Selasa, 30 Mei 2017

Menjelang Akhir dari Zaman

Ketika Yesus keluar dari Bait Allah, seorang murid-Nya berkata kepada-Nya: "Guru, lihatlah betapa kokohnya batu-batu itu dan betapa megahnya gedung-gedung itu!" Lalu Yesus berkata kepadanya: "Kaulihat gedung-gedung yang hebat ini? Tidak satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan." Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, berhadapan dengan Bait Allah, Petrus, Yakobus, Yohanes dan Andreas bertanya sendirian kepada-Nya: Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi, dan apakah tandanya, kalau semuanya itu akan sampai kepada kesudahannya." Maka mulailah Yesus berkata kepada mereka: "WASPADALAH supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Akan datang banyak orang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah dia, dan mereka akan menyesatkan banyak orang. Dan apabila kamu mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang, JANGANLAH KAMU GELISAH. Semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan. Akan terjadi gempa bumi di berbagai tempat, dan akan ada kelaparan. Semua itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru. Tetapi kamu ini, HATI-HATILAH! Kamu akan diserahkan kepada majelis agama dan kamu akan dipukul di rumah ibadat dan kamu akan dihadapkan ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja karena Aku, sebagai kesaksian bagi mereka. Tetapi Injil harus diberitakan dahulu kepada semua bangsa. Dan jika kamu digiring dan diserahkan, JANGANLAH KAMU KUATIR AKAN APA YANG HARUS KAMU KATAKAN, tetapi katakanlah apa yang dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga, sebab bukan kamu yang berkata-kata, melainkan ROH KUDUS. Seorang saudara akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah terhadap anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka. Kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi ORANG YANG BERTAHAN SAMPAI PADA KESUDAHANNYA IA AKAN SELAMAT." -- Markus 13:1-13 (baiknya bacalah seluruh pasal ini)

Dengan mengandaikan Injil Markus ditulis sebelum kejatuhan Yerusalem / keruntuhan Bait Allah di tahun 70, maka pasal ini mencatat nubuatan Tuhan Yesus yang menunjuk kepada banyak peristiwa yang merupakan penggenapan nya -- dari kejatuhan Yerusalem di tahun 70 sampai menjelang kedatangan-Nya kedua kali. 
1. Yang mana mrupakan ucapan yang digenapi pada kehancuran Bait Allah? 
2. Perhatikan pertanyaan tiga murid inti itu. Apa yang mereka tanyakan? Menyiratkan peristiwa apa/apa saja pertanyaan itu?
3. Peristiwa buruk apa saja akan terjadi sepanjang sejarah sampai menjelang kedatangan Tuhan kedua kali? Bagaimana nasihat Tuhan Yesus kepada para murid ketika menghadapi/mengalami berbagai peristiwa buruk itu?

Doa: Ya Tuhan, semakin banyak gejala yang Kau nubuatkan ini terjadi di mana-mana, bahkan di sekitar kami. Tolong kami untuk waspada, hati-hati, tidak takut, bergantung penuh pada Roh Kudus yang akan menyanggupkan kami bertekun dan setia sampai ke akhir. Maranatha. Amin.

Sabtu, 27 Mei 2017

Menghayari segar kegerejaan kita

"Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya. -- Markus 16:15-20


Esok kita ke gereja bukan? Meski gereja bukan gedung tetapi kita -- kawanan Allah, misi Allah -- yang adalah gereja, kita ke gereja sebagai salah satu wujud merayakan dwi-sifat kegerejaan kita ini. Sementara mempraktikkan kegerejaan kita, hayati dan hidupi se-riil-nya tritunggal pewujud-penopang kegerejaan kita. Pertama, sambutlah firman-Nya -- firman-Nya kekuatan kita, makanan, arahan, terang, penyingkapan hati Allah untuk kita -- bukalah pikiran,hati, tekad, imajinasi kita untuk menyambut firman-Nya, simpan, ingat-ingat, lakukan supaya mewujud dalam darah-daging keseharian kita. Kedua, meski hanya sekali seumur hidup kita menerima baptisan dan tidak tiap minggu kita menerima sakramen perjamuan kudus -- dalam harapan saya sesungguhnya baik dan lebih mendekati paparan Alkitab dan kebutuhan penopangan spiritualitas kita untuk gereja melayankan PK setiap minggu atau paling tidak sebulan sekali -- mari kita hayati prinsip penopangan sakramental / inkarnasional ini lebih aktif. Udara, air, pepohonan, makanan, pakaian, kursi gereja, mimbar, dlsb. sebagai media melalui mana kita mengalami perjumpaan dan kehadiran Allah yang memperbarui dan menopang kita. Ketiga, sepanjang injil Markus kita tidak melihat para murid yang super melainkan bebal, ter-distraksi oleh harapan duniawi, ambisius, lemah iman, takut, dst. tetapi tetap Tuhan mempercayai mereka dan mempercayakan Injil kepada mereka. Dan, herannya mereka diberdaya, sanggup menjadi media pernyataan berbagai tanda-mukjizat dari Dia yang bertakhta di surga dalam kemuliaan. Tidak disebut secara eksplisit oleh Markus di sini -- Lukas-Kisah Rasul menyebut ini dengan eksplisit -- namun dapat kita simpulkan bahwa catatan Markus ini mengisyaratkan operasi pemberdayaan Roh di dalam mereka. Maka esok dan setiap saat dalam keseharian kita, mari berharap, membuka diri, ambil energi, karunia, urapan  Roh dalam kehidupan pribadi, keluarga, pekerjaan, bermasyarakat, kesaksian kita di keseharian. 

Terima kasih Allah Tritunggal, untuk firman, air/roti-anggur, dan nafas/energi Roh pembaru kehidupan kegerejaan kami. Amin.

Jumat, 26 Mei 2017

dwisifat dalam tritunggal

Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya. -- Markus 16:15-20

Sikap dan tindakan pengikut Yesus terhadap dunia bersifat paradoks: Kita diselamatkan dari dunia dengan segala hawa nafsu cemarnya yang membawa kepda kebinasaan (lih. surat2 Petrus), dan secara simultan kita diutus ke dalam dunia untuk memberitakan Injil kepada segala makhluk. Sikap paradoksal ini terhubung dengan jatidiri orang percaya dan gereja sebagai umat atau keluarga Allah atau Tubuh Kristus dan sebagai utusan Kristus. Nas ini menjelaskan secara tersurat dan tersirat tritunggal prinsip hidup bagi eksistensi dan aksi gereja sebagai keluarga Allah dan sebagai representasi Kristus -- Firman, Sakramen dan Roh. Sebagai umat Allah: 1) Firman: dengan menerima firman Injil dan hidup di dalam firman (Yoh. 15:4, 7) kita hidup di dalam Kristus; 2) Sakramen: dengan menerima sakramen baptisan dan perjamuan kudus kita menerima tindakan sakramental Allah mengampuni, menyucikan dan memperbarui kita terus menerus; 3) Roh Kudus: Roh Kudus adalah eksekutor semua karya penyelamatan oleh Yesus sampai teralami oleh kita. Ia melahirkan baru, dan mengerjakan berbagai proses transformasi ke dalam kehidupan orang percaya. Sebagai misi Allah, representasi Kristus bagi dunia ini: 1) Firman: firman Injil Kerajaan dalam dwiaspeknya keselamatan atau kebinasaan kekal ke segala makhluk yaitu sampai ke implikasi konkrit dalam keseharian, inilah yang menjadi kesaksian orang percaya dan pewartaan Gereja; 2) Sakramen: Pemberian sakramen inisiasi (baptisan) dan sakramen penopangan (perjamuan kudus) diberikan sebagai akibat dan pendorong Misi berkelanjutan; 3) Roh Kudus: Janji-janji Kristus bahwa pe-raja-an-Nya akan termanifestasi dalam wujud tanda danmukjizat dikerjakan oleh operasi Roh di dalam kehidupan umat dan seiring tindakan misi umat dalam dunia ini.

Maka, mari sungguh hidup dalam Firman ditopang oleh sakramen dan diberdaya oleh kuat-kuasa Roh kita menghidupi eksistensi dan aksi nyata kita sebagai umat dalam misi Kerajaan.

Kamis, 25 Mei 2017

Misi Pe-Raja-an Yesus

Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya. -- Markus 16:14-20

Yesus Kristus memberi kepercayaan untuk para murid dulu, terus sampai kita kini, memberitakan Injil Kerajaan dari/oleh-Nya. Meski versi Markus jauh lebih singkat dari Matius, tetapi Markus memakai pilihan kata khas yang tampungannya lebih luas daripada Matius: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala MAKHLUK." Injil memang ditujukan kepada manusia di dalam semua klan/suku/bangsa (Matius: ETHNOS). Namun dampak Injil Kerajaan bukan hanya untuk individual/personal tetapi meluas ke segala aspek dunia manusia seperti yang dipaparkan Paulus dalam Roma 8 -- yaitu dampak penebusan harus juga terasa ke seluruh tatanan ciptaan yang terkena dampak kejatuhan. Ini yang dalam penjabaran Matius adalah PEMURIDAN. Maka marilah menghargai kesaksian dan penginjilan sebagai kepercayaan luar biasa dari Tuhan untuk kita terlibat dalam misi pewujudan Kerajaan Allah di bumi ini; mari memiliki wawasan jauh lebih luas dalam kesaksian / penginjilan bukan saja tentang keselamatan pribadi orang tertentu tetapi meliputi keseluruhan aspek kehidupannya -- ekonomi, sosial, budaya, ekologis,... -- sampai dampak penebusan dan transformasi terasa ke semua makhluk. Misi dan kesaksian.penginjilan bukan saja berfokus pada Yesus yang mati dan bangkit, tetapi sesungguhnya adalah menghayati pe-raja-an Yesus dari surga melalui Roh Kudus ber-acara melalui aksi misi Injil kita di bumi ini. Maka janji berbagai tanda mukjizat nyata akan menyertai para saksi-Nya terbukti dalam pelayanan Petrus, Yakobus, Barnabas, Paulus dll. dalam catatan Kisah Rasul, dan dengan setia masih Ia hadirkan mengiringi semua Gereja-Nya yang bermisi sepanjang sejarah. 

Ingat: Misi adalah manifestasi Yesus yang naik dalam kemuliaan.

Rabu, 24 Mei 2017

Mengampuni-Diampuni-Mengampuni-...

Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu." (Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.) -- Matius 11:25-26

Di samping iman percaya, mutlak perlu pengampunan dalam doa . Ini karena doa adalah hubungan. Percaya adalah prakondisi bagi ada dan bertumbuhnya hubungan. Demikian pun pengampunan adalah prakondisi bagi pemulihan dalam hubungan yang terganggu. Masalahnya mengapa pengampunan dari Tuhan atas orang percaya bersyaratkan pengampunan yang orang percaya berikan kepada orang yang bersalah kepadanya? Apakah jika demikian pengampunan dari Tuhan itu bersyarat? Keselamatan karena perbuatan baik? Jawab: ya dan tidak. Begini. Bukankah tiap kali kita berdoa, selain penyembahan, pujian, syafaat, berbagai permintaan, juga kita memohon agar hubungan kita dengan-Nya makin nyata, makin mesra? Dan yang terakhir ini, berarti mohon pengampunan atas berbagai kealpaan kita melakukan kebaikan dan kebenaran, pengampunan untuk kelemahan yang menyebabkan kita mengikuti sifat buruk kita, termasuk pengampunan karena masih belum bisa menaati perintah-Nya agar kita mengampuni orang yang bersalah kepada kita seperti diajarkan-Nya dalam "doa Bapa kami"? Jadi, meski Bapa sudah mengampuni dosa-dosa kita di masa lampau, kita masih membutuhkan pengampunan untuk dosa kekinian dan keakanan kita, bukan? Tambahan, bagaimana boleh dosa tidak mau mengampuni diampuni selain kita bertobat dan bertindak untuk mengampuni? Selain itu, mari lihat ini dari sisi psikologis. Ajaran tentang doa ini bukan diberikan kepada yang berbuat salah, tetapi kepada yang terluka oleh salah orang kepadanya. Ini untuk orang yang terluka, yang menjadi korban. Nah, di sinilah letak anugerah Tuhan tak bersyarat itu berlaku, yaitu Ia tidak ingin kita hidup menjadi VICTIM dari kesalahan orang lain. Satu-satunya jalan untuk bebas dari kondisi yang seringkali menimbulkan berbagai akibat buruk ikutan lainnya -- termasuk penyakit psikosomatis -- adalah BERTINDAK MENGAMPUNI!

Tuhan, syukur pengampunan kekal-Mu tak bersyarat, dan terima kasih untuk pengampunan temporal-Mu dalam keseharian kami yang bersyarat tindakan kami mengampuni mereka yang berbuat salah. Mohon kasih kuat-Mu mencerahkan pertimbangan kami, menguatkan tekad dan tindakan nyata kami mengampuni dalam keseharian. Amin.

Selasa, 23 Mei 2017

Iman yang Mengalahkan Dunia

Pagi-pagi ketika Yesus dan murid-murid-Nya lewat, mereka melihat pohon ara tadi sudah kering sampai ke akar-akarnya. Maka teringatlah Petrus akan apa yang telah terjadi, lalu ia berkata kepada Yesus: "Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering." Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. - Markus 11:20-24
Inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. -- 1 Yohanes 5:4

Iman vital dan mutlak, memungkinkan terjadinya  -- berbagai kesembuhan (psl 2, 5, 10), kedamaian di tengah situasi mengancam dan tak terkendali (psl 4), mengusir kuat-kuasa gelap (psl 9), sampai kepada memanifestasikan kuasa injil Kerajaan baik sisi destruktifnya maupun sisi konstruktifnya (nas ini dan psl 16). Nas ini menantang kita agar memiliki iman percaya yang penuh daya ilahi, yang menang, yang mengubahkan. Iman macam apa itu? Bagaimana mengalami itu beroperasi di dalam kehidupan kita? Pertama, kalimat Yesus di ayat 22 harfiahnya berkata "Milikilah/Punyailah iman Allah" -- tanpa kata hubung 'kepada' atau 'dari' dalam banyak versi terjemahan Alkitab. "Have faith of God" dalam versi yang lebih harfiah: MKJV, LITV, YLT dengan 'of' sebagai kata kemilikan dalam Allah. Jadi terjemahannya adalah: "Milikilah imannya Allah!" Apakah Allah beriman? Jika iman adalah iman kepada sesuatu, maka Allah beriman kepada apa/siapa? Sebagai Roh yang tidak memiliki elemen atau komponen dan sebagai yang tak terbandingi, tentu Allah tidak beriman kepada sesuatu di luar diri-Nya, dan apa yang di dalam rencana, kehendak, tindakan-Nya menyatu utuh dengan semua sifat-sifat-Nya yang sempurna dan kekuasaan-Nya yang tidak terbatas. Jelas manusia tidak mungkin memiliki kualitas seperti itu, tetapi jika kita berelasi sedemikian akrab dengan Dia maka kita berproses memiliki iman berdaya ilahi tersebut. Kedua, ucapan di ayat 22, 24-25 memakai kata jamak bukan tunggal, artinya iman dengan dampak memindahkan gunung ini adalah iman dalam persekutuan para pemercaya. Dalam persekutuan yang bersehati ada hadirat Allah dan manifestasi dahsyat kuasa-Nya. Ketiga, iman sedemikian sanggup bukan saja untuk berdoa memohon, tetapi mengucap memerintahkan supaya terjadi hasil yang diwujudkan oleh kuasa ilahi. Inilah kualitas iman yang mengalahkan dunia: iman yang sedemikian menyatu dengan Allah, dalam persekutuan sesama orang beriman, iman yang aktif mengambil yang diimani (percayalah bahwa kamu TELAH  menerimanya), iman yang dalam kuasa ilahi sanggup memerintahkan terwujudnya pemerintahan Allah ke dalam situasi-kondisi dunia ini. 

Kiranya kita merindukan, mencari, membuka diri dan mempraktikkan iman berkemangan semacam ini. Amin.

Sabtu, 20 Mei 2017

Apa yang Tuhan cari dari kita?

Keesokan harinya sesudah Yesus dan kedua belas murid-Nya meninggalkan Betania, Yesus merasa lapar. Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara. Maka kata-Nya kepada pohon itu: "Jangan lagi seorangpun makan buahmu selama-lamanya!" Dan murid-murid-Nyapun mendengarnya. Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerusalem. Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya, dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah. Lalu Ia mengajar mereka, kata-Nya: "Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!" Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mendengar tentang peristiwa itu, dan mereka berusaha untuk membinasakan Dia, sebab mereka takut kepada-Nya, melihat seluruh orang banyak takjub akan pengajaran-Nya. Menjelang malam mereka keluar lagi dari kota. -- Markus 11:12-19

Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku. -- Wahyu 3:16

Markus menempatkan mukjizat destruktif Yesus dalam rentetan dengan peristiwa Yesus meluruskan maksud dan fungsi Bait Allah sebagai rumah doa segala bangsa. Peristiwa pemurnian aktivitas di Bait itu dicatat oleh Yohanes sebagai terjadi di awal pelayanan Yesus sedangkan Markus mencatat itu terjadi beberapa hari sebelum kematian Yesus. Boleh kita tarik kesimpulan bahwa maksud kedatangan Yesus, tujuan pewartaan Injil dan semua karya-karya-Nya dari awal sampai akhir ialah untuk memungkinkan manusia berjumpa dengan Allah, pemerintahan Allah boleh dialami dan diwujudkan di antara manusia, dan itu beririsan dengan berbagai aspek peribadatan. Tetapi celakanya, Bait Allah yang harusnya menjadi wadah untuk maksud dan fungsi itu tidak lebih bagaikan pohon ara penuh daun tetapi tanpa buah. Persembahan, doa, korban, berbagai ritual lainnya tidak sungguh mencari hadirat Allah, mengupayakan keadilan, kasih, kekudusan, kesetiaan-Nya terwujud melainkan telah berubah menjadi kegiatan keagamaan yang mencari pemuasan, pembenaran diri sendiri bahkan 'perampokan' dan kemunafikan. Apakah yang Tuhan cari dari keagamaan kita, kegiatan gerejawi kita, kehidupan pribadi kita? Buah -- wujud nyata bahwa sungguh kita telah, sedang akan masih lanjut berjumpa dengan Allah secara riil sampai kehadiran-Nya nyata dalam keseharian kita. Keadilan, kebenaran, kepedulian, ini yang Tuhan cari dari dalam orang Kristen / Gereja di Indonesia dalam interaksi dengan sesama. 

Jumat, 19 Mei 2017

Tuhan memerlukannya

Kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya. -- 2 Korintus 8:9
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem, dekat Betfage dan Betania yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan: "Pergilah ke kampung yang di depanmu itu. Pada waktu kamu masuk di situ, kamu akan segera menemukan seekor keledai muda tertambat, yang belum pernah ditunggangi orang. Lepaskan keledai itu dan bawalah ke mari. Dan jika ada orang mengatakan kepadamu: Mengapa kamu lakukan itu, jawablah: Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya ke sini." Merekapun pergi, dan menemukan seekor keledai muda tertambat di depan pintu di luar, di pinggir jalan, lalu melepaskannya. Dan beberapa orang yang ada di situ berkata kepada mereka: "Apa maksudnya kamu melepaskan keledai itu?" Lalu mereka menjawab seperti yang sudah dikatakan Yesus. Maka orang-orang itu membiarkan mereka. Lalu mereka membawa keledai itu kepada Yesus, dan mengalasinya dengan pakaian mereka, kemudian Yesus naik ke atasnya. Banyak orang yang menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang menyebarkan ranting-ranting hijau yang mereka ambil dari ladang. Orang-orang yang berjalan di depan dan mereka yang mengikuti dari belakang berseru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud, hosana di tempat yang maha tinggi!"  -- Markus 11:1-10

Dalam ucapan "Tuhan memerlukannya," tersirat otoritas Yesus -- Ia menegaskan ke-Tuhan-an-Nya. Namun dalam kalimat yang sama dan seterusnya "Ia akan segera mengembalikannya," kita lihat pengosongan dan perendahan diri luar biasa. Sesungguhnya Ia yang mencipta segenap alam dan segala sesuatu di dalamnya, sesungguhnya Ia pemberi hidup ini sendiri. Namun Ia sendiri yang kini merendahkan diri-Nya. Yang punya segala sesuatu kini meminjam. Yang dijanjikan akan menegakkan takhta Daud kekal selamanya kini memilih untuk memasuki Yerusalem dengan tunggangan keledai bukan kuda. Sesungguhnya apabila Tuhan berkata "Aku memerlukan hidupmu, waktumu, talentamu, uangmu, tenagamu...., bagaimana kesan kita tentang Dia? Belajar apa kita tentang otoritas-Nya, kelapangan hati-Nya mau memakai kita? Apakah itu berarti kerugian di pihak kita, atau sebaliknya kehormatan istimewa yang sebenarnya tak patut kita terima bahwa Tuhan mau menyatakan Ia memerlukan kita. Lalu apa akan menjadi respons kita kepada perkataan Tuhan: "Aku memerlukan...?

O Tuhan, Engkau telah mengosongkan diri untuk kami. Terima kasih, terpujilah Engkau selamanya, di dalam dan melalui kehidupan kami. Kami ingin dengan sukacita menyerahkan segala keberadaan dan apa pun yang ada pada kami untuk-Mu -- tolong sadarkan dan sanggupkan kami, ya Tuhan. Amin.

Kamis, 18 Mei 2017

Panggil-Memanggil

Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan. Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!" Lalu Yesus berhenti dan berkata: "Panggillah dia!" Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: "Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau." Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus. Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. -- Markus 10:46-52
Mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru (memanggil) kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita. -- 1 Korintus 1:2

Dipanggil dan memanggil, memanggil dan dipanggil -- panggil-memanggil -- inilah paparan tentang siapa dan bagaimana orang percaya dalam praktik nyata sepanjang kesehariannya di bumi ini. Begitu Bartimeus anak Timeus mendengar bahwa Yesus sedang lewat segera dari kebutuhan dan kerinduan terdalamnya ia memanggil "Ya Yesus anak Daud -- panggilan mesianis satu-satunya yang keluar dari mulut manusia kepada Yesus menurut catatan Markus dan Lukas -- kasihanilah aku." Ia bukan meminta kemuliaan seperti Yakobus dan Yohanes di nas sebelumnya, bukan juga seperti orang muda kaya yang merasa baik dan layak mewarisi kerajaan Allah, Bartimeus tidak punya apa-apa kecuali kebutaannya dan jubah kepengemisannya. Dari kebutuhan terdalam ini ia memanggil Yesus anak Daud dan memohon belas kasihannya. Kiranya kita pun mencari Tuhan, mendekat Tuhan dari dalam realitas papa kita terdalam tanpa embel-embel keinginan egoisme kita apa pun. Lalu Yesus memanggil dia dan bertanya "Apa yang engkau ingin Aku lakukan kepadamu" - pertanyaan sama yang juga ditujukan kepada dua murid terdekatnya. Bedanya, Ia tidak langsung mengabulkan permintaan mereka sebab ada prasyarat kemartiran yang harus mereka penuhi dulu; sedangkan kebutuhan Bartimeus ini langsung Ia jawab dan kabulkan. Prasyarat untuk pemenuhan kebutuhan (bukan keinginan) hanya satu: iman yang memohon dan menyambut. Beda pula tindakan orang banyak: awalnya mereka berusaha mendiamkan Bartimeus tetapi sesudah Yesus memanggil mereka berbalik mendukung, menguatkan Bartimeus. Inilah juga harusnya peran kita orang percaya dan gereja: bukan menjauhkan orang yang berkebutuhan dari mengetahui, datang dan berseru kepada Yesus melainkan mendukung, mendoakan, menghibur dan menuntun orang untuk sampai kepada Yesus.

Ya Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku.... kasihanilah kami..., bertindaklah memenuhi kebutuhan dan kepapaan kami terdalam ya Anak Daud. Amin

Rabu, 17 Mei 2017

Melepas dan Menerima balik

Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."  -- Markus 10:28-31
Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus. -- Filipi 3:8


O Tuhan Allah, Engkaulah harta sejati dan kekasih terindah hidup kami. Engkau lebih dari semua kekayaan dan hubungan paling berarti mana pun. Sesungguhnya Engkau sajalah yang menyanggupkan kami menilai dan memakai harta dengan tepat, dan Engkau jugalah yang memungkinkan kami memiliki hubungan-hubungan yang sehat dan mulia. Maka tolong kami dari waktu ke waktu melepas dan meletakkan semua harta dan hubungan kami di bawah kendali-Mu penuh. Kami bersyukur akan penyelenggaraan-Mu yang sempurna dan menerima apa pun yang Engkau berikan dalam kehidupan kami. Demi Yesus yang lebih dulu telah menyerahkan nyawa-Nya demi menebus kami. Amin.

Selasa, 16 Mei 2017

Bermegah dalam hal apa?

Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah." Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah." -- Markus 10:23-27

Masuk kerajaan Allah itu sukar -- dua kali Tuhan Yesus menegaskan hal ini. Pertama komentar-Nya tentang orang muda kaya dan saleh yang merasa dirinya boleh mewarisi kerajaan Allah karena kesalehannya, yang kedua ditujukan kepada para murid yang Tuhan sapa sebagai "anak-anak-Ku." Bahkan, bukan saja sukar, tetapi tidak mungkin! Syukur yang tidak mungkin bagi manusia itu telah dimungkinkan oleh Allah. Injil kerajaan oleh Yesus Kristus telah memungkinkan dua kemustahilan manusia terpecahkan, Pertama, mustahil untuk Tuhan membuka celah bagi orang berdosa masuk hadirat-Nya. Syukur tuntutan keadilan, kesucian Allah itu dijawab-Nya sendiri dalam anugerah, kasih setia dan rahmat yang Ia wujudkan dalam karya penyelamatan oleh Yesus Kristus. Kedua, mustahil untuk manusia menjawab panggilan Injil untuknya bertobat, merendahkan diri, melepas segala belenggu, ikatan, kelekatan apa pun demi sanggup memberi diri penuh kepada proses penyelamatan Yesus atasnya. Kemustahilan ini pun dipecahkan untuk manusia oleh karya Roh Kudus yang mengerjakan di dalam kita sampai terwujud ke tindakan nyata: pembaruan, iman, pertobatan, pengudusan seterusnya. Kemustahilan manusia dan keajaiban daya anugerah Allah ini perlu selalu diingat/kan baik dalam konteks penginjilan dan misi maupun dalam konteks pemuridan kita.

Janganlah kiranya kami berbangga akan, mengandalkan apa pun dari kemilikan, kebaikan, ibadah, pelayanan kami kecuali keajaiban anugerah dan pemberdayaan penyelamatan-Mu atas kami, ya Tuhan Allah. Amin,

Jumat, 12 Mei 2017

Menyambut atau Mewarisi?

"Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. -- Lukas 6:20
Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka. Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" -- Markus 10:13-17

Sikap kita terhadap Kerajaan Allah seperti siapa? Seperti anak kecil yang 'menyambut' Yesus atau seperti orang kaya yang berpunya bukan saja harta tetapi juga merasa kaya dan layak moral maka menganggap hidup kekal adalah soal (harfiah: 'mewarisi') dan bukan menyambut? Yang satu mengandaikan keterbukaan kepada anugerah, yang lain mengandaikan hak untuk mendapat penghargaan dari Allah. Betapa kita perlu selalu menguji diri dan memohon pertolongan Roh agar memiliki kesadaran tidak berpunya, tanpa modal dan andil, rendah sampai ke titik nol di hadapan Allah, anugerah-Nya, panggilan-Nya untuk kita terlibat dalam karya Kerajaan, dst. Betapa kita perlu menjaga agar pertambahan, perkembangan, pertumbuhan dalam segi apa pun yang kita alami -- harta, kepandaian, kebaikan moral, perbuatan amal dsb. tidak membuat kita menjadi dangkal dalam mengerti 'baik', tidak menjadikan kita tinggi diri dan hati. 

O Tuhan, kiranya konsep, sikap, pola dan peri laku kami adalah seperti anak kecil yang tanpa modal dan andil apa pun kecuali kelemahan, kesahajaan, keterbukaan penuh akan Engkau, akan Kerajaan-Mu, akan sifat-sifat-Mu, akan karya-karya-Mu untuk mewujud semakin penuh di dalam keseharian kami. Amin. 

Kamis, 11 Mei 2017

Kuasa Pembaruan untuk Keluarga

Pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." -- Markus 10:6-9; sebaiknya baca Markus 6:1-16


Rencana asal dan karya awal Allah untuk laki-laki dan perempuan menjadi satu sebagai keluarga yang menggambarkan keajaiban ketritunggalan Allah harus menjadi prinsip dan komitmen yang tidak boleh dikompromikan. Dari dalam keluarga yang di dalamnya beroperasi sifat-sifat kudus Allah -- kesetaraan, kesetiaan, saling mengasihi, kekudusan... -- akan terpancar berbagai pewujudan rencana dan karya agung Allah selanjutnya bagi manusia dan bumi ini. Sayangnya manusia jatuh ke dalam dosa dan kita semua tahu apa saja akibatnya. Keluarga sebagai wilayah inti fungsi penggambaran Allah di tengah dunia ini sendirinya terancam lumpuh dan berbalik menjadi pusat kecemaran dan kehancuran berlangsung. Ancaman terhadap keluarga tidak saja datang dari luar dalam berbagai bentuk: godaan pihak ketiga, distraksi dari hal dan nilai utama ke hal sekunder seperti pekerjaan, harta, dlsb,; juga datang dari dalam pihak yang dalam ikatan nikah sendiri seperti kelemahan akhlak, berbagai stigma masa lalu yang menjadi kelemahan laten, tidak menjalani pemuridan Kristen secara konsisten dan berkelanjutan, dst. Juga jangan dilupakan kekuatan super jahat yang bekerja di belakang layar yaitu kekuatan yang datang dari bawah, alam kegelapan yang ingin membuyarkan rencana asal dan karya awal Allah untuk manusia. Jalan keluar dari semua ancaman terhadap keluarga ini harus bersifat komprehensif dan supernatural -- sikap tegas menjauhi dan menolak ancaman dan pencobaan, komitmen seumur hidup untuk menghidupi proses penyelamatan dari salib Kristus, dan pemberdayaan kuasa kebangkitan Yesus Kristus di dalam hidup kita oleh Roh Kudus yang memancarkan pengampunan, penyembuhan, pengubahan, pemberian kesempatan baru, pemulihan, dst. Maka, dalam setiap permasalahan keluarga yang orang Kristen alami jadikan salib dan kebangkitan sebagai pusat kuasa yang memungkinkan kita tidak keluar dari rencana asal Allah malah mendorong kita makin berfokus pada konsumasi yaitu penyempurnaan pembaruan Tuhan atas seluruh tatanan ciptaan. Amin, jadilah maranatha pengalaman keluarga kami kini, ya Yesus.

Rabu, 10 Mei 2017

Garam dan Api

Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. --- Lukas 3:16
Karena setiap orang akan digarami dengan api. Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain." -- Markus 9:49-50

Ia memberikan peringatan keras dan sangat serius tentang kesungguhan ancaman neraka; Ia juga memberikan tuntutan radikal bagi orang yang ingin luput dari kebinasaan kekal itu yaitu dengan mengerat alat dosa (tangan, kaki, dosa, dll.) di samping berhenti berdosa (bertobat). Kini Ia memberikan instrumen dan jalan untuk semua murid-Nya boleh luput dari kuasa dosa bahkan boleh menjadi agen-Nya membongkar dan menghancurkan kuasa dosa dalam diri orang lain. Itu adalah "digarami oleh api," supaya kita menjadi "garam" dan api itu harus terus menggarami kita agar kita tidak kehilangan "kegaraman" kita. Api seperti halnya garam berdampak preservasi. Api adalah satu-satunya jalan sehingga merupakan keharusan dalam proses pemurnian logam sampai logam mewujud dan menyatakan sifatnya semurni-murninya. Proses itu tidak dapat dikerjakan oleh alat seperti pahat, pisau, palu dlsb. melainkan hanya oleh api. Untuk layak bagi dunia baru surgawi kelak kita harus melalui proses pembakaran dan pengapian. Untuk layak menjadi tempat dimana Allah bekerja dan hadir gereja sebagai organisme dan sebagai keluarga ilahi harus terus menerus mengalami proses pembakaran dan pengapian. Jikalau kita bercampur dengan kecemaran, menjadi suam apalagi dingin, kita tidak mungkin memperkenan Allah dan tidak mungkin menggarami dunia. Nas-nas ini mencatat bahwa satu-satunya yang mampu membawa kita ke dalam proses tersebut adalah Yesus dan Ialah yang akan memberdayakan Roh untuk membakar, memurnikan dan memberdayakan kita. Komunitas terdekat kita, kekerabatan kita, lingkungan kita, kota kita, Indonesia tercinta ini membutuhkan para murid Kristus, orang percaya, gereja, Anda dan saya, yang telah dan sedang digarami oleh api pemurnian firman dan Roh supaya kita boleh menggarami dunia dengan perilaku dan pesan yang kuat berdampak. Jika tidak, apa gunanya kita bagi Allah, dan apa faedahnya kita bagi dunia? Mari kita izinkan Roh membersih-murnikan pola dan hakikat ibadah kita, pikiran kita, pencarian dan pemakaian uang kita, perlakuan kepada atasan dan bawahan dalam dunia kerja kita, perlakuan kepada generasi muda, generasi tua, gender, dst.

Kamis, 04 Mei 2017

Pertobatan Radikal Berkelanjutan

Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.) Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.) Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam. Karena setiap orang akan digarami dengan api. Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."  -- Markus 9:43-50

Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran. - Roma 6:13

Ketika mencipta manusia Allah memaksudkan tubuh-jiwa kita seutuhnya sanggup menjadi representasi Allah di bumi ini. Tetapi kita semua menyadari betapa hebatnya dosa telah merusakkan kapasitas mulia itu. Anggota-anggota tubuh yang harusnya menjadi sarana Allah memanifestasikan kekudusan, keadilan, kebaikan-Nya untuk kita dan melalui kita kepada sesama malah menjadi alat-alat penyebar kecemaran, kekejaman, kerusakan. Maka jalan untuk kembali kepada rencana Allah semula untuk kita, jalan supaya kita sampai ke tujuan kekal yang Allah maksudkan bagi kita adalah bertobat secara radikal dan tuntas dan berkelanjutan. Kabar injil Kerajaan bukan saja tentang hak masuk surga atau prospek hidup kekal dalam langit dan bumi baru kelak, melainkan juga peringatan keras tentang realitas neraka yang digambarkan sebagai api yang tak terpadamkan dan yang ulat di dalamnya tidak mati. Konsekuensi menjadi pengikut Kristus harus diajarkan, diingat sampai sungguh jadi paktik nyata. Adanya sesama kita yang tanpa memiliki anggota tubuh yang lengkap sanggup menjadi pemotivasi hebat, kiranya mengingatkan bahwa kita yang bertubuh lengkap dan sadar untuk menjauhkan tubuh dari hal-hal yang membuat kita berbuat dosa, seyogianya harus demikian juga kemanfaatan dan kemuliaannya. Tangan, kaki, mata dan lainnya yang cenderung menjadi sarana kebiasaan dosa melekat, kini dengan tegas dalam anugerah kuat Roh kita jauhkan dari sumber pencobaan itu. Hidup yang tadinya cemar dan tak berguna, kini kita izinkan untuk digarami sampai tahir (sebagaimana aturan pemberian korban di kitab Imamat menggambarkannya) dan dimurnikan oleh api sampai menjadi persembahan yang layak bagi Tuhan. 

Rabu, 03 Mei 2017

Yesus-Anak Kecil-Kita

Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka: Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku." Kata Yohanes kepada Yesus: "Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita." Tetapi kata Yesus: "Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya." Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut. -- Markus 9:36-42

Betapa berharganya anak kecil bagi Tuhan, maka betapa kita juga perlu menumbuhkan sikap, perlakuan dan pelayanan yang serasi dengan penilaian tinggi yang Tuhan berikan ini kepada mereka. Perlakuan Yesus terhadap anak kecil di sini jelas beda dengan sikap para murid dan juga kebanyakan kita yang cenderung menganggap remeh bahkan kerap memperlakukan mereka sebagai pengganggu ketenangan kita beribadah, seolah anak kecil adalah separuh, seperempat, seperdelapan manusia sesuai ukuran tubuh dan usianya dibanding kita. Yesus menempatkan seorang anak di tengah mereka, menjadi fokus untuk Yesus menunjukkan sikap-Nya kepada anak itu dan pengajaran-Nya kepada para murid dengan memeluk anak itu. Perintah dan janji Tuhan kepada pengikut-Nya adalah menyambut anak kecil bukan karena ia anak, cucu, ponakan, anak sahabat dekat..., yaitu sikap penyambutan manusiawi alami, melainkan sikap penyambutan "dalam nama-Ku." Artinya Ia menyuruh kita bersikap dan memperlakukan anak kecil dalam pengidentifikasian diri dengan Yesus sendiri. Apabila kita bertindak demikian, dan ini janji yang mengiringi perintah itu, kita akan mengalami Ia mengidentifikasi diri dengan anak-anak yang kita sambut demi Dia. Dan lebih lanjut kita akan mengalami Allah Bapa yang mengidentifikasi diri dalam Yesus yang mengidentifikasi diri dalam anak-anak yang kita sambut dalam pengidentifikasian tindakan, sikap, kasih, layanan kita dengan Yesus. Luar biasa mulianya! Dan, betapa celakanya yang terjadi pada orang yang mencelakakan anak-anak! Maka, jelas betapa pentingnya orang Kristen melawan pelecehan seksual, pelecehan bahasa, pelecehan rohani yang makin banyak berkembang di masyarakat sekitar kita. Maka perlawanan terhadap pelecehan kepada anak-anak adalah melawan itu dan memberikan pelayanan terbaik kepada mereka dalam nama Yesus.

Selasa, 02 Mei 2017

Besar dan Kuasa Sejati

Ketika Yesus sudah di rumah, dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?" Jawab-Nya kepada mereka: "Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa." Yesus dan murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang; sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit." Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya. Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?" Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya." Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka: Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku." Kata Yohanes kepada Yesus: "Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita." Tetapi kata Yesus: "Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. -- Markus 9:28-40

Nas ini memberikan beberapa pelajaran penting. Pertama, iman dan doa adalah prasyarat untuk pelayanan yang berhasil. Iman sejati artinya adalah keyakinan yang ditujukan dan disesuaikan dengan pribadi dan kehendak Allah, dan ini terjadi dalam hubungan yang intens dengan Allah. Maka, meski bisa jadi doa menjadi salah dan tidak beriman karena berpusat pada kehendak pendoa sendiri, tetapi iman yang hidup selalu ditopang oleh doa yang hidup pula. Dan ini menjadi prasyarat bagi kemenangan atas roh-roh jahat dan keberbuahan lainnya dalam kehidupan dan pelayanan. Kedua, bagaimana hubungannya hal ini dengan menyambut anak kecil dalam nama Yesus? Tidakkah kita lihat di sini hubungan antara kegagalan mengusir roh jahat, kegagalan mengerti salib Yesus, kegagalan menumbuhkan iman dalam doa yang intens dan kegagalan mengutamakan yang kecil demi Yesus karena mengutamakan kehendak, pengertian dan ambisi diri sendiri? Iman dan doa pada hakikatnya adalah menyandarkan diri penuh pada kedaulatan dan kemahakuasaan Allah. Dan itu hanya terjadi dalam suasana kesadaran akan ketidaksanggupan, kerendahan, ketidaklayakan diri kita. Semakin kita menyadari kecil dan lemahnya kita semakin kita akan bersandar pada kemuliaan Tuhan, dan akibatnya semakin kita akan mengalami kekuatan yang datang dari Dia. Maka, ketiga, semakin kita menyadari bahwa kesanggupan, keberhasilan, pencapaian, keberbuahan, pengaruh dan ketenaran yang kita alami dalam pelayanan sesungguhnya bukan punya kita sendiri, semakin kita akan sanggup menghargai karya dan manifestasi kuasa Allah dalam orang yang tidak persis sama dengan kita dalam teologia, pengertian alkitabiah, denominasi, tradisi atau kebiasaan spiritualitasnya. 

Tuhan, Engkau telah sedemikian melintasi begitu banyak tembok pemisah antara kemuliaan dan kekuasaan-Mu dengan kerendahan dan ketidakberdayaan kami, tolong kami sungguh betumbuh dalam doa dan iman yang benar, sungguh semakin menghargai hal yang kecil seakan menghargai diri-Mu sendiri, dan semakin lapang hati untuk menghisabkan diri dengan semua yang di dalamnya Engkau berkarya sebagai sesama warga Kerajaan-Mu. Amin.