Ketika
Kristus memanggil kita, sebagai bagian dari hukum pertama, untuk mengasihi
Allah dengan segenap akal budi kita, Ia meminta kita benar-benar menggunakan
pikiran kita. Maksudnya bukan saja kita perlu belajar doktrin dalam kevakuman,
tetapi menerapkan doktrin ke fakta-fakta dunia Allah sebagaimana yang kita
kenal supaya kita boleh menafsirkannya dengan tepat dan dalam segala mampu
membedakan apa pikiran dan kehendak A-
Orang Kristen dilarang tidak
tertarik pada dunia. Iman alkitabiah diberikan kepada kita bukan sekadar untuk
mendapatkan jaminan masuk surga tetapi juga untuk menyediakan kita prinsip
untuk hidup kreatif dan imajinatif di sini dan kini. Kita harus memakai pikiran
yang Ia karuniakan kepada kita dengan menerapkan kebenaran yang Ia nyatakan ke
seluruh hidup, dalam rangka agar semuanya boleh dikuduskan.
Memang kita harus menjaga jarak dari
dunia dalam arti kita tidak boleh menganggap dunia ini rumah kita atau
menganggapnya sebagai ganjaran kita sejati. Sikap memandang dunia ini sebagai
pilihan kedua disebabkan orang Kristen berkata “bagiku hidup adalah Kristus”
(Fil. 1:21). Tetapi setara dengan itu, kita tidak boleh membelakangi dunia dan
hilang interes kepadanya. Allah memerhatikan dunia, kita pun harus.
Ini akan berarti kita sedia untuk
memikirkan tentang masalah-masalah mendesak masa kini – relasi antar ras,
relasi kerja, relasi dengan penganut agama lain, kemiskinan, pencemaran, human-trafficking, berbagai wabah
penyakit. Juga ketika kita berusaha memenangkan orang lain kepada Kristus kita
harus menghadapi kesulitan hidup yang mereka alami. Kesaksian Kristen bukan
sekadar melemparkan ayat-ayat Alkitab, tetapi duduk berdampingan dengan orang
lain yang ingin kita bantu dan memikirkan bersamanya bagaimana memecahkan
masalah mereka.
Siapkah
aku memakai akal budiku secara demikian?
Tuhan, jadikanku tidak takut berpikir,
peduli, dan terlibat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar