Aku menghormati Bapa-Ku… Aku tidak mencari
hormat bagi-Ku. - Yohanes 8:49-50
Kesalehan
(keilahian) adalah kualitas hidup yang ada dalam mereka yang memuliakan Allah.
Orang yang saleh tidak keberatan dikatakan bahwa panggilan tertinggi hidup
mereka ialah menjadi alat kemuliaan Allah. Mereka justru menganggap itu sebagai
sumber kepuasan dan kepenuhan hidup. Ambisi mereka ialah mengikuti rumusan
hidup agung yang Paulus simpulkan tentang Kekristenan: “Muliakanlah Allah dalam
tubuhmu,” “entah kamu makan atau minum, atau apa pun yang kamu lakukan,
lakukanlah semuanya untuk kemuliaan Allah” (1Kor. 6:20; 10:31). Pengharapannya
yang terbesar adalah meninggikan Allah dengan segenap keberadaan dan dalam
semua tindakan mereka.
Seperti Allah sendiri, orang yang
saleh sangat cemburuan dan ingin hanya Allah, Allah saja yang dihormati.
Kecemburuan semacam itu adalah bagian dari kenyataan bahwa gambar Allah dalam
mereka telah mengalami pembaruan. Kini ada doksologi tertulis dalam hati
mereka, dan diri mereka tidak pernah sepenuh seperti ketika mereka memuji Allah
tentang hal-hal mulia yang Ia telah lakukan dan memohon agar dapat lebih
memuliakan Allah seterusnya.
Kita boleh berkata bahwa melalui doa
mereka, mereka dikenal – oleh Allah, jika bukan juga oleh manusia. Doa di
tempat tersembunyi adalah sumber kehidupan orang saleh. Dan bila kita bicara
tentang doa, kita bukan merujuk ke formalitas santun, hati-hati, terpola, penuh
pertimbangan diri yang terkadang dianggap sebagai doa yang sejati. Orang saleh
tidak berdoa sambil bersandiwara, sebab hatinya ada di dalam doa. Doa baginya
adalah pekerjaan utamanya. Dan beban doanya selalu sama, pengungkapan hasrat
terkuat dan terpastinya: bahwa Allah dipermuliakan.
Lihat
mazmur 21:13(14); 57:5(6); Yoh. 12:28; Matius 6:9.
Jadikan ayat-ayat itu dasar doa dan
penyembahan Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar