Aku berkata dalam hati: "Mari, aku
hendak menguji kegirangan! Nikmatilah kesenangan! Tetapi lihat, juga itupun
sia-sia." - Pengkhotbah 2:1
Penulis
Pengkhotbah menguji kenikmatan hidup dengan mencicipinya (2:1-11).
Ia mencoba kesenangan, permainan dan
minuman keras (1-3); kemudian ia masuki dunia bangunan, membangun rumah, dam
menata perumahan (4-6). Sesudah itu ia menumpuk harta – para budak lelaki dan
perempuan, kawanan ternak, perak, emas, dan harta berharga lainnya (7-8); apa
saja yang ia ingin ia ambil. Tetapi akhirnya ia masih juga tidak puas, meski
masih menikmati bekerja selama ia masih bisa bekerja (9-11).
Banyak orang juga seperti itu. Kita
menikmati melakukan hal-hal sehingga kita merespons tantangan dan kerja keras
dan mungkin menghasilkan uang, mendirikan perusahaan, dan mampu membeli rumah
mewah. Semua itu menyenangkan tetapi ketika semuanya berlalu kita menemukan
bahwa semuanya bagaikan mengejar angin. Tidak satu pun memberikan kesukaan.
Mungkin kita merasakan kenyamanan, kepastian, tetapi sukacita lebih dari
sekadar tidak mengalami ketidaknyamanan. Untuk bersukacita harus ada semacam
kepekaan bahwa hidup berharga, dan kita berarti.
Jika kita mencari arti dan makna
dalam kesenangan hidup, kita akan kecewa sebab kita mencari di tempat salah.
Kesenangan yang dijanjikan oleh pencapaian adalah tipu: kita pikir kita akan
mendapatkan kepuasan abadi sekali kita telah mencapainya – ternyata tidak!
Sebaliknya kita menemukan apa yang Marie Antoinette katakan, ketika Anda
memiliki semua tak satu pun terasa. Semakin
Anda memiliki kesenangan dunia, semakin kurang gembira Anda akan mereka.
Arahkan pikiran Anda untuk memuji dan meminta
Allah menolong Anda lebih yakin menjalani keseharian Anda karena mengingat Anda
berarti di mata Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar