Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang
mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Yohanes
4:34
Yesus
adalah teladan dalam semua segi kehidupan; juga menyangkut motivasi dan sikap
Ia merupakan pengukur tentang apa arti menjadi manusia sejati. Jika manusia
gagal mengasihi Allah dan sesama sebagaimana yang Allah maksudkan bagi kita,
kita menjadi kurang manusiawi. Hanya jika kita menetapkan hati untuk meniru teladan
Kristus, barulah kita memenuhi dan mengembangkan – sebagai lawan dari melanggar
dan merusak – sifat manusiawi kita, yang memang telah banyak dirusak oleh
hadirnya dosa. Dan hanya dengan cara ini kita dapat menemukan kesukaan sejati,
yang secara integral selalu terikat dengan perasaan bahwa hidup kita berarti
serta terpenuhi. Ketika Yesus berkata bahwa makanan-Nya adalah melakukan
kehendak Dia yang mengutus-Nya dan menggenapi pekerjaan-Nya, ia sedang
menyaksikan tentang kesukaan yang Ia dapatkan di dalam pelayanan Bapa-Nya –
yaitu pelayanan yang memenuhi sifat-Nya sebagai Anak, dan juga setara dengan
itu memenuhi sifat-Nya sebagai manusia.
Untuk kita, sebagaimana untuk Yesus,
realisasi penuh dari semua potensi khas manusiawi kita (suatu realisasi yang
sekaligus merupakan inti kebebasan dan puncak kesukaan) ditemui bukan dalam
kehendak diri, tetapi dalam pelayanan kepada Allah (yang untuk kita berarti
melayani Anak dan Bapa, dan orang lain demi Tuhan). Jalan lain mungkin sesaat
memberikan pemenuhan diri tetapi tidak memberikan kebebasan atau kesukaan; dan pemekaran pengalaman kita
yang dihasilkan oleh jalan lain itu tak bernilai dibandingkan dengan
pengerdilan kemanusiaan sejati kita.
Tuhan, luaskan pengalamanku akan Engkau
supaya aku boleh bertumbuh dalam kemanusiaan sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar