepada tiga "orang" tamu surgawi itu. Kedua, ia sujud tersungkur sampai rebah ke tanah. Ini adalah ungkapan penghormatan terdalam yang patut ditunjukkan manusia kepada Yang Mahamulia, Di hadapan TUHAN manusia hanya layak untuk menyembah, merendahkan diri, tunduk mengakui kebesaran-Nya. Ketiga, Abraham memohon agar ketiga tamu surgawi itu tidak pergi melaluinya, melainkan untuk singgah, menerima sambutannya, menerima jamuan yang akan ia siapkan dan layankan kepada mereka. "Do not leave from near your servant" demikian salah satu terjemahan mengungkapkan permohonan Abraham. Ia tidak puas hanya dengan melihat sekilas, merasakan desir gerak mereka berlalu, mendengar firman-Nya menguatkan iman... Abraham menginginkan persekutuan lebih lama, lebih akrab, lebih nyata, lebih dalam -- dalam sebuah perjamuan yang meriah. Sebagai anak-anak Abraham, adakah hasrat yang terus menggelora di dalam kita akan persekutuan dan persahabatan lebih dalam dengan Tuhan?
Tuhan, kiranya ibadah pribadi dan gerejawi kami, kehidupan keseharian kami, pelayanan kami sungguh dan kuat didorong oleh kerinduan kami untuk mengalami perjamuan dengan-Mu, cicipan dari yang kelak akan kami alami dalam kekekalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar