Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih
Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian. - 2 Korintus
13:14
Agak
bebas dan bahaya mengatakan bahwa Allah adalah pribadi. Yesus mengklaim bahwa
Ia adalah Anak Allah dan berdoa kepada Allah yang di surga yang Ia sebut Bapa. Ia
berjanji akan mengutus penghibur kedua atau paraklete
(penasihat, pembimbing, sahabat, pemberdaya, pendamping, pendukung); yaitu,
Roh Kudus yang datang pada Hari Pentakosta.
Salah jika Anda berpikir bahwa Anda
tidak dapat menjadi seorang pribadi kecuali memiliki tubuh. Ada kesan bahwa tubuh saya adalah saya tetapi
juga bahwa tubuh saya bukan saya. Misalnya, segala macam imajinasi bisa terjadi
dalam imajinasi aktif saya tanpa ada kaitan langsung dengan tubuh. Dan jika saya dapat memiliki kehidupan pribadi
tanpa tubuh, Allah pun dapat.
Kita harus hati-hati terhadap usulan
apa pun yang menganggap bahwa hakikat Allah kurang pribadi dibanding kita. C.
S. Lewis mengisahkan tentang seorang
gadis yang dibesarkan untuk percaya bahwa gambaran pribadi tentang Allah
terkesan kasar dan primitif, lalu diajar untuk berpikir tentang Allah sebagai
semacam zat yang lebih mulia. Kemudian hari ia mulai merenungkan hal ini dan
menemukan bahwa sesungguhnya ia sedang menganggap Allah segaris dengan puding
beras. Celakanya, ia tidak suka puding beras! Jika kita tidak menganggap Allah
sebagai sepenuhnya pribadi, kita menganggap Ia lebih rendah dari kita.
Sebenarnya justru ia yang lebih pribadi daripada kita, sebab keberadaan pribadi
diwujudkan dalam relasi pribadi, dan relasi kasih timbal balik antara Bapa,
Anak, dan Roh Kudus jauh lebih kaya daripada relasi mana pun yang Anda dan saya
kenal.
Apa
yang ada di pikiran Anda ketika berpikir tentang Allah? Kosong? Lukisan seniman
tentang Yesus? Atau apa?
Tuhan, kiranya Roh-Mu memenuhi pikiranku
dengan gambaran alkitabiah yang benar tentang-Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar