Selanjutnya Allah berfirman kepada Abraham: "Tentang isterimu Sarai, janganlah engkau menyebut dia lagi Sarai, tetapi Sara, itulah namanya. Aku akan memberkatinya, dan dari padanya juga Aku akan memberikan kepadamu seorang anak laki-laki, bahkan Aku akan memberkatinya, sehingga ia menjadi ibu bangsa-bangsa; raja-raja bangsa-bangsa akan lahir dari padanya." Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya: "Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak?" Dan Abraham berkata kepada Allah: "Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!" Tetapi Allah berfirman: "Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya. Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar. Tetapi perjanjian-Ku akan Kuadakan dengan Ishak, yang akan dilahirkan Sara bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini juga." Setelah selesai berfirman kepada Abraham, naiklah Allah meninggalkan Abraham. -- Kejdian 17:15-22
Bahkan dibaca dalam konteks kini pun nas ini sungguh revolusioner, apalagi jika kita bayangkan konteks patriarkal zaman Abraham, dengan budaya yang mengutamakan lelaki! Kini seluruh perhatian nas ini ditujukan kepada Sarai. Pertama, bukan saja Abram menjadi Abraham, Sarai pun diganti nama oleh Tuhan menjadi Sarah -- keduanya sama-sama mendapatkan tambahan abjad 'h.' Apabila Abraham kini menjadi Bapak banyak bangsa, Sarah yang berarti 'pangeran putri' dari Sarai yang berarti 'bersifat pangeran' dinyatakan oleh TUHAN sebagai ibu bangsa-bangsa, yang akan melahirkan raja-raja bangsa-bangsa. Maka dalam zaman dan budaya dimana perempuan adalah milik dan instrumen untuk menghasilkan keturunan, kini Sarah ditempatkan Tuhan sebagai teman pewaris kasih karunia atau rekan sekerja Allah mewujudkan rencana-Nya, yaitu kehidupan. Dalam panggilan dan karya Allah mewujudkan rencana-Nya Abraham dan Sarah diperlakukan Tuhan sebagai dua yang setara, pasangan yang saling berkontribusi atau sama menerima kehormatan menjadi Bapak dan Ibu bangsa-bangsa dan raja-raja mereka.
Mendengar itu Abraham tunduk hormat dan bersuka di hadapan Tuhan. Suatu ungkapan yang semestinya ada pada tiap orang yang menerima pernyataan karunia dahsyat dari Tuhan. Doanya tentang Ismael dijawab Tuhan dengan sekali lagi menegaskan anak yang dari Sarah yaitu Ishak yang akan menjadi berkat yang memberkati semua bangsa di bumi termasuk bangsa-bangsa yang keluar dari Ismael. Perjanjian Tuhan ini jelas menunjuk kepada Injil di dalam Yesus Kristus yang datang dari keturunan Ishak-Yakub-Yehuda sebagai satu-satunya sumber pengharapan untuk semua bangsa dan bahasa di bumi.
Hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan... -- 1 Petrus 3:7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar