Lalu kata mereka kepadanya: "Di manakah Sara, isterimu?" Jawabnya: "Di sana, di dalam kemah." Dan firman-Nya: "Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan (harfiah: Kembali, Aku akan kembali pada saatnya kehidupan [lahirnya Ishak]) mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki." Dan Sara mendengarkan pada pintu kemah yang di belakang-Nya. Adapun Abraham dan Sara telah tua dan lanjut umurnya dan Sara telah mati haid. Jadi tertawalah Sara dalam hatinya, katanya: "Akan berahikah aku, setelah aku sudah layu, sedangkan tuanku sudah tua?" Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Abraham: "Mengapakah Sara tertawa dan berkata: Sungguhkah aku akan melahirkan anak, sedangkan aku telah tua? Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk TUHAN? Pada waktu yang telah ditetapkan itu, tahun depan, Aku akan kembali mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara mempunyai seorang anak laki-laki." Lalu Sara menyangkal, katanya: "Aku tidak tertawa," sebab ia takut; tetapi TUHAN berfirman: "Tidak, memang engkau tertawa!" -- Kejadian 18:9-15
Yesus memandang mereka lalu berkata, "Untuk manusia, itu [masuk Kerajaan Allah] mustahil! Tetapi untuk Allah, semua mungkin." -- Matius 19:26
Tiga "orang" tamu Abraham menanyakan keberadaan Sarah karena tujuan utama theophani itu adalah untuk menegaskan mukjizat yang akan terjadi pada Sarah. Yaitu bahwa Ia sungguh akan kembali lagi pada saat kehidupan / keturunan yang dijanjikan-Nya itu (Ishak) lahir. Bahwa ucapan-Nya itu tidak main-main terkesan dari dua kali Ia berkata: "kembali, kembali Aku akan datang..." Lalu, saat kelahiran Ishak diungkapkan-Nya dengan "pada saatnya kehidupan"; dengan kata lain Ia akan kembali lagi ketika dua pasangan yang telah mati kemungkinan biologisnya untuk membuahi-dibuahi itu ternyata mengalami kehidupan berlanjut dengan lahirnya sang anak secara ajaib. Dari dalam kemah Sarah mendengar penegasan ini lalu tertawa ragu atas alasan bahwa ia sudah mati haid, tidak lagi ada berahi, dan kedua mereka sudah tua, Apabila tawa Abraham tidak ditegur karena bukan keluar dari keraguan, kini Sarah ditegur yang berarti ada unsur keraguan di dalam tawa dan pertimbangannya itu. Kendati ia menyangkal, Tuhan dengan tegas dan lembut menegur keraguannya itu.
Dalam Perjanjian Baru disoroti lagi situasi mustahil manusia yang tidak mustahil bagi Allah: 1) kemustahilan perawan Maria untuk mengandung dan melahirkan Yesus pengampun dosa manusia, 2) kemustahilan para murid menyembuhkan anak yang kerasukan roh jahat dengan gejala epilepsi (Mat. 17), 3) tidak mustahil Allah membangkitkan Yesus dari kematian (khotbah Paulus dalam Kisah Rasul 26), dan 4) kemustahilan orang yang terikat oleh sesuatu (seperti oleh uang pada orang muda yang kaya yang meninggalkan Yesus dengan sedih) untuk dapat masuk Kerajaan Sorga.
Dalam hidup ini kita harus menyadari berbagai ketidakberdayaan kita -- kemustahilan jasmani, jiwani dan/atau rohani diri kita. Kita perlu menimbang dan mengambil kesimpulan bukan atas dasar kondisi diri sendiri, tetapi dalam perspektif janji, rencana, kesetiaan dan kemahakuasaan TUHAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar