Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam,
seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!- Yesaya 6:3
Apalagi
yang kita pelajari tentang kekudusan Allah dari visi Yesaya. Hal ketiga yang
kita lihat di sini ialah manifestasi kemahahadiran Allah.
“Seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya” Kemuliaan berarti hadirat Allah diperlihatkan.
Para malaikat dan juga manusia yang
kerohaniannya peka melihat Allah bercahaya di semua tempat dan semua proses. Di
mana pun tak ada orang dapat menghindar dari hadirat-Nya. Untuk mereka yang
suka ada dalam hadirat Allah dan tidak ingin menghindar dari-Nya, itu adalah
kabar baik; ini menjadi kabar buruk bagi orang yang lebih ingin agar Allah tidak
melihat atau memperhatikan hal yang mereka buat.
Mazmur
139 mulai dengan merayakan kedekatan Allah dan pengetahuan-Nya yang tidak
terbatas tentang keberadaan dan keadaan tiap orang percaya dan berakhir dengan
permohonan agar Allah, sang penyelidik hati, akan memperlihatkan dosa yang ada
dalam pemazmur agar boleh ia buang. “Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau
berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku
berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi… Selidikilah aku, ya Allah,
dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah,
apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” (Mzm. 139:2-3,
23-24).
Untuk orang yang ingin mendoakan
bagian doa tersebut, aspek kekudusan Allah ini merupakan kebenaran yang tidak
mengenakkan.
Renungkan
Mazmur 139.
Ubah mazmur itu menjadi doa – puji Allah
atas pengetahuan rinci-Nya tentang Anda dan ceritakan dengan jujur perasaan
Anda mengenai kebenaran dahsyat, berharga, dan merendahkan hati ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar