Berbahagialah orang yang miskin di hadapan
Allah. - Matius 5:3
Kata
yang diterjemahkan “miskin,” dalam bahasa Yunaninya jauh lebih kuat:
“pengemis.” Seorang pengemis adalah orang yang bangkrut, merana, dan di luar
pertolongan; ia tidak punya sumber, tanpa prospek, dan tiada harapan di dalam
dan di luar dirinya. Yang Yesus katakan ialah: “Keberkatanlah (bahagia,
beruntung, patut dicemburui, dan dianggap istimewa) para pengemis rohani;
mereka yang sedemikian sadar akan dan direndahkan oleh kepapaan rohani mereka
sampai mereka siap mengakui kebutuhan mereka secara terbuka.” Di sini Yesus
menantang ide yang lazim diterima dalam Yudaisme bahwa seorang Yahudi, sebagai
bagian dari umat perjanjian Allah, ada dalam posisi untuk menerima perkenan
Allah. Kebenarannya ialah bahwa tak seorang pun kita memiliki hak, kelayakan,
sesuatu yang dapat membuat kita dipuji, untuk mendapat perkenan Allah. Kita
semua “salah, jahat, dan tak berdaya.”
Kerajaan surga adalah suatu
kehidupan baru, suatu tatanan realitas baru, suatu gaya hidup baru. Kita datang ke kerajaan
dengan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan raja atas hidup kita. Hidup dalam
kerajaan adalah hidup pertobatan yang terus menerus, juga sebagai hidup iman
dan kesukaan terus menerus dalam relasi baru kita dengan Allah. Terkadang Yesus
bicara tentang kerajaan sebagai suatu realitas masa kini (Mat. 5:3, 10);
terkadang sebagai realitas masa depan (Mat. 5:30). Tetapi relasi yang kita ikut
di dalamnya, tetap adanya, meski di surga kelak pasti akan jauh lebih meriah.
Relasi ini tidak untuk siapa pun kecuali para pengemis rohani, yang merespons
Yesus sebagai Juruselamat ilahi dan Tuhan serta yang diterima oleh Allah Bapa
demi Yesus.
Renungkan:
Para pengemis bisa memilih, akan tetap duduk
di pinggir jalan meminta-minta, atau menyambut undangan Yesus.
Tuhan, apakah Engkau ingin aku makin
menyadari kehampaan hidupku tanpa Engkau dalam semua wilayah hidupku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar