Sabtu, 22 Desember 2012

Keselamatan


Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. - 2 Korintus 5:21
 

Jika kita Kristen, kita telah diselamatkan sebab karunia pembenaran Allah telah menyelamatkan kita dari hukuman dosa; kita sedang diselamatkan sebab tiap hari kita dipelihara dari kuasa dosa; dan kita akan sepenuhnya selamat ketika kita bebas dari kehadiran dosa dan dari semua jejak dosa pada kedatangan Kristus. Inilah tiga aspek keselamatan, yang dialami melalui tiga cara berikut.

            Pertama, kurban kematian Kristus yang melaluinya Allah membuat penyediaan keselamatan. Ia menjadikan diri-Nya tebusan bagi banyak orang, mencurahkan darah-Nya seperti domba tak bercela (Mt. 20:28; 1Ptr. 1:9; Ibr. 9:22).

            Kedua, iman, lepas dari perbuatan, adalah cara kita menerima keselamatan. Iman adalah langkah jiwa dalam percaya dan komitmen kepada obyek dengan tiga aspek: Allah dari Alkitab; Kristus dari Allah, yang juga adalah Kristus dari Alkitab; dan ajaran serta janji dari Allah, yang adalah ajaran dan janji dalam Alkitab. Iman menerima kebenaran Alkitab dan memercayai pribadi – atau tepatnya ketiga pribadi Allah. Pertobatan yang berarti memalingkan akal budi seseorang, adalah sisi negatif dari iman. Pertobatan berkata “Tidak” kepada jalan-jalan  fasik agar seterusnya berkata “Ya” kepada Kristus.

            Ketiga, kelahiran baru oleh Roh adalah cara Allah memberikan keselamatan. Seperti Yesus berkata kepada Nikodemus, orang tidak dapat melihat atau masuk ke dalam kerajaan Allah (kenyataan keselamat) tanpa dilahirkan kembali (Yoh. 3:3-5). Artinya manusia dalam dosa tidak memiliki kuasa untuk berpaling kepada Allah dan beriman kecuali Roh Kudus bekerja dalam hati (Yoh. 6:44; Rm. 8:7-8; 1Kor. 2:14).

 
Lihat lagi ayat-ayat di atas dan ucapkan syukur kepada Allah untuk apa yang telah Ia lakukan bagi Anda.

Berdoalah agar Ia akan melakukan yang sama kepada orang yang Anda kenal.

Jumat, 21 Desember 2012

Anugerah


Karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah. - Efesus 2:8

 
Anugerah dalam Perjanjian Baru, adalah tindakan kasih Allah kepada manusia yang sebenarnya tidak layak menerima kasih. Allah mengerakkan surga dan bumi untuk menyelamatkan orang berdosa yang tak dapat menggerakkan jari-jarinya untuk menyelamatkan diri sendiri. Allah mengirim Anak-Nya untuk turun ke dalam kerajaan maut di salib-Nya supaya kita yang bersalah boleh didamaikan dengan Allah dan diterima dalam surga.

            Anugerah mencakup baik kehendak maupun perbuatan. Yang pertama adalah rencana kekal Allah untuk menyelamatkan; yang kedua adalah pekerjaan baik Allah dalam Anda (Fil. 1:6) yang memanggil masuk ke dalam persekutuan yang hidup dengan Kristus, membangkitkan dari kematian ke dalam hidup, memeteraikan sebagai milik-Nya oleh karunia Roh-Nya, mengubah menjadi gambar Kristus, dan kelak akan membangkitkan tubuh mereka ke dalam kemuliaan.

            Para teolog Protestan biasa mengatakan bahwa anugerah adalah sikap kasih Allah yang dibedakan dari karya kasih-Nya, tetapi pembedaan ini tidak alkitabiah. Sebagai contoh Paulus menulis: “karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku” (1Kor. 15:10) jelas menekankan karya kasih Allah dalam Paulus, yang melaluinya Ia menjadikan Paulus pertama menjadi orang Kristen lalu menjadi pelayan-Nya.

            Apakah tujuan anugerah? Untuk memulihkan relasi kita dengan Allah dan memimpin kita ke latihan mengasihi, memercayai, bersukacita, berharap, dan menaati Allah.

 
Apa sajakah “karya baik Allah” dalam Anda? Apakah dasar Alkitab untuk penjelasan itu?

Pujilah Allah atas semua aspek anugerah-Nya terhadap Anda.

Karunia


Di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan… Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karuniapun.
1 Korintus 1:5, 7
 

Kita benar ketika mengatakan bahwa karunia-karunia rohani datang dari Roh (1Kor. 12:4-31). Namun kita selalu cenderung menganggapnya sebagai bakat (kesanggupan alami) atau suatu kesanggupan baru bersifat adikodrati (berbicara dalam lidah, menyembuhkan, menerima pesan langsung dari Allah untuk orang lain, atau lainnya). Kita belum terbiasa mendefinisikan karunia-karunia dalam rangka Kristus, sang kepala tubuh, dan karya-Nya kini dari surga. Dalam hal ini kita tidak alkitabiah.

            Paulus menjelaskan bahwa karunia rohani diberikan dalam Kristus, adalah pengayaan dari Kristus. 1 Korintus 12 mengandaikan perspektif yang berporoskan Kristus yang dijelaskan dalam 1 Korintus 1:4-7. Penting sekali kita melihat kebenaran ini, atau kita akan mengacaukan antara talenta alami dengan karunia rohani.

            Dalam Perjanjian Baru baik Paulus maupun rasul lain tidak memberikan definisi tentang karunia rohani. Penegasan Paulus bahwa penggunaan karunia membangun (1Kor. 14.3-5, 12, 17, 26; Efs. 4:12) memperlihatkan apa sesungguhnya suatu karunia rohani. Untuk Paulus, hanya melalui Kristus, di dalam Kristus, dan dengan belajar tentang serta merespon kepada Kristus, orang dapat dibangunkan. Maka karunia-karunia rohani harus didefinisikan dalam rangka Kristus sebagai kuasa yang dinyatakan untuk mengungkapkan, merayakan, menyingkapkan, dan mengkomunikasikan Kristus dengan berbagai cara, entah melalui perkataan atau perbuatan.

 
Apakah aku/gerejaku perlu diingatkan tentang kebenaran ini?

Tuhan Yesus, tolongku / kami untuk memahami karunia-karunia rohani yang telah Kau berikan untuk memperlihatkan sesuatu tentang diri-Mu.

Rabu, 19 Desember 2012

Kebutuhan


Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus. - Filipi 4:19
 

Bagaimanakah Allah akan menyediakan semua kebutuhan orang Kristen Filipi? Sebagiannya, paling tidak, oleh karya Kristus melalui Roh yang mengaktualkan karunia kemurahan seperti orang Samaria yang baik di antara orang Filipi sendiri. Ketika orang Kristen berbicara satu kepada lain dalam Nama Kristus dan mempraktikkan kepedulian Kristen, secara pribadi Kristus memberkati melalui mereka (2Tes. 3:6; Mrk. 9:41). Seperti ucapan Kristus bahwa “segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat. 25:40), demikian juga dalam kategori itu kita bisa berkata bahwa ketika orang Kristen lain membagikan pengertian, penguatan, dan kelegaan dalam bentuk apa pun kepada kita, Kristus sendirilah yang melayani, memberikan kita berbagai manfaat tadi melalui mereka (2Kor. 13:3; Rm. 15:18).

            Dari surga Kristus memakai orang-orang Kristen menjadi mulut, tangan, kaki, bahkan senyum-Nya; melalui kita, umat-Nyalah, Ia berbicara dan bertindak, menjumpai, mengasihi, dan menyelamatkan di sini dan kini dalam dunia ini. Ini merupakan sebagian arti dari gambaran Paulus tentang gereja sebagai tubuh Kristus di mana semua orang Kristen adalah anggotanya – anggota tubuh atau organ yang bertindak menurut gerakan Kristus sang kepala tubuh.
 

Ucapan ini kiranya meluputkan kita dari kemalasan atau kekalutan: “Allah tidak memiliki tangan kecuali tangan kita” dan “…ribuan orang menuruti perintah-Nya melintas daratan dan lautan tanpa istirahat” (Milton).

Tuhan, aku serahkan diriku dan potensiku ke dalam tangan-Mu hari ini dengan segala kesempatan di dalamnya.

Selasa, 18 Desember 2012

Nama itu Ajaib


Tetapi jawab malaikat TUHAN itu kepadanya: "Mengapa engkau juga menanyakan nama-Ku? Bukankah nama itu ajaib?" - Hakim-hakim 13:18
 

Jawab malaikat Tuhan tentang nama-Nya, dari satu sisi agak samar; dari sisi lain itu undangan untuk merenung, berpikir, dan menyembah. Manoah benar ketika berkata bahwa mereka telah melihat Allah (13;23), Allah sendiri bertindak seolah malaikat utusan-Nya.

            Ketika kita berpikir tentang Allah sebagai Allah yang melakukan hal-hal ajaib, kita ingat bagaimana Ia mencipta dunia dengan memanggilnya dari ketiadaan, dan Yesus mengubah air menjadi air anggur, memberi makan empat ribu dan lima ribu orang, menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati. Pastilah, Allah adalah Allah atas mukjizat. Dalam Alkitab mukjizat-mukjizat mengitari saat-saat agung penyataan untuk menarik perhatian manusia tentang apa yang sedang terjadi.

            Dalam kisah Manoah, istrinya, dan malaikat Tuhan (Hkm. 13), keajaiban kasih Allah tampil dalam banyak cara. Israel telah berdosa, Allah dalam penghukuman-Nya membuang mereka ke dalam tawanan, dan kini Allah mengambil inisiatif dan mulai bertindak untuk keselamatan dan pemulihan mereka.

            Bagaimana Ia melakukan itu? Ia datang ke seorang perempuan mandul dan memberitahu bahwa ia akan mendapat seorang anak yang khusus yang akan membebaskan umat-Nya. Dan kemudian itu terjadi! Bayang-bayang Yesuskah? Ya – secara harfiah! Di sini kita tidak saja memiliki suatu keajaiban kuasa Allah, tetapi juga kemurahan, kesetiaan, dan kasih-Nya.

 
Penguatan: Semua hal yang telah Allah janjikan kepada Anda, akan ia lakukan.

Tuhan, aku percaya janji-Mu… dan menaruh percaya dalam kuasa, kasih, dan kesetiaan-Mu.

Senin, 17 Desember 2012

Allah yang Berotoritas


Malaikat TUHAN menampakkan diri kepada perempuan itu dan berfirman kepadanya, demikian: "Memang engkau mandul, tidak beranak, tetapi engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Oleh sebab itu, peliharalah dirimu, jangan minum anggur atau minuman yang memabukkan dan jangan makan sesuatu yang haram. - Hakim-hakim 13:3-4
 

Malaikat Tuhan memberitahu istri Manoah bahwa ia akan mendapat seorang putra yang akan hidup sebagai seorang nazir. Ia akan dibaktikan khusus untuk Allah dan menjalani berbagai aturan yang menjadi tanda fakta itu: menjauhi minuman keras dan tidak boleh cukur. Selain itu, istri Manoah pun harus menjauhi minuman keras dan makanan yang tidak halal. Hanya sekali itu dalam Alkitab seorang calon ibu diberi petunjuk sejelas itu. Istri Manoah bisa saja bertanya mengapa ia diberi larangan itu. Jika ia lakukan itu, jawabnya adalah, “Karena Aku berkata demikian.”

            Allah membuat aturan. Ia tidak harus menjelaskan alasannya. Tugas kita adalah menaati. Allah tidak memberitahu istri Manoah mengapa Ia memberi petunjuk tertentu seperti juga Ia tidak menjelaskan kepada Gideon mengapa ia harus mengurangi pasukannya sampai hanya sekelompok kecil. Kita bisa menduga-duga, tetapi akhirnya kita hanya berpegang pada prinsip bahwa Allah anugerah berhak membuat aturan.

            Andai kita berkata, “Tetapi Allah, masakan Engkau ingin aku melakukan itu – tidak beralasan,” kita mungkin tidak akan menerima jawaban kecuali gema perkataan Allah dalam hati nurani kita. Seringkali kesombongan membuat kita menanyakan alasan dan membuat kita enggan. Adam dan Hawa mempertanyakan alasan perintah Allah dan akhirnya tidak taat. Iblis yang mencobai mereka, akan mencobai kita juga dengan cara yang sama. Istri Manoah tidak menanyakan penjelasan, ia taat saja, dan ia menerima berkat yang telah Allah rencanakan bagi mereka.

 
Andai aku yang diminta Maria (Yoh. 2:5), apa reaksiku?

Tuhan, tolongku memercayai kasih-Mu bahkan ketika Engkau tidak memberiku alasan apa pun.

Sabtu, 15 Desember 2012

Allah yang Konsisten


Berkatalah Manoah kepada isterinya: "Kita pasti mati, sebab kita telah melihat Allah."

Tetapi jawab isterinya kepadanya: "Seandainya TUHAN hendak membunuh kita, maka tidaklah Ia menerima korban bakaran dan korban sajian dari tangan kita dan tidaklah Ia memperlihatkan semuanya itu kepada kita dan tidaklah Ia memperdengarkan hal-hal yang demikian kepada kita pada waktu sekarang ini." - Hakim-hakim 13:22-23
 

Dalam reaksi panik Manoah terkesan ada hikmat. Ia tahu Allah Israel kudus adanya dan manusia berdosa yang menatap Dia tidak dapat bertahan hidup. Ingat bagaimana Yesaya ketika melihat Allah di Bait (Yes. 6)? Hanya penyelamatan dari Allah sendiri dapat meredakan ketakutan ini. Kepanikan itu membuktikan bahwa meski Manoah teliti, ia tidak kenal benar agamanya. Ia belum menyadari bahwa Allah dapat diandalkan. Istrinya tahu hal ini. Ia tahu Allah tidak menarik kembali rencana-Nya; jika Ia meninggikan orang, Ia tidak menolak mereka; jika Ia mengikat diri dengan janji-janji-Nya Ia akan memegang perkataan-Nya. Ia memberitahu suaminya bahwa Allah pasti tidak akan melenyapkan mereka sesudah menerima kurban bakaran mereka dan memberitahu tentang kelahiran anak mereka serta rencana ilahi untuknya. Singkat kata ia berkata kepada Manoah: Allah tidak berubah-ubah – Ia konsisten! Tenanglah! Bersukacitalah!

            Ada banyak situasi yang kita rasa Allah sedang menghancurkan pengharapan yang Ia berikan kepada kita. Itulah yang dirasakan oleh dua murid yang menuju Emaus. Kita percaya bahwa Yesus penebus Israel, ujar mereka. Tetapi kini lihat apa yang terjadi. Ia mati. Yusuf mungkin juga memiliki perasaan yang sama sewaktu dipenjara di Mesir. Bagaimana dengan semua visi kebesaran yang Allah berikan kepadanya sewaktu ia remaja? Tetapi kita tahu bagaimana akhir kedua kisah itu. Pengharapan yang telah Allah berikan sungguh digenapi, meski tidak seperti yang diharapkan semula.

            Reaksi panik pada saat stres dan trauma membawa kita ke kesimpulan salah.

“Allah telah melupakan kita.” “Allah membinasakan kita.” Bagaimana menjawabnya?

Tuhan, kasih-Mu di masa lalu melarang kami berpikir Engkau akan meninggalkan kami tenggelam dalam masalah! Terima kasih atas kesetiaan-Mu kepada maksud-Mu.

Jumat, 14 Desember 2012

Pertemuan dengan Allah

Sedang nyala api itu naik ke langit dari mezbah, maka naiklah Malaikat TUHAN dalam nyala api mezbah itu. Ketika Manoah dan isterinya melihat hal ini, sujudlah mereka dengan mukanya sampai ke tanah. - Hakim-hakim 13:20
Manoah tipe pria yang rewel, sombong, sangat religius dan teliti. Istrinya menceritakan yang terjadi, tetapi ia merasa perlu memeriksa sendiri. Mungkin ia menyesali “manusia Allah” datang kepada istrinya dan bukan kepadanya. Pokoknya, ia meminta agar Allah mengutus lagi manusia Allah itu kepada mereka. Doanya dijawab, tetapi lagi-lagi utusan Allah itu menemui istrinya dulu! Istrinya memanggilnya dan ia datang lalu berkata, “engkaukah yang telah berbicara kepada perempuan ini?” (11). (Bukan “istriku” tetapi “perempuan ini” – perhatikan nuansa itu!) ketika malaikat Tuhan mengiakan, dengan kesopanan timur ia lanjut,“apabila terjadi yang Kaukatakan itu, bagaimanakah nanti cara hidup anak itu dan tingkah lakunya?" (12). Utusah ilahi itu (sebab malaikat Tuhan itu sesungguhnya adalah suatu teofani - penampakan ilahi) menjawab: Apa yang kukatakan ini kepadamu, sesungguhnya telah kukatakan lebih dulu kepada istrimu; mengapa kamu ingin aku mengatakannya kembali?
Percakapan itu berlanjut dan kemudian Manoah, atas usul utusan itu, memberikan kurban bakaran untuk Tuhan. Ketika api dan bersamanya pelawat ilahi itu naik ke surga, Manoah menyadari bahwa ia telah berjumpa langsung dengan Allah sendiri dan itu membuatnya panik. Sekali lagi istrinya bicara tepat!
Jika Anda pria yang telah menikah, bolehkah saya bertanya apakah Anda sedia mendengar nasihat istri Anda? Jika tidak, Anda sungguh bodoh!
Apakah aku bersedia belajar dari siapa saja yang dapat menolongku mengenal diri atau Allah lebih baik? Hati-hati dengan anggapan, “Tidak ada yang dapat ia ajarkan kepadaku.”
Tuhan, tolongku rendah hati untuk belajardari orang lain. Ampuni sikapku merasa diri lebih dari…

Kamis, 13 Desember 2012

Allah yang Memulihkan


Aku akan memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang… kamu akan makan banyak-banyak dan menjadi kenyang, dan kamu akan memuji-muji nama TUHAN, Allahmu, yang telah memperlakukan kamu dengan ajaib. - Yoel 2:25-26


Jika ketika mengemudi saya masuk ke dalam rawa, seharusnya saya tahu bahwa saya telah keluar dari jalan. Tetapi pengetahuan itu tidak memberikan penghiburan jika saya harus berdiri tak berdaya memandang ke mobil saya yang tenggelam lenyap ditelan rawa. Samakah yang terjadi ketika seorang Kristen sadar bahwa ia telah kehilangan pimpinan Allah dan mengambil jalan salah? Apakah kerusakan yang terjadi tidak mungkin lagi diperbaiki? Apakah kini ia harus dikeluarkan dari perjalanan hidup?

            Puji Allah, tidak. Allah kita tidak saja Allah yang memulihkan, tetapi mengambil kesalahan dan kebodohan kita ke dalam rencana-Nya untuk kita dan mengubahnya menjadi kebaikan. Itulah bagian dari keajaiban kedaulatan anugerah-Nya. Yesus yang memulihkan Petrus sesudah penyangkalannya, dan lebih dari sekali mengoreksinya sesudah itu, adalah Juruselamat kita kini dan Ia tidak berubah. Allah tidak saja mengubah kemarahan manusia menjadi kepujian-Nya tetapi juga pengembaraan sesat orang Kristen.

            Allah tidak hanya membimbing kita dengan memperlihatkan jalan yang harus kita tempuh; Ia juga mau membimbing kita secara lebih mendasar dengan meyakinkan kita bahwa, apa pun yang terjadi, kesalahan apa pun yang kita buat, kita akan selamat tiba di rumah-Nya. Tergelincir dan tersesat, boleh jadi akan terjadi, tetapi lengan kekal menopang kita; kita akan tertangkap, diluputkan, dipulihkan.

Apakah Anda merasa terperangkap dalam “kebaikan kelas dua” dari Allah karena sebelumnya pernah menyimpang? Sadari perasaan itu tidak perlu dan tidak berdasar, sebab akan membuat Anda terus kalah.

Tuhan, bersihkanku dari kesalahan dan kuasa dosa… (apa pun itu). Aku menerima pengampunan-Mu dan memercayai-Mu untuk memulihkanku dan situasiku sepenuhnya, sehingga kini aku mengalami yang terbaik dari kehendak-Mu dalam hidupku.

Rabu, 12 Desember 2012

GAGAL?

 
Andai malam sebelumnya Petrus cs berhasil menangkap ikan,
Perahu mereka pasti penuh tangkapan,
Pagi itu mereka akan meluap dengan kesukaan
Mengurusi ikan-ikan tangkapan yang akan dijual di pasar;
Maka tidak akan terjadi kesempatan perahu Petrus dipinjam Yesus,
Untuk dijadikan mimbar darurat tempat Ia berkhotbah ke orang banyak,
Dan tanpa kesempatan itu Petrus tidak akan sempat mendengar
KhotbahNya yang berkuasa yang mungkin sekali menjadi sebab
Mengapa ia mau juga mencoba menangkap ikan lagi,
Meski sebagai seorang nelayan kawakan ia tahu bahwa
Yang bicara bukan nelayan tetapi tukang kayu,
Dan saat itu sudah bukan saatnya untuk menangkap ikan.
Karena kesempatan mendengar itu - Petrus mencoba menuruti kata2Nya
Dan, perahunya hampir tenggelam karena sarat tangkapan
Lalu celiklah mata hatinya bahwa ia ada di Hadapan Yang Kuasa,
Maka sujudlah ia mengakui keberdosaannya,
Dan, dalam ajaib anugerahNya Petrus mendengar sebuah kalimat indah:
"Ikutlah Aku, engkau akan Kujadikan penjala orang."


Gagal --> Perahu Kosong --> Mimbar Darurat --> Dengar Khotbah --> Alami kuasaNya --> Sadar diri berdosa --> Terima PanggilanNya

 JADI BGM PASNYA KITA MENYIKAPI SUATU KEGAGALAN?

Jumat, 07 Desember 2012

Kemurnian Hati

Janganlah seperti orang munafik. - Matius 6:5

Kata asal untuk munafik (hipokrit) ialah pemain drama.dalam teater purba, jauh hari sebelum ada alat rias, para aktor memakai topeng yang menampilkan tokoh yang ia perankan. Semua yang menonton akan keliru bila menyangka bahwa mereka melihat manusia dengan sifat atau kehidupan nyata. Yang mereka lihat hanya orang-orang memainkan berbagai tokoh dan adegan, untuk menghibur, menimbulkan kesan dan dipuji.

            Maka Yeus memberitahu para murid-Nya untuk tidak hipokrit – dalam hal ini orang Farisi – dalam persembahan, doa, dan puasa (Mat. 6:1-18). Orang Farisi, menurut Yesus, hanya melakukan tindakan-tindakan supaya dilihat dan dianggap saleh oleh orang yang melihatnya. Tetapi Allah tidak suka dengan sikap itu. Allah akan melihat tetapi tidak bertepuk tangan, sebab Ia tahu bahwa tujuan tindakan itu bukan untuk-Nya tetapi untuk diri mereka sendiri.

            Yesus memegang prinsip jauh lebih tinggi seperti dalam ucapan bahagia keenam: “Berbahagialah orang yang suci hatinya, sebab mereka akan melihat Allah”(Mat. 5:8). Murni hati berarti lebih dari sekadar memiliki hati dan pikiran yang bebas dari pikiran dan hasrat yang biasa disebut najis; melainkan hal itu adalah sikap yang menempatkan Allah sendiri sebagai tujuan dan menginginkan kesukaan, kehormatan, pengenalan, pemujaan, dan keakraban dengan-Nya lebih di atas segalanya.

            Paruh pertama Matius 6 seluruhnya adalah khotbah tentang kemurnian hati dengan tiga lukisan kegiatan hidup para murid – memberi, berdoa, dan berpuasa. Tidak boleh ada kemunafikan, kedangkalan, keanehan atau pameran dalam hal-hal ini atau lainnya dalam ibadah dan pelayanan Kristen.

 
Pikirkan tentang jenis situasi dan kejadian di mana saya merasa senang dengan diri sendiri. Apa yang hal tadi perlihatkan tentang siapa yang ingin saya sukakan dan peroleh perkenan darinya?

Tuhan, di mana ada motif yang tak murni dalamku, tolongku mengakuinya dan tidak berpura-pura itu tidak ada.

Kemuliaan Allah


Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. - 1 Korintus 10:31
 

Ketaatan Kristen harus memiliki motif dan tindakan yang benar. Kebanyakan motif adalah reaksi kepada situasi atau orang yang dikendalikan oleh faktor luar (takut atau syukur) atau sebaliknya adalah ketetapan dari dalam hati (mengejar kekayaan atau reputasi). Kasih adalah motif kompleks yang mengandung kedua unsur itu; ia bisa merupakan reaksi dengan maksud baik, yang dipicu dan diberdaya oleh penghargaan kepada orang yang dikasihi, sekaligus merupakan ketetapan untuk memberi manfaat dan kebahagiaan, tanpa mempertimbangkan kelayakan penerimanya atau biayanya.

            Motif tertinggi orang Kristen selalu harus untuk memuliakan Allah, dan sebagai ungkapan sejati dari kasih kepada-Nya. Tetapi kasih kepada sesama demi Tuhan harus memotivasi kita juga, dan hal ini telah menjadi topik perdebatan cukup lama. Bagaimana kasih dapat menentukan kelakuan saya kepada sesama saya?

            Kita perlu menolak ide situasional bahwa peraturan alkitabiah tentang perilaku hanya petunjuk dengan aplikasi yang luas, dan bahwa perhitungan yang sehat dapat membuat pelanggaran terhadap hukum menjadi baik dan benar. Pada saat sama penting disadari bahwa semakin kasih kepada sesama menjadi motif bagi tindakan, semakin usaha dan keahlian kita melakukan ungkapan kasih akan meningkat, di dalam batas yang Hukum Allah tetapkan, sehingga itu menjadi cara bertindak yang paling baik dan paling berhasil.
 

Renungkan: Melakukan yang baik untuk orang lain harus melibatkan diri kita dan bukan hanya tindakan kita.

Tuhan, dalam apa pun yang aku lakukan untuk orang lain hari ini, tolongku untuk memberi sesuatu dari diriku juga.

Kekudusan


Siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus.

Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu. - 1 Petrus 1:13-15

 
Ayat-ayat ini memperingatkan kita terhadap tiga kejahatan yang dapat menghancurkan kehidupan Kristen kita. Pertama kelambanan – karena itu “siapkanlah akal budimu,” konsentrasilah! Yang kedua keteledoran, yang merupakan ciri orang mabuk – maka, “waspadalah,” disiplin dirimu, miliki tujuan hidup jelas dan waspadalah. Yang ketiga adalah pikiran bercabang, yaitu kejahatan yang diakibatkan karena terlalu memperhatikan daya tarik dunia ini dan tidak cukup memperhatikan prospek yang Allah janjikan bagi kita – maka “letakkanlah pengharapanmu seluruhnya” ke hari penyataan Yesus Kristus.

            Kehidupan kudus didorong oleh pengharapan kemuliaan dengan Kristus. Untuk orang Kristen seperti para pembaca Petrus dulu yang kini hidup di bawah rezim yang memusuhi Kristen, menghadapi kesukaran dan perlakuan buruk karena Kristus, pengharapan ini sungguh memberikan kestabilan dan penguatan.

            Pengharapan adalah motif yang berpengaruh besar untuk kehidupan kudus. Petrus lalu menambahkan dua hal lain. Pertama hak istimewa Kristen (18-21) yang memancar dari pengenalan akan tiga hal: pertama, nilai darah Kristus yang telah dicurahkan untuk mereka; kedua, kepedulian Allah atas penebusan mereka, yang telah menetapkan Anak-Nya untuk tugas itu sebelum mereka ada; ketiga, pengangkatan mereka menjadi putra-putri Allah melalui kelahiran baru. Motif kedua adalah rasa hormat mereka kepada Allah yang selain hakim yang adil juga berelasi dengan mereka sebagai bapa. Hormat anak-bapa inilah arti takut akan Allah (17).

 
Langkah apa harus ku ambil untuk membuat akal budiku siap? Apakah program gereja kita menjelaskan arti hal itu dan mendorong tindakan itu?

Tuhan, aku beranikan diriku dengan pemikiran tentang langit dan bumi baru yang akan datang.

Hukum Kristus


Penuhilah hukum Kristus. - Galatia 6:2
 

Memang tiap situasi unik dan hanya dengan mengenali kekhasan tiap situasi kita dapat menyimpulkan hal terbaik apa dapat kita tarik darinya. Juga benar bahwa kasih membuat orang selalu menginginkan yang terbaik bagi orang yang dikasihi dan yang dimaksud bukan sekadar perbuatan benar secara formal atau menghindari kesalahan melainkan keinginan untuk selalu berbuat hal yang lebih baik. Penekanan bahwa kasih sejati bersifat kreatif, penuh upaya, dan ketidaksediaan untuk puas dengan hal baik yang bukan terbaik dalam relasi adalah sikap yang terdapat dalam pandangan situasionisme.

            Tetapi sikap itu menyimpang dalam penolakan mereka bahwa ada tindakan yang dalam dirinya bersifat immoral, jahat, dan dilarang. Anggapan salah itu merusak.

            Perjanjian Baru menegaskan bahwa meski relasi kita dengan Allah tidak lagi ditentukan oleh hukum sebab Kristus telah membebaskan kita dari hukum sebagai sistem keselamatan, kita kini di bawah hukum Kristus sebagai standar pengudusan.

            Dengan menyangkali bahwa ada hal yang Allah larang secara universal, kita memerangkap kasih ke dalam kebingungan. Bagaimana saya harus mengasihi sesama saya? Dengan menyesuaikan diri dengan situasi, demikian kita dianjurkan. Tetapi bagaimana saya mendefinisi situasi? Semua definisi bisa lahir menurut kemauan siapa saja dan terbuka untuk ditantang. Dan sesudah didefinisi, bagaimana saya dapat meyakini apa hal terbaik untuk dikasihi? Kompas moral saya tidak selalu dapat diandalkan, dan saya terhambat oleh dosa dan ketidaktahuan. Saya butuh hukum Allah untuk membimbing; dan tidak ada benturan antara menjalani perintah Allah dan mengasihi sesama saya. Justru keduanya berjalan bersama (1Yoh. 5:2). Hukum adalah matanya kasih; kasih adalah hatinya hukum.

Berpikirlah lebih banyak tentang hukum dan orang Kristen (Untuk awal: Rm. 6:14; 7:1-6; 10:4; 1Kor. 6:21; Gal. 3:23-26).

Tuhan, tolongku untuk kreatif dan penuh usaha dalam mengasihi orang lain – dalam batas yang Engkau tetapkan.

Hari Kudus

Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat. - Keluaran 20:8

Orang Puritan memiliki cara arif untuk mengungkapkan hari Minggu. Untuk mereka hari Minggu adalah Sabat Kristen, dan mereka biasa menyebutnya “hari pasar jiwa.” Jadi untuk mereka hari Minggu bukan untuk bermalasan, tetapi hari untuk berhenti dari urusan panggilan bumiah agar boleh mengejar urusan panggilan surgawi kita. Juga, bukan untuk menjadi beban membosankan, tetapi merupakan hak istimewa menyukakan; bukan puasa tetapi pesta; bukan kerja tak berguna tetapi alat anugerah.

            Agar mendapat manfaat penuh dari hari Minggu, mereka menasihati kita untuk menyiapkan diri – membebaskan diri dari hal-hal yang menyimpangkan perhatian dan beban lalu meluangkan waktu untuk memeriksa diri, pengakuan dosa dan doa pada hari Sabtunya.

            Ibadah umum harus menjadi pusat hari Minggu, dan orang Puritan tidak simpati pada mereka yang mengeluh tentang lamanya waktu ibadah, meski Baxter menasihati para pengkhotbah agar “berkhotbah dengan keseriusan yang hidup dan membangunkan pendengar… dan dengan metode yang mudah serta beragam isi yang bermanfaat agar orang tidak bosan dengan Anda.”

            Orang Puritan menegaskan bahwa keluarga harus berfungsi sebagai unit kehidupan benar di hari Tuhan, dengan kaum pria dalam rumah melakukan tanggungjawabnya untuk memperhatikan jiwa-jiwa dalam isi keluarganya. Pastor Puritan berbeda dari sejawatnya di zaman modern, tidak mengatur agar anak dan wanita menjangkau kaum pria tetapi sebaliknya.

            Ia juga berusaha menghindari jebakan legalisme (hanya memperhatikan pada hal yang tidak boleh dilakukan di hari Tuhan) dan Farisiisme (kebiasaan mencela orang bila terjadi pelanggaran dalam hal ini).

 
Kaum Puritan merasa bahwa kesukaan harus menjadi kunci ibadah umum. Apakah kesukaan merupakan ciri utama ibadah gereja Anda? Jika tidak, mengapa?

Tuhan, apakah kami memanfaatkan penuh alat anugerah-Mu ini?

Kesalehan


Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik. - Mazmur 1:1


Mazmur 1 membuka nada dan menfokuskan pemandangan seluruh mazmur-mazmur. Mazmur ini berisi renungan tentang sosok seorang yang saleh, dengan membandingkannya dengan orang fasik. Ketika membaca mazmur-mazmur ingatlah hal ini dalam pikiran Anda.

            Orang yang saleh menjauhi pemikiran dan rencana, perhatian dan sikap mereka yang mengejek kesalehan dan menolak Allah. Sebaliknya mereka bersuka dalam hukum Allah. Mengapa? Sebab mereka bersuka akan Allah sendiri sumber dan isi kesaksian hukum. Inilah jalan orang benar, dalam kontras dengan jalan orang fasik.

            Buah dari kehidupan benar adalah Kesalehan dalam perilaku, pengaruh kebaikan, dan kontribusi positif kepada kesejahteraan orang lain. Dalam artian tadi orang fasik jelas-jelas tidak berbuah; dosa menjadi kekuatan pemecah, yang membuat para pelakunya membawa kesusahan baik bagi dirinya maupun bagi dunia ini. Buah orang saleh bersifat tetap dan teratur, seperti pohon yang berakar di tepi sungai dan disegarkan terus oleh air tanah. Gambaran itu menyatakan bahwa Allah menyediakan kekuatan untuk segala pekerjaan baik melalui perenungan Firman yang dilakukan orang saleh. Kemakmuran yang dialaminya bersifat batiniah; sebab ia berusaha untuk melakukan segala sesuatu untuk kepujian Allah, sesuai Firman-Nya, ia diperkaya oleh kepuasan batin dari hati nurani yang baik, bahkan ketika usahanya terkesan terhalang dan gagal.

            Kemantapannya berasal bukan saja dari keutuhan batinnya tetapi dari fakta bahwa Allah tahu jalannya, menerima, dan memperhatikannya. Kelak ia akan berdiri di pengadilan Allah – diteguhkan dalam perkenan Allah – sementara orang fasik yang jalannya tidak berkenan, akan jatuh. Alkitab secara teratur menilai jalan hidup dengan bagaimana kenyataan orang pada Hari Penghakiman.

Apakah Perjanjian Baru memengaruhi realitas rohani dalam mazmur ini?

Tuhan, jika kelakuan, pengaruh, kontribusiku tidak menyenangkan-Mu, nyatakan kepadaku…