Selasa, 31 Oktober 2017

Dibenci Saudara, Dikasihi Allah

Adapun Yakub, ia diam di negeri penumpangan ayahnya, yakni di tanah Kanaan. Inilah riwayat keturunan Yakub. Yusuf, tatkala berumur tujuh belas tahun--jadi masih muda--biasa menggembalakan kambing domba, bersama-sama dengan saudara-saudaranya, anak-anak Bilha dan Zilpa, kedua isteri ayahnya. Dan Yusuf menyampaikan kepada ayahnya kabar tentang kejahatan saudara-saudaranya. Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia. Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah. Pada suatu kali bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada saudara-saudaranya; sebab itulah mereka lebih benci lagi kepadanya. Karena katanya kepada mereka: "Coba dengarkan mimpi yang kumimpikan ini: Tampak kita sedang di ladang mengikat berkas-berkas gandum, lalu bangkitlah berkasku dan tegak berdiri; kemudian datanglah berkas-berkas kamu sekalian mengelilingi dan sujud menyembah kepada berkasku itu." Lalu saudara-saudaranya berkata kepadanya: "Apakah engkau ingin menjadi raja atas kami? Apakah engkau ingin berkuasa atas kami?" Jadi makin bencilah mereka kepadanya karena mimpinya dan karena perkataannya itu. Lalu ia memimpikan pula mimpi yang lain, yang diceritakannya kepada saudara-saudaranya. Katanya: "Aku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang sujud menyembah kepadaku." Setelah hal ini diceritakannya kepada ayah dan saudara-saudaranya, maka ia ditegor oleh ayahnya: "Mimpi apa mimpimu itu? Masakan aku dan ibumu serta saudara-saudaramu sujud menyembah kepadamu sampai ke tanah?" Maka iri hatilah saudara-saudaranya kepadanya, tetapi ayahnya menyimpan hal itu dalam hatinya. -- Kejdian 37:1-11

Mulai pasal ini fokus kisah bergeser bukan lagi pada Yakub tetapi pada salah seorang anaknya yang kelak akan menjadi orang penting. Meskipun Yusuf bukan anak pertama, namun pasal ini menarik perhatian kita kepadanya: “Inilah riwayat keturunan Yakub. Yusuf…” (2. Lihat juga 33:2 dimana Yusuf satu-satunya yang namanya disebut ketika rombongan Yakub menemui Esau). Kasih Yakub yang lebih besar kepada Rahel membuatnya mengasihi Yusuf lebih daripada kepada anaknya yang lain. Apalagi Yusuf lahir sesudah lama Rahel tidak dapat memberikan anak kepada Yakub. Maka perhatian dan pemberian istimewa Yakub curahkan kepada Yusuf. Hal itu membangkitkan masalah dalam keutuhan keluarga itu. Semua saudaranya iri dan membenci Yusuf karena pengistimewaan yang diterimanya. 
Jika orang lain dalam posisi Yusuf, pastilah ia telah menjadi anak manja dan masa dewasanya sangat mungkin menjadi orang yang tak pernah dewasa. Tetapi tidak demikian dengan Yusuf. Ada dua hal menarik yang bagian ini paparkan tentang Yusuf. Pertama, ia menunjukkan kerajinan dan tanggungjawab. Rupanya Yakub yang mengistimewakan dan memberi sayang lebih, tidak mengecualikan Yusuf dari kewajiban untuk bekerja. Ini suatu faktor yang menyelamatkan Yusuf dari kemanjaan. Kedua, Yusuf  bukan saja diistimewakan oleh Yakub, ia juga diistimewakan oleh Allah. Dua kali Allah secara istimewa memberi Yusuf penyataan tentang hal yang akan terjadi di masa depannya dan masa depan keluarga bahkan dunia. Mimpi itu bukan sekadar bunga tidur. Bukan juga bunga emosi hasil pengistimewaan ayahnya yang kemudian terbawa ke dalam bawah sadar atau angan-angannya. Di luar kendali dan ambisinya pribadi, Yusuf mendapatkan perkenan Allah.
Sikap iri para saudaranya bukan sekadar reaksi buruk yang harus Yusuf tanggung. Dalam bingkai lebih besar, suasana ini mewakili banyak situasi sulit lain sepanjang hidupnya yang menjadi latar dimana rajutan perkenan dan rencana Allah diwujudkan untuk Yusuf. Ia dibentuk istimewa dalam konteks sult menjadi alat bagi rencana besar istimewa Allah untuk umat perjanjian-Nya. 
Kasih yang besar, disiplin yang tegas, realitas hidup yang keras boleh menjadi alat Allah menyiapkan instrumen anugerah yang mulia untuk memberkati banyak orang,

Sabtu, 28 Oktober 2017

Hambatan Menyingkir Sendiri

Inilah keturunan Esau, yaitu Edom. Esau mengambil perempuan-perempuan Kanaan menjadi isterinya, yakni Ada, anak Elon orang Het, dan Oholibama, anak Ana anak Zibeon orang Hewi, dan Basmat, anak Ismael, adik Nebayot. Ada melahirkan Elifas bagi Esau, dan Basmat melahirkan Rehuel, dan Oholibama melahirkan Yeush, Yaelam dan Korah. Itulah anak-anak Esau, yang lahir baginya di tanah Kanaan. Esau membawa isteri-isterinya, anak-anaknya lelaki dan perempuan dan semua orang yang ada di rumahnya, ternaknya, segala hewannya dan segala harta bendanya yang telah diperolehnya di tanah Kanaan, lalu pergilah ia ke negeri lain dan ia meninggalkan Yakub, adiknya itu. Sebab harta milik mereka terlalu banyak, sehingga mereka tidak dapat tinggal bersama-sama, dan negeri penumpangan mereka tidak dapat memuat mereka karena banyaknya ternak mereka itu. Maka menetaplah Esau di pegunungan Seir; Esau itulah Edom. Inilah keturunan Esau, bapa orang Edom, di pegunungan Seir. Nama anak-anaknya ialah: Elifas, anak Ada isteri Esau; Rehuel, anak Basmat isteri Esau. Anak-anak Elifas ialah Teman, Omar, Zefo, Gaetam dan Kenas. Timna adalah gundik Elifas anak Esau; ia melahirkan Amalek bagi Elifas. Itulah cucu-cucu Ada isteri Esau. Inilah anak-anak Rehuel: Nahat, Zerah, Syama dan Miza. Itulah cucu-cucu Basmat isteri Esau. Inilah anak-anak Oholibama, isteri Esau itu, anak Ana anak Zibeon; ia melahirkan bagi Esau: Yeush, Yaelam dan Korah. Inilah kepala-kepala kaum bani Esau: keturunan Elifas anak sulung Esau, ialah kepala kaum Teman, kepala kaum Omar, kepala kaum Zefo, kepala kaum Kenas, kepala kaum Korah, kepala kaum Gaetam dan kepala kaum Amalek; itulah kepala-kepala kaum Elifas di tanah Edom; itulah keturunan Ada. Inilah keturunan Rehuel anak Esau: kepala kaum Nahat, kepala kaum Zerah, kepala kaum Syama dan kepala kaum Miza; itulah kepala-kepala kaum Rehuel di tanah Edom; itulah keturunan Basmat isteri Esau. Inilah keturunan Oholibama isteri Esau: kepala kaum Yeush, kepala kaum Yaelam, kepala kaum Korah; itulah kepala-kepala kaum Oholibama, isteri Esau, anak Ana. Itulah bani Esau, yakni Edom, dan itulah kepala-kepala kaum mereka.... -- baca Kejadian 36:1-43

Bagaimanakah kesan kita tentang kekuasaan yang dimiliki orang dan kelompok yang memusuhi rencana Allah serta menimbulkan ancaman kepada umat-Nya? Kita sering takut, bukan? Kita berpikir bahwa hal-hal baik yang sedang Allah kerjakan melalui kita dapat dibuyarkan oleh mereka yang melawan Allah. Kita merasa kecil dibandingkan mereka yang berkuasa dalam dunia ini.
Hanya satu pasal diberikan untuk mencatat tentang Esau dan keturunannya. Sementara untuk Yakub dan keturunannya entah berapa banyak pasal dipakai untuk mencatat mereka. Benar menurut catatan penulis Kejadian, anak dan keturunan Esau disebut para kepala kaum, suatu sebutan atau gelar yang menyiratkan kuasa dan kemuliaan. Seperti halnya Esau, kemungkinan besar mereka adalah orang-orang perkasa, para prajurit yang sanggup membuat gentar lawan mereka. Sedangkan anak-anak Yakub hanyalah para gembala biasa. Namun tetap hanya nama dan gelar saja dari anak Esau yang disebutkan, tetapi tidak ada kisah atau riwayat mereka yang berharga untuk dicatat dan diingat di mata Allah!
Esau pun dicatat dengan panggilan yang terkait peristiwa dimana ia menjual hak kesulungannya. Ia adalah Edom. Edom dulu yang telah menolak berkat Allah, adalah Edom yang kelak menjadi bangsa yang selalu menentang Israel dan berusaha menghambat kemajuan penggenapan rencana Allah untuk Israel. Tidak ada silsilah jelas diberikan untuk mereka. Begitulah cara Alkitab memandang dan menilai pihak-pihak yang tidak di pihak Allah dan yang kekuatannya dipakai untuk menolak rencana-Nya. Begitu jugalah harusnya kita memperhitungkan bahaya yang senantiasa mengancam umat Allah. Kita tidak boleh menganggap remeh ancaman yang ada, namun kita harus menilai dan menyikapi dalam perspektif iman.
Allah telah memberikan Kanaan untuk kaum Israel, umat perjanjian-Nya. Serasi rencana Allah itu, Esau dengan segenap kaum keturunannya yang perkasa dan berkuasa itu memutuskan sendiri untuk diam di Seir, bukan di Kanaan (6, 7)! Mereka tidak ambil bagian dalam rencana Allah, itu sebabnya mereka harus menyingkir dan tidak boleh menjadi penghambat bagi kemajuan rencana Allah!

Jumat, 27 Oktober 2017

Riwayat Yakub-Israel

Sesudah itu berangkatlah mereka dari Betel. Ketika mereka tidak berapa jauh lagi dari Efrata, bersalinlah Rahel, dan bersalinnya itu sangat sukar. Sedang ia sangat sukar bersalin, berkatalah bidan kepadanya: "Janganlah takut, sekali inipun anak laki-laki yang kaudapat." Dan ketika ia hendak menghembuskan nafas--sebab ia mati kemudian--diberikannyalah nama Ben-oni kepada anak itu, tetapi ayahnya menamainya Benyamin. Demikianlah Rahel mati, lalu ia dikuburkan di sisi jalan ke Efrata, yaitu Betlehem. Yakub mendirikan tugu di atas kuburnya; itulah tugu kubur Rahel sampai sekarang. Sesudah itu berangkatlah Israel, lalu ia memasang kemahnya di seberang Migdal-Eder. Ketika Israel diam di negeri ini, terjadilah bahwa Ruben sampai tidur dengan Bilha, gundik ayahnya, dan kedengaranlah hal itu kepada Israel. Adapun anak-anak lelaki Yakub dua belas orang jumlahnya. Anak-anak Lea ialah Ruben, anak sulung Yakub, kemudian Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar dan Zebulon. Anak-anak Rahel ialah Yusuf dan Benyamin. Dan anak-anak Bilha, budak perempuan Rahel ialah Dan serta Naftali. Dan anak-anak Zilpa, budak perempuan Lea ialah Gad dan Asyer. Itulah anak-anak lelaki Yakub, yang dilahirkan baginya di Padan-Aram. Lalu sampailah Yakub kepada Ishak, ayahnya, di Mamre dekat Kiryat-Arba--itulah Hebron--tempat Abraham dan Ishak tinggal sebagai orang asing. Adapun umur Ishak seratus delapan puluh tahun. Lalu meninggallah Ishak, ia mati dan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya; ia tua dan suntuk umur, maka Esau dan Yakub, anak-anaknya itu, menguburkan dia. -- Kejadian 35:16-29

Perikop ini mengisahkan kematian Rahel-kelahiran Benyamin, inses Ruben dengan Bilha, pencatatan keturunan Yakub dan kematian Ishak dalam usia suntuk 180 tahun yang dikubur oleh Esau dan Yakub. Sepertinya ini hanya catatan biasa saja yang lazim juga terjadi dalam kisah-kisah keturunan siapa pun di dunia ini. Namun, ini adalah penerusan dari pencatatan generasi-generasi sejak Adam oleh kitab Kejadian. Tanpa harus memaksakan makna ada beberapa hal menarik bisa kita renungkan lebih jauh. Pertama, anak terakhir Yakub lahir melalui penderitaan Rahel. Sebelum meninggal Rahel memberi nama Ben-oni -- anak penderitaan tetapi oleh Yakub diubah menjadi Benjamin. Ada yang menduga arti Benjamin adalah "son of good fortune,", ada juga dugaan "son of good fight."  Meski tidak jelas pastinya apa pengubahan nama menjadi Benyamin ini seakan cerminan dari pengubahan Yakub menjadi Israel  Kedua, sisipan catatan tentang inses Ruben menjadi sebab mengapa "berkat" Yakub atasnya adalah seperti tertera di 49:3-4. Ketiga, Ishak meninggal dalam usia sangat tua. Esau dan Yakub menguburkan Ishak menandakan bahwa perdamaian kedua saudara kembar ini berlangsung seterusnya. Ini semua menjadi bingkai bagi kisah selanjutnya bakal umat Allah yaitu Israel yang terdiri dari dua belas anak lelaki Yakub, dua belas suku Israel. Di dalam keturunan Israel yang sarat suka-duka, kemajuan-kemunduran, inilah Tuhan akan mewujudkan sejarah kselamatan dunia selanjutnya. 

Rabu, 25 Oktober 2017

Kembali ke Betel

Allah berfirman kepada Yakub: "Bersiaplah, pergilah ke Betel, tinggallah di situ, dan buatlah di situ mezbah bagi Allah, yang telah menampakkan diri kepadamu, ketika engkau lari dari Esau, kakakmu." Lalu berkatalah Yakub kepada seisi rumahnya dan kepada semua orang yang bersama-sama dengan dia: "Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu dan tukarlah pakaianmu. Marilah kita bersiap dan pergi ke Betel; aku akan membuat mezbah di situ bagi Allah, yang telah menjawab aku pada masa kesesakanku dan yang telah menyertai aku di jalan yang kutempuh." Mereka menyerahkan kepada Yakub segala dewa asing yang dipunyai mereka dan anting-anting yang ada pada telinga mereka, lalu Yakub menanamnya di bawah pohon besar yang dekat Sikhem. Sesudah itu berangkatlah mereka. Dan kedahsyatan yang dari Allah meliputi kota-kota sekeliling mereka, sehingga anak-anak Yakub tidak dikejar. Lalu sampailah Yakub ke Lus yang di tanah Kanaan--yaitu Betel--,ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia. Didirikannyalah mezbah di situ, dan dinamainyalah tempat itu El-Betel, karena Allah telah menyatakan diri kepadanya di situ, ketika ia lari terhadap kakaknya. Ketika Debora, inang pengasuh Ribka, mati, dikuburkanlah ia di sebelah hilir Betel di bawah pohon besar, yang dinamai orang: Pohon Besar Penangisan. Setelah Yakub datang dari Padan-Aram, maka Allah menampakkan diri pula kepadanya dan memberkati dia. Firman Allah kepadanya: "Namamu Yakub; dari sekarang namamu bukan lagi Yakub, melainkan Israel, itulah yang akan menjadi namamu." Maka Allah menamai dia Israel. Lagi firman Allah kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa. Beranakcuculah dan bertambah banyak; satu bangsa, bahkan sekumpulan bangsa-bangsa, akan terjadi dari padamu dan raja-raja akan berasal dari padamu. Dan negeri ini yang telah Kuberikan kepada Abraham dan kepada Ishak, akan Kuberikan kepadamu dan juga kepada keturunanmu." Lalu naiklah Allah meninggalkan Yakub dari tempat Ia berfirman kepadanya. Kemudian Yakub mendirikan tugu di tempat itu, yakni tugu batu; ia mempersembahkan korban curahan dan menuangkan minyak di atasnya. Yakub menamai tempat di mana Allah telah berfirman kepadanya "Betel". -- Kejadian 35:1-15


Sesudah sekian lama dipimpin Allah, diberkati dengan melimpah, menerima berbagai penggenapan janji-Nya dengan setia, hal apa lagi yang Allah ingin agar terjadi dalam diri umat-Nya?
Allah ingin agar Yakub menggenapi janjinya. Sewaktu ia melarikan diri dari Esau, sesudah penglihatan dalam mimpinya di Betel tentang anak tangga yang para malaikat turun naik melaluinya, Yakub memohon sambil berjanji: “Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai, sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka TUHAN akan menjadi Allahku. Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu” (28:20-22). Allah telah menjawab semua permohonan itu, kini saat untuk Yakub menggenapi janjinya kepada Allah. Maka kini Allah memerintahkan Yakub untuk membangun mezbah bagi-Nya di Betel.
Yakub bukan saja lupa menggenapi janjinya, ia juga tidak memupuk ibadah sepenuh hati hanya kepada Allah saja di antara keluarganya. Mungkin karena pengaruh istrinya, anak-anaknya ternyata masih memiliki ilah lain dan perhiasan yang mengandung sesembahan yang salah. Pada waktu itulah baru secara menyeluruh kaum keluarga Yakub mentahirkan diri untuk menyembah Allah saja. Penggenapan janji dan pentahiran diri ini langsung diikuti oleh peristiwa penting lain di Padan Aram. Allah menegaskan ulang penggantian nama Yakub menjadi Israel. Allah juga menegaskan ulang janji-Nya kepada Yakub. Suatu tindakan yang mirip dengan rangkaian peneguhan janji Allah kepada Abraham. 
Baik dalam susah maupun dalam suka Allah segalanya bagi kita -- maka dalam segala keadaan kita patut dengan sadar mencari, mengutamakan dan mengandalkan Tuhan saja. Terpujilah Ia yang ajaib sabar, setia serta limpah anugerah-Nya! 

Selasa, 24 Oktober 2017

Menghapus Noda dengan Noda?

Pada suatu kali pergilah Dina, anak perempuan Lea yang dilahirkannya bagi Yakub, mengunjungi perempuan-perempuan di negeri itu. Ketika itu terlihatlah ia oleh Sikhem, anak Hemor, orang Hewi, raja negeri itu, lalu Dina itu dilarikannya dan diperkosanya. Tetapi terikatlah hatinya kepada Dina, anak Yakub; ia cinta kepada gadis itu, lalu menenangkan hati gadis itu. Sebab itu berkatalah Sikhem kepada Hemor, ayahnya: "Ambillah bagiku gadis ini untuk menjadi isteriku." Kedengaranlah kepada Yakub, bahwa Sikhem mencemari Dina. Tetapi anak-anaknya ada di padang menjaga ternaknya, jadi Yakub mendiamkan soal itu sampai mereka pulang. Lalu Hemor ayah Sikhem, pergi mendapatkan Yakub untuk berbicara dengan dia. Sementara itu anak-anak Yakub pulang dari padang, dan sesudah mendengar peristiwa itu orang-orang ini sakit hati dan sangat marah karena Sikhem telah berbuat noda di antara orang Israel dengan memperkosa anak perempuan Yakub, sebab yang demikian itu tidak patut dilakukan. Berbicaralah Hemor kepada mereka itu: "Hati Sikhem anakku mengingini anakmu; kiranya kamu memberikan dia kepadanya menjadi isterinya dan biarlah kita ambil-mengambil: berikanlah gadis-gadis kamu kepada kami dan ambillah gadis-gadis kami. Tinggallah pada kami: negeri ini terbuka untuk kamu; tinggallah di sini, jalanilah negeri ini dengan bebas, dan menetaplah di sini." Lalu Sikhem berkata kepada ayah anak itu dan kepada kakak-kakaknya: "Biarlah kiranya aku mendapat kasihmu, aku akan memberikan kepadamu apa yang kamu minta; walaupun kamu bebankan kepadaku uang jujuran dan uang mahar seberapa banyakpun, aku akan memberikan apa yang kamu minta; tetapi berilah gadis itu kepadaku menjadi isteriku." Lalu anak-anak Yakub menjawab Sikhem dan Hemor, ayahnya, dengan tipu muslihat. Karena Sikhem telah mencemari Dina, adik mereka itu, berkatalah mereka kepada kedua orang itu: "Kami tidak dapat berbuat demikian, memberikan adik kami kepada seorang laki-laki yang tidak bersunat, sebab hal itu aib bagi kami. Hanyalah dengan syarat ini kami dapat menyetujui permintaanmu: kamu harus sama seperti kami, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat, barulah kami akan memberikan gadis-gadis kami kepada kamu dan mengambil gadis-gadis kamu; maka kami akan tinggal padamu, dan kita akan menjadi satu bangsa. Tetapi jika kamu tidak mendengarkan perkataan kami dan kamu tidak disunat, maka kami akan mengambil kembali anak itu, lalu pergi." Lalu Hemor dan Sikhem, anak Hemor, menyetujui usul mereka. Dan orang muda itu tidak bertangguh melakukannya, sebab ia suka kepada anak Yakub, lagipula ia seorang yang paling dihormati di antara seluruh kaum keluarganya. Lalu pergilah Hemor dan Sikhem, anaknya itu, ke pintu gerbang kota mereka dan mereka berbicara kepada penduduk kota itu:.. Maka usul Hemor dan Sikhem, anaknya itu, didengarkan oleh semua orang yang datang berkumpul di pintu gerbang kota itu, lalu disunatlah setiap laki-laki, yakni setiap orang dewasa di kota itu. Pada hari ketiga, ketika mereka sedang menderita kesakitan, datanglah dua orang anak Yakub, yaitu Simeon dan Lewi, kakak-kakak Dina, setelah masing-masing mengambil pedangnya, menyerang kota itu dengan tidak takut-takut serta membunuh setiap laki-laki. Juga Hemor dan Sikhem, anaknya, dibunuh mereka dengan mata pedang, dan mereka mengambil Dina dari rumah Sikhem, lalu pergi. Kemudian datanglah anak-anak Yakub merampasi orang-orang yang terbunuh itu, lalu menjarah kota itu, karena adik mereka telah dicemari. Kambing dombanya dan lembu sapinya, keledainya dan segala yang di dalam dan di luar kota itu dibawa mereka; segala kekayaannya, semua anaknya dan perempuannya ditawan dan dijarah mereka, juga seluruhnya yang ada di rumah-rumah. Yakub berkata kepada Simeon dan Lewi: "Kamu telah mencelakakan aku dengan membusukkan namaku kepada penduduk negeri ini, kepada orang Kanaan dan orang Feris, padahal kita ini hanya sedikit jumlahnya; apabila mereka bersekutu melawan kita, tentulah mereka akan memukul kita kalah, dan kita akan dipunahkan, aku beserta seisi rumahku." Tetapi jawab mereka: "Mengapa adik kita diperlakukannya sebagai seorang perempuan sundal!" -- kejadian 34:1-31

Dalam perjalanan hidup bahkan di antara orang terhormat pun, bisa terjadi noda. Bila itu terjadi, bagaimanakah jalan penyelesaian terbaik? Noda yang sangat menggoncangkan kehidupan keluarga Yakub terjadi karena Dina putri Yakub satu-satunya diperkosa oleh Sikhem, anak Hemor raja orang Hewi. Seharusnya sebagai pendatang, tidak pada tempatnya Dina yang baru berusia sekitar 15-16 tahun itu berjalan-jalan untuk melihat (dan dilihat) orang yang belum dikenal. Prinsip pergaulan seharusnya ditanamkan dengan baik oleh ayah dan ibunya, tetapi rupanya hal ini tidak dilakukan baik oleh Yakub maupun oleh Lea. Maka tiba-tiba saja terjadilah musibah itu. Sikhem melarikan Dina dan memperkosanya. Meski Sikhem telah berbuat salah, namun ia jatuh cinta kepada Dina dan meminta secara bertanggungjawab untuk boleh mengawini Dina.
Yakub tidak menunjukkan sikap atau mengambil tindakan apa pun. Ia hanya mendiamkan perkara itu sampai anak-anaknya pulang. Reaksi anak-anaknya yang melihat keluarga telah ternoda oleh pemerkosaan terhadap Dina, bercampur antara sakit hati dan marah (7). Niat baik Sikhem dan lamaran yang diajukan ayahnya tidak dapat menghapuskan sakit hati anak-anak Yakub. Sakit hati dan kemarahan tidak pernah menghasilkan pertimbangan yang didasari oleh kebajikan dan kebijakan. Sebaliknya dari merespons dengan tepat, mereka melakukan rencana jahat. Mereka berpura-pura menerima permintaan tersebut tetapi mengajukan prasyarat religius. Sikhem, Hemor dan semua laki-laki orang Hewi harus disunat. Suatu permintaan yang terkesan benar karena mengatasnamakan aturan agama, namun sayang berisikan tipu muslihat keji.
Sesudah sunat masal dan ketika semua laki-laki orang Hewi sedang kesakitan, secara keji Simeon dan Lewi menyerang mereka. Bisa dibayangkan apa yang terjadi. Orang-orang yang sedang dalam kesakitan sesudah disunat pasti menjadi korban mudah bagi kekejaman Simeon dan Lewi. Tidak cukup sampai di situ, mereka juga menjarah dan menawan anak serta perempuan orang Hewi. 
Noda seharusnya dihindari oleh perilaku saleh. Tetapi ketika noda terjadi, ia harus diatasi dengan motif dan tindakan kebenaran, bukan amarah, sakit hati dan memperalat aturan kesalehan!

Sabtu, 21 Oktober 2017

Perubahan Ajaib

Yakubpun melayangkan pandangnya, lalu dilihatnyalah Esau datang dengan diiringi oleh empat ratus orang. Maka diserahkannyalah sebagian dari anak-anak itu kepada Lea dan sebagian kepada Rahel serta kepada kedua budak perempuan itu. Ia menempatkan budak-budak perempuan itu beserta anak-anak mereka di muka, Lea beserta anak-anaknya di belakang mereka, dan Rahel beserta Yusuf di belakang sekali. Dan ia sendiri berjalan di depan mereka dan ia sujud sampai ke tanah tujuh kali, hingga ia sampai ke dekat kakaknya itu. Tetapi Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka. Kemudian Esau melayangkan pandangnya, dilihatnyalah perempuan-perempuan dan anak-anak itu, lalu ia bertanya: "Siapakah orang-orang yang beserta engkau itu?" Jawab Yakub: "Anak-anak yang telah dikaruniakan Allah kepada hambamu ini." Sesudah itu mendekatlah budak-budak perempuan itu beserta anak-anaknya, lalu mereka sujud. Mendekat jugalah Lea beserta anak-anaknya, dan merekapun sujud. Kemudian mendekatlah Yusuf beserta Rahel, dan mereka juga sujud. Berkatalah Esau: "Apakah maksudmu dengan seluruh pasukan, yang telah bertemu dengan aku tadi?" Jawabnya: "Untuk mendapat kasih tuanku." Tetapi kata Esau: "Aku mempunyai banyak, adikku; peganglah apa yang ada padamu." Tetapi kata Yakub: "Janganlah kiranya demikian; jikalau aku telah mendapat kasihmu, terimalah persembahanku ini dari tanganku, karena memang melihat mukamu adalah bagiku serasa melihat wajah Allah, dan engkaupun berkenan menyambut aku. Terimalah kiranya pemberian tanda salamku ini, yang telah kubawa kepadamu, sebab Allah telah memberi karunia kepadaku dan akupun mempunyai segala-galanya." Lalu dibujuk-bujuknyalah Esau, sehingga diterimanya. Kata Esau: "Baiklah kita berangkat berjalan terus; aku akan menyertai engkau." Tetapi Yakub berkata kepadanya: "Tuanku maklum, bahwa anak-anak ini masih kurang kuat, dan bahwa beserta aku ada kambing domba dan lembu sapi yang masih menyusui, jika diburu-buru, satu hari saja, maka seluruh kumpulan binatang itu akan mati. Biarlah kiranya tuanku berjalan lebih dahulu dari hambamu ini dan aku mau dengan hati-hati beringsut maju menurut langkah hewan, yang berjalan di depanku dan menurut langkah anak-anak, sampai aku tiba pada tuanku di Seir." Lalu kata Esau: "Kalau begitu, baiklah kutinggalkan padamu beberapa orang dari pengiringku." Tetapi Yakub berkata: "Tidak usah demikian! Biarlah aku mendapat kasih tuanku saja." Jadi pulanglah Esau pada hari itu berjalan ke Seir. Tetapi Yakub berangkat ke Sukot, lalu mendirikan rumah, dan untuk ternaknya dibuatnya gubuk-gubuk. Itulah sebabnya tempat itu dinamai Sukot. Dalam perjalanannya dari Padan-Aram sampailah Yakub dengan selamat ke Sikhem, di tanah Kanaan, lalu ia berkemah di sebelah timur kota itu. Kemudian dibelinyalah dari anak-anak Hemor, bapa Sikhem, sebidang tanah, tempat ia memasang kemahnya, dengan harga seratus kesita. Ia mendirikan mezbah di situ dan dinamainya itu: "Allah Israel ialah Allah" (El-Elohe-Israel)   -- Kejadian 33"1-20

Yakub yang telah dimenangkan Allah dalam pergumulan dengan-Nya kini dengan berani dan penuh tanggungjawab mengepalai rombongan keluarga besarnya. Ia bukan bersembunyi tetapi tampil paling depan. Ketika rombongan Yakub berpapasan dengan rombongan Esau yang membawa pasukan perang, terjadilah rentetan keajaiban. Yang tadinya ditakuti Yakub tidak terjadi. Pasukan Esau tidak membantai rombongan Yakub, Esau pun tidak membalas dendamnya puluhan tahun. Yakub tujuh kali sujud sampai akhirnya tiba ke dekat Esau, menyebut dirinya “hambamu" (5) dan memanggil Esau “tuanku" (8). Perubahan ajaib dan adegan mengharukan pun terjadi. Esau berlari, memeluk, mencium Yakub, dan dalam pelukan persaudaraan yang dipulihkan mereka bertangis-tangisan (4).
Dulu perebutan warisan membuat mereka bermusuhan, kini dalam pemulihan Esau menolak pemberian Yakub. Dengan menyebut Yakub sebagai “adikku,” ia menampik pemberian itu karena ia “memiliki banyak.” Esau berubah, ia tidak lagi merasa sebagai orang yang pernah dirugikan. Yakub pun menegaskan kenyataan berkat Allah dalam hidupnya. Apabila Esau memiliki banyak harta, Yakub mengklaim dengan penuh syukur bahwa ia kini “mempunyai segala-galanya” (11). Yang Yakub maksudkan tentu bukan harta melainkan hidup yang diubahkan, disertai, dipimpin, diberkati Allah. Termasuk bahwa kini ia melihat wajah Esau seolah melihat wajah Allah sendiri, yaitu bahwa keajaiban anugerah Allah di dalam wajah dan sikap Esau yang bersedia menerimanya kembali sebagai “adik” (9-10).
Sesudah rekonsiliasi tersebut, lalu kedua bersaudara itu dan rombongan mereka pun berpisah baik-baik. Karena kedatangan Yakub adalah dalam rangka memenuhi panggilan ilahi, maka ia memang tidak mungkin berjalan bersama dengan kakaknya yang menjalani panggilan dirinya sendiri. Anugerah Allah telah memungkinkan rentetan perubahan ajaib terjadi. Dan di penutup episode ini perubahan paling ajaib terjadi dalam pengakuan Yakub: El adalah Allah Israel, Allah dirinya pribadi, bukan hanya Allah kakek dan bapaknya! Allah dirinya yang telah diubah jadi Israel!
Jika kita pasrah kooperatif dengan karya transformasi Allah, Ia membuat rentetan hal mustahil terjadi dalam berbagai segi kehidupan dan relasi kita!

Jumat, 20 Oktober 2017

Berdoa sampai Kalah

Pada malam itu Yakub bangun dan ia membawa kedua isterinya, kedua budaknya perempuan dan kesebelas anaknya, dan menyeberang di tempat penyeberangan sungai Yabok. Sesudah ia menyeberangkan mereka, ia menyeberangkan juga segala miliknya. Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing. Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu. Lalu kata orang itu: "Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing." Sahut Yakub: "Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku." Bertanyalah orang itu kepadanya: "Siapakah namamu?" Sahutnya: "Yakub." Lalu kata orang itu: "Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang." Bertanyalah Yakub: "Katakanlah juga namamu." Tetapi sahutnya: "Mengapa engkau menanyakan namaku?" Lalu diberkatinyalah Yakub di situ. Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya: "Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!" Lalu tampaklah kepadanya matahari terbit, ketika ia telah melewati Pniel; dan Yakub pincang karena pangkal pahanya. Itulah sebabnya sampai sekarang orang Israel tidak memakan daging yang menutupi sendi pangkal paha, karena Dia telah memukul sendi pangkal paha Yakub, pada otot pangkal pahanya. -- Kejadian 32:22-32

Ini sungguh episode genting mendebarkan dalam kehidupan Yakub! Akhirnya Yakub sadar bukan ternak, hamba-hambanya, atau istri dan anaknya yang dapat melindungi dia dari Esau atau yang dapat dijadikan persembunyian dari konsekuensi masalah lamanya. Ia sendiri harus bergumul dengan Allah menyelesaikan semua dengan-Nya!
Seseorang bergulat dengan Yakub semalaman sampai fajar menyingsing. Tidak dikatakan siapa orang ini, namun ada beberapa petunjuk untuk kita simpulkan. Sesudah bergulat tanpa bisa dihentikan, orang itu membuat Yakub menyadari kebutuhan dirinya terdalam. Selama ini ia mengandalkan kesanggupannya sendiri -- ya otak, ya otot. Kini di puncak pergulatan itu orang misterius tersebut memukul pangkal paha Yakub -- tempat tulang punggung bertumpu, penyangga kekuatan Yakub -- sampai ia terpelecok, pincang dan sejak itu kesadaran secara fisik bahwa dirinya lemah dan perlu bersandar pada "sesuatu" yang lain harus melekat sepanjang sisa umurnya. 
Orang itu memiliki kuasa sehingga berhak menanyakan dan mengubah nama Yakub. Yakub -- perenggut, penipu, pengandal diri sendiri -- diubah menjadi Israel -- pangerannya Allah, di dalam dan oleh Allah. Luar biasanya “Nama:-Nya sendiri tetap rahasia. Ia yang berhak memberi atau mengubah nama, sementara Yakub tidak dalam posisi untuk mengetahui “Nama” pihak yang berkuasa mengubah 
Jika orang misterius itu adalah Allah, bagaimana mungkin Yakub kuat semalaman bergulat melawan-Nya? Jika Ia Allah yang berdaulat mengubah nama Yakub menjadi Israel, bagaimana mungkin Yakub sanggup “memaksa-Nya” untuk memberkati? Dari semua pertimbangan ini jelas bahwa ini bukan suatu pergulatan jasmani tetapi suatu pergulatan rohani seperti yang terjadi dalam doa. Hosea 12:4-5 menegaskan bahwa “Ia bergumul dengan Malaikat dan menang; ia menangis dan memohon belas kasihan kepada-Nya. Di Betel ia bertemu dengan Dia, dan di sanalah Dia berfirman kepadanya: - yakni TUHAN, Allah semesta alam, TUHAN nama-Nya.” Ia meminta berkat. Yakub diubah dari mengandalkan kekuatan otot dan akalnya sendiri menjadi seorang yang bersandar pada Allah dan dalam kebersandaran itu ia menerima anugerah dan berkat. Jika ia yang fana dan penuh dosa sanggup bergulat dengan Allah, tentu karena secara misterius Allah yang sama yang melawannya itu juga yang membantunya bertahan dalam pergumulan itu. Kini ia tidak lagi mengandaikan keahlian manusia berdosa dengan mengatur tipu daya. Ia memohon Allah sendiri memberkatinya. Dalam pergumulan doa yang serius dan membuat otot dan akalnya takluk itulah, ia akhirnya sanggup memahami hakikat berkat dalam hidupnya. Dan saat itulah ia diubah Allah menjadi Israel.
Tidak ada yang lebih mengubah kita dari jasmani-duniawi menjadi rohani-surgawi ketimbang bergumul dengan Allah sampai kita menyadari ketidaklayakan serta ketidakberdayaankita dan Ia menjadi segalanya bagi kita.

Kamis, 19 Oktober 2017

Upaya Rekonsiliasi

Yakub melanjutkan perjalanannya, lalu bertemulah malaikat-malaikat Allah dengan dia. Ketika Yakub melihat mereka, berkatalah ia: "Ini bala tentara Allah." Sebab itu dinamainyalah tempat itu Mahanaim. Sesudah itu Yakub menyuruh utusannya berjalan lebih dahulu mendapatkan Esau, kakaknya, ke tanah Seir, daerah Edom. Ia memerintahkan kepada mereka: "Beginilah kamu katakan kepada tuanku, kepada Esau: Beginilah kata hambamu Yakub: Aku telah tinggal pada Laban sebagai orang asing dan diam di situ selama ini. Aku telah mempunyai lembu sapi, keledai dan kambing domba, budak laki-laki dan perempuan, dan aku menyuruh memberitahukan hal ini kepada tuanku, supaya aku mendapat kasihmu." Kemudian pulanglah para utusan itu kepada Yakub dan berkata: "Kami telah sampai kepada kakakmu, kepada Esau, dan iapun sedang di jalan menemui engkau, diiringi oleh empat ratus orang." Lalu sangat takutlah Yakub dan merasa sesak hati; maka dibaginyalah orang-orangnya yang bersama-sama dengan dia, kambing dombanya, lembu sapi dan untanya menjadi dua pasukan. Sebab pikirnya: "Jika Esau datang menyerang pasukan yang satu, sehingga terpukul kalah, maka pasukan yang tinggal akan terluput." Kemudian berkatalah Yakub: "Ya Allah nenekku Abraham dan Allah ayahku Ishak, ya TUHAN, yang telah berfirman kepadaku: Pulanglah ke negerimu serta kepada sanak saudaramu dan Aku akan berbuat baik kepadamu-- sekali-kali aku tidak layak untuk menerima segala kasih dan kesetiaan yang Engkau tunjukkan kepada hamba-Mu ini, sebab aku membawa hanya tongkatku ini waktu aku menyeberangi sungai Yordan ini, tetapi sekarang telah menjadi dua pasukan. Lepaskanlah kiranya aku dari tangan kakakku, dari tangan Esau, sebab aku takut kepadanya, jangan-jangan ia datang membunuh aku, juga ibu-ibu dengan anak-anaknya. Bukankah Engkau telah berfirman: Tentu Aku akan berbuat baik kepadamu dan menjadikan keturunanmu sebagai pasir di laut, yang karena banyaknya tidak dapat dihitung." Lalu bermalamlah ia di sana pada malam itu. Kemudian diambilnyalah dari apa yang ada padanya suatu persembahan untuk Esau, kakaknya, yaitu dua ratus kambing betina dan dua puluh kambing jantan, dua ratus domba betina dan dua puluh domba jantan, tiga puluh unta yang sedang menyusui beserta anak-anaknya, empat puluh lembu betina dan sepuluh lembu jantan, dua puluh keledai betina dan sepuluh keledai jantan. Diserahkannyalah semuanya itu kepada budak-budaknya untuk dijaga, tiap-tiap kumpulan tersendiri, dan ia berkata kepada mereka: "Berjalanlah kamu lebih dahulu dan jagalah supaya ada jarak antara kumpulan yang satu dengan kumpulan yang lain." Diperintahkannyalah kepada yang paling di muka: "Apabila Esau, kakakku, bertemu dengan engkau dan bertanya kepadamu: Siapakah tuanmu? dan ke manakah engkau pergi? dan milik siapakah ternak yang di depanmu itu? -- jawablah: milik hambamu Yakub; inilah persembahan yang dikirim kepada tuanku Esau, dan Yakub sendiripun ada di belakang kami." Begitulah diperintahkannya baik kepada yang kedua maupun kepada yang ketiga dan kepada sekalian orang yang berjalan menggiring kumpulan hewan itu, katanya: "Seperti perkataanku tadilah kamu katakan kepada Esau, apabila kamu berjumpa dengan dia; dan kamu harus mengatakan juga: Hambamu Yakub sendiri ada di belakang kami." Sebab pikir Yakub: "Baiklah aku mendamaikan hatinya dengan persembahan yang diantarkan lebih dahulu, kemudian barulah aku akan melihat mukanya; mungkin ia akan menerima aku dengan baik." Jadi persembahan itu diantarkan lebih dahulu, tetapi ia sendiri bermalam pada malam itu di tempat perkemahannya. -- Kejadian 32:1-21

Yakub pulang ke kampung halamannya, Kanaan perjanjian Allah kepada kakek dan bapaknya, yang juga tanah warisnya. Perjalanan pulang yang seharusnya membangkitkan kesukaan besar, namun tidak demikian bagi Yakub. Ini bukan perjalanan mudah baginya, sebab perjalanan itu juga merupakan perjalanan balik menghadapi masalah yang pernah ia timbulkan terhadap Esau. Benar ia mendapatkan warisan, namun dengan meninggalkan luka pada pihak lain. Kini ia harus menghadapi segala konsekuensi penipuan yang ia lakukan terhadap kakaknya itu.
Sebelum “sambutan” kakaknya yang membuat Yakub gentar dan cemas, ia disambut sepasukan malaikat di Mahanaim (1-2). Ini tentu memberikan penghiburan dan penguatan sangat berarti bagi Yakub. Tidakkah berarti pasukan Allah terus mengitari Yakub dari Betel-Haran-dan kini sampai ke Mahanaim juga? Mahanaim berarti dua kemah, sebab di samping kemah Yakub ada kemah lain yaitu kemah pasukan malaikat yang menjumpai dia. Ini pasti memberanikan dia dan rombongannya mendekat ke tempat Esau di Seir, Edom. Kalau dulu ia melarikan diri kini ia mencari Esau. Satu lagi perubahan besar terjadi dalam sikap Yakub. 
Sebelum memasuki Kanaan tanah perjanjian yang sudah menjadi hak warisnya, ia harus lebih dulu mengupayakan rekonsiliasi dengan orang yang pernah ia tipu. Yakub mengirim utusan dengan salam dan kabar darinya untuk Esau. Ia membahasakan diri merendah sebagai “hamba” Esau. Ia membawa banyak kekayaan melalui perjuangan berat, bukan melalui penipuan (4, 5). Pesan tersebut menyiratkan bahwa ia telah berubah, bukan lagi Yakub yang dulu. Ia siap berdamai dalam posisi sebagai hamba. Sayang pesan Yakub disambut dengan berita bahwa Esau dengan pasukan perangnya mendatangi Yakub. 
Apa daya Yakub? Ia berdoa. Ia kini mengakui bahwa ia pulang karena menaati firman Allah. Ia berterima kasih untuk segala berkat-Nya. Ia masih menyebut Allah sebagai Allah kakek dan ayahnya, belum Allah pribadinya namun ungkapan TUHAN sebagai yang hidup dan yang sumber perjanjian pertama kali keluar dari bibir Yakub. Kepada YHWH ini Ia mengakui ketidaklayakannya beroleh semua berkat-Nya. Ia mengakui juga ketakutannya kepada Esau, dan memohon agar diluputkan (9-12). 
Sesudah berdoa ia mengatur untuk mengirimkan iring-iringan pemberian untuk Esau, sejumlah 580 ekor ternak. Dengan 580 ekor ternak itu Yakub berharap dapat mendamaikan Esau yang telah dirugikannya. Masih terlihat pola pikir "tukar-guling" dalam diri Yakub -- dulu ia merebut hak kesulungan dengan semangkuk sup kacang merah dan semangkuk sup kambing piaraan, kini ia seolah ingin membayar utang moralnya kepada Esau dengan 580 ternak tersebut. Ia masih berpikir rekonsiliasi bisa dicapainya dengan tebusan hasil strategi trik otak lihainya sendiri.
Adakah pihak di masa lalu kita yang kita perlu berdamai? Sudahkah anugerah dari Yesus mendamaikan kita dengan masa lalu kita? Sungguhkah kita bergantung penuh pada nilai tebusan dalam darah Yesus sebagai daya pendamai semua ketidakberesan hidup kita? 

Rabu, 18 Oktober 2017

Pengakuan dan Perjanjian


Lalu Laban menjawab Yakub: "Perempuan-perempuan ini anakku dan anak-anak lelaki ini cucuku dan ternak ini ternakku, bahkan segala yang kaulihat di sini adalah milikku; jadi apakah yang dapat kuperbuat sekarang kepada anak-anakku ini atau kepada anak-anak yang dilahirkan mereka? Maka sekarang, marilah kita mengikat perjanjian, aku dan engkau, supaya itu menjadi kesaksian antara aku dan engkau." Kemudian Yakub mengambil sebuah batu dan didirikannya menjadi tugu. Selanjutnya berkatalah Yakub kepada sanak saudaranya: "Kumpulkanlah batu." Maka mereka mengambil batu dan membuat timbunan, lalu makanlah mereka di sana di dekat timbunan itu. Laban menamai timbunan batu itu Yegar-Sahaduta, tetapi Yakub menamainya Galed. Lalu kata Laban: "Timbunan batu inilah pada hari ini menjadi kesaksian antara aku dan engkau." Itulah sebabnya timbunan itu dinamainya Galed, dan juga Mizpa, sebab katanya: "TUHAN kiranya berjaga-jaga antara aku dan engkau, apabila kita berjauhan. Jika engkau mengaibkan anak-anakku, dan jika engkau mengambil isteri lain di samping anak-anakku itu, ingatlah, walaupun tidak ada orang dekat kita, Allah juga yang menjadi saksi antara aku dan engkau." Selanjutnya kata Laban kepada Yakub: "Inilah timbunan batu, dan inilah tugu yang kudirikan antara aku dan engkau-- timbunan batu dan tugu inilah menjadi kesaksian, bahwa aku tidak akan melewati timbunan batu ini mendapatkan engkau, dan bahwa engkaupun tidak akan melewati timbunan batu dan tugu ini mendapatkan aku, dengan berniat jahat. Allah Abraham dan Allah Nahor, Allah ayah mereka, kiranya menjadi hakim antara kita." Lalu Yakub bersumpah demi Yang Disegani oleh Ishak, ayahnya. Dan Yakub mempersembahkan korban sembelihan di gunung itu. Ia mengundang makan sanak saudaranya, lalu mereka makan serta bermalam di gunung itu. Keesokan harinya pagi-pagi Laban mencium cucu-cucunya dan anak-anaknya serta memberkati mereka, kemudian pulanglah Laban kembali ke tempat tinggalnya. -- Kejadian 31:43-55


Jika dalam relasi sosial Anda – semisal dalam hubungan dengan ipar atau mertua, bawahan dan atasan,– terjadi ketidaksetaraan, apa yang Anda lakukan? 
Selama ini Yakub telah diperlakukan oleh Laban, mertuanya sendiri secara tidak manusiawi. Jangankan setara! Puncak dari sikap dan perlakuan tidak manusiawi itu ialah ketika ia berhasil mengejar Yakub, lalu menekannya dengan berbagai perkataan tajam. Namun oleh pembelaan Allah dan pengungkapan fakta dari Yakub, Laban terpaksa berubah sikap dan perlakuan. Tentu saja bukan perubahan menyeluruh dan mendasar. Ia masih melontarkan perkataan manis yang sebenarnya tidak pernah ia lakukan bahkan kepada anak-anaknya sendiri. Sebab, meski kini ia memanggil dengan mesra mereka sebagai anak-anak dan cucu-cucunya, namun sebenarnya ia hanya menjadikan mereka perantara untuk memeras tenaga Yakub. Tetapi paling tidak dengan mengusulkan agar ia dan Yakub mengadakan perjanjian, tampak jelas bagaimana Laban terpaksa memperlakukan Yakub secara berbeda. Dari budak dan pencuri, kini sebagai manusia setara yang memiliki hak dan mampu  
Sesuai adat kebiasaan waktu itu, pihak-pihak yang mengikat perjanjian membuat upacara perjanjian dengan memotong kurban. Timbunan batu tempat menaruh kurban perjanjian itu mereka namai Timbunan Kesaksian dalam bahasa mereka masing-masing, dan oleh Yakub disebut juga sebagai Menara Pengawas (Mizpa). Laban yang memaparkan isi perjanjian itu. Pertama, agar Yakub setia dalam ikatan nikah dengan anak-anak Laban. Kedua, agar mereka menghormati batas-batas wilayah kewenangan mereka. Isi perjanjian ini menunjukkan Laban mengakui Yakub sebagai seorang yang setara dengannya, terhormat dan sanggup untuk dipercaya.
Agar dihormati dan diperlakukan setara, kita tak perlu bersikap licik atau bertindak keras. Bersikap dan bertindaklah sebagai orang yang memang terhormat dan terpercaya, oleh anugerah-Nya. Dengan sendirinya kelak, sikap dan tindakan kita pasti akan membuahkan hasil. Orang lain selicik sejahat apa pun, akhirnya harus mengakui bahwa kita memang ada dalam anugerah dan berkat-Nya. 

Selasa, 17 Oktober 2017

Allah -- Ada dan Melihat

Ketika pada hari ketiga dikabarkan kepada Laban, bahwa Yakub telah lari, dibawanyalah sanak saudaranya bersama-sama, dikejarnya Yakub tujuh hari perjalanan jauhnya, lalu ia dapat menyusulnya di pegunungan Gilead. Pada waktu malam datanglah Allah dalam suatu mimpi kepada Laban, orang Aram itu, serta berfirman kepadanya: "Jagalah baik-baik, supaya engkau jangan mengatai Yakub dengan sepatah katapun." Ketika Laban sampai kepada Yakub, --Yakub telah memasang kemahnya di pegunungan, juga Laban dengan sanak saudaranya telah memasang kemahnya di pegunungan Gilead-- berkatalah Laban kepada Yakub: "Apakah yang kauperbuat ini, maka engkau mengakali aku dan mengangkut anak-anakku perempuan sebagai orang tawanan? Mengapa engkau lari diam-diam dan mengakali aku? Mengapa engkau tidak memberitahu kepadaku, supaya aku menghantarkan engkau dengan sukacita dan nyanyian dengan rebana dan kecapi? Lagipula engkau tidak memberikan aku kesempatan untuk mencium cucu-cucuku laki-laki dan anak-anakku perempuan. Memang bodoh perbuatanmu itu. Aku ini berkuasa untuk berbuat jahat kepadamu, tetapi Allah ayahmu telah berfirman kepadaku tadi malam: Jagalah baik-baik, jangan engkau mengatai Yakub dengan sepatah katapun. Maka sekarang, kalau memang engkau harus pergi, semata-mata karena sangat rindu ke rumah ayahmu, mengapa engkau mencuri dewa-dewaku?" Lalu Yakub menjawab Laban: "Aku takut, karena pikirku, jangan-jangan engkau merampas anak-anakmu itu dari padaku. Tetapi pada siapa engkau menemui dewa-dewamu itu, janganlah ia hidup lagi. Periksalah di depan saudara-saudara kita segala barang yang ada padaku dan ambillah barangmu." Sebab Yakub tidak tahu, bahwa Rahel yang mencuri terafim itu. Lalu masuklah Laban ke dalam kemah Yakub dan ke dalam kemah Lea dan ke dalam kemah kedua budak perempuan itu, tetapi terafim itu tidak ditemuinya. Setelah keluar dari kemah Lea, ia masuk ke dalam kemah Rahel. Tetapi Rahel telah mengambil terafim itu dan memasukkannya ke dalam pelana untanya, dan duduk di atasnya. Laban menggeledah seluruh kemah itu, tetapi terafim itu tidak ditemuinya. Lalu kata Rahel kepada ayahnya: "Janganlah bapa marah, karena aku tidak dapat bangun berdiri di depanmu, sebab aku sedang haid." Dan Laban mencari dengan teliti, tetapi ia tidak menemui terafim itu. Lalu hati Yakub panas dan ia bertengkar dengan Laban. Ia berkata kepada Laban: "Apakah kesalahanku, apakah dosaku, maka engkau memburu aku sehebat itu? Engkau telah menggeledah segala barangku, sekarang apakah yang kautemui dari segala barang rumahmu? Letakkanlah di sini di depan saudara-saudaraku dan saudara-saudaramu, supaya mereka mengadili antara kita berdua. Selama dua puluh tahun ini aku bersama-sama dengan engkau; domba dan kambing betinamu tidak pernah keguguran dan jantan dari kambing dombamu tidak pernah kumakan. Yang diterkam oleh binatang buas tidak pernah kubawa kepadamu, aku sendiri yang menggantinya; yang dicuri orang, baik waktu siang, baik waktu malam, selalu engkau tuntut dari padaku. Aku dimakan panas hari waktu siang dan kedinginan waktu malam, dan mataku jauh dari pada tertidur. Selama dua puluh tahun ini aku di rumahmu; aku telah bekerja padamu empat belas tahun lamanya untuk mendapat kedua anakmu dan enam tahun untuk mendapat ternakmu, dan engkau telah sepuluh kali mengubah upahku. Seandainya Allah ayahku, Allah Abraham dan Yang Disegani oleh Ishak tidak menyertai aku, tentulah engkau sekarang membiarkan aku pergi dengan tangan hampa; tetapi kesengsaraanku dan jerih payahku telah diperhatikan Allah dan Ia telah menjatuhkan putusan tadi malam." -- Kejadian 31:22-42

Bagaimanakah harus kita hadapi tuduhan dan tekanan dari pihak orang yang membuat banyak masalah agar kita tidak terprovokasi? Sejauh mana kita patut memaparkan kebenaran kita kepada orang yang telah banyak berbuat salah kepada kita?Allah sendiri membela Yakub, Ia menampakkan diri kepada Laban. Laban diperingatkan keras agar tidak bersikap macam-macam dan mengucapkan perkataan yang tidak pantas kepada Yakub. Bisa kita simpulkan bahwa pastilah Laban tipe orang yang keras dan berkata seenak perut sendiri. Bahkan sesudah mendapatkan peringatan itu pun, semua tuduhan yang ia lancarkan kepada Yakub masih terasa sangat menekan. Melalui peristiwa ini Yakub mengalami keberpihakan Allah kepada pihak yang tertindas, termasuk dirinya. Juga karena Ia punya rencana agung melaluinya, dan ingin agar Yakub masuk dalam relasi yang hidup dengan-Nya.
Ada tiga tuduhan Laban kepada Yakub. Pertama, Yakub melarikan diri. Kedua, Yakub membawa pergi kawanannya tanpa izin. Tersirat di sini bahwa Yakub dianggap melarikan istri-istrinya juga harta yang masih dianggap sebagai milik Laban. Ketiga, Yakub mencuri sesembahannya. Semua tuduhan ini tidak benar, terkecuali yang ketiga namun yang mencuri bukan Yakub melainkan Rahel. Yakub sudah meminta izin untuk kembali ke tanah leluhurnya. Maka, tuduhan bahwa ia lari tidak benar. Ia memang harus mewujudkan tekadnya sebab Laban menunjukkan gelagat tidak rela melepas. Itu sebab Yakub merancang kepergian diam-diam. 
Menghadapi tuduhan semena-mena ini, Yakub yang sebetulnya berwatak lembut dan sudah sangat berubah karena pembentukan ilahi, membela diri dengan nada marah. Ada tempat untuk membela diri, ada alasan juga untuk marah karena alasan yang benar. Maka secara terus terang Yakub menelanjangi kekejaman dan ketidakadilan yang telah Laban buat terhadapnya. Yang indah di bagian akhir pembelaannya ini, secara tersamar Yakub mengakui acanya campur tangan Allah membela dan memelihara dirinya. 
Ketidakadilan yang harus Yakub (kita) tanggung, perlu disikapi dalam keyakinan bahwa Allah tidak absen (ada -- hayah) dan melihat (ra-ah), bersama dan membela demi keberlanjutan karya-Nya di dalam kita.

Sabtu, 14 Oktober 2017

Mengakui Keterlibatan Tuhan

Kedengaranlah kepada Yakub anak-anak Laban berkata demikian: "Yakub telah mengambil segala harta milik ayah kita dan dari harta itulah ia membangun segala kekayaannya." Lagi kelihatan kepada Yakub dari muka Laban, bahwa Laban tidak lagi seperti yang sudah-sudah kepadanya. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Yakub: "Pulanglah ke negeri nenek moyangmu dan kepada kaummu, dan Aku akan menyertai engkau." Sesudah itu Yakub menyuruh memanggil Rahel dan Lea untuk datang ke padang, ke tempat kambing dombanya, lalu ia berkata kepada mereka: "Telah kulihat dari muka ayahmu, bahwa ia tidak lagi seperti yang sudah-sudah kepadaku, tetapi Allah ayahku menyertai aku. Juga kamu sendiri tahu, bahwa aku telah bekerja sekuat-kuatku pada ayahmu. Tetapi ayahmu telah berlaku curang kepadaku dan telah sepuluh kali mengubah upahku, tetapi Allah tidak membiarkan dia berbuat jahat kepadaku. Apabila ia berkata: yang berbintik-bintiklah akan menjadi upahmu, maka segala kambing domba itu beroleh anak yang berbintik-bintik; dan apabila ia berkata: yang bercoreng-corenglah akan menjadi upahmu, maka segala kambing domba itu beroleh anak yang bercoreng-coreng. Demikianlah Allah mengambil ternak ayahmu dan memberikannya kepadaku. Pada suatu kali pada masa kambing domba itu suka berkelamin, maka aku bermimpi dan melihat, bahwa jantan-jantan yang menjantani kambing domba itu bercoreng-coreng, berbintik-bintik dan berbelang-belang. Dan Malaikat Allah berfirman kepadaku dalam mimpi itu: Yakub! Jawabku: Ya Tuhan! Lalu Ia berfirman: Angkatlah mukamu dan lihatlah, bahwa segala jantan yang menjantani kambing domba itu bercoreng-coreng, berbintik-bintik dan berbelang-belang, sebab telah Kulihat semua yang dilakukan oleh Laban itu kepadamu. Akulah Allah yang di Betel itu, di mana engkau mengurapi tugu, dan di mana engkau bernazar kepada-Ku; maka sekarang, bersiaplah engkau, pergilah dari negeri ini dan pulanglah ke negeri sanak saudaramu." Lalu Rahel dan Lea menjawab Yakub, katanya: "Bukankah tidak ada lagi bagian atau warisan kami dalam rumah ayah kami? Bukankah kami ini dianggapnya sebagai orang asing, karena ia telah menjual kami? Juga bagian kami telah dihabiskannya sama sekali. Tetapi segala kekayaan, yang telah diambil Allah dari ayah kami, adalah milik kami dan anak-anak kami; maka sekarang, perbuatlah segala yang difirmankan Allah kepadamu." Lalu bersiaplah Yakub, dinaikkannya anak-anaknya dan isteri-isterinya ke atas unta, digiringnya seluruh ternaknya dan segala apa yang telah diperolehnya, yakni ternak kepunyaannya, yang telah diperolehnya di Padan-Aram, dengan maksud pergi kepada Ishak, ayahnya, ke tanah Kanaan. Adapun Laban telah pergi menggunting bulu domba-dombanya. Ketika itulah Rahel mencuri terafim ayahnya. Dan Yakub mengakali Laban, orang Aram itu, dengan tidak memberitahukan kepadanya, bahwa ia mau lari. Demikianlah ia lari dengan segala harta miliknya. Ia berangkat, menyeberangi sungai Efrat dan berjalan menuju pegunungan Gilead. -- Kejadian 31:1-21

Jika kita Yakub, empat belas tahun masa sulit, kerja keras tanpa upah, akan berpikir bagaimana tentang Allah? Percayakah bahwa segala yang terjadi di masa itu pun penyertaan Allah? Masihkah kita akan menilai panggilan-Nya dengan positif?
Setelah empat belas tahun masa Yakub menjadi pekerja keras berintegritas, barulah dibukakan bahwa selama itu Allah sendiri terus menerus menyertai dia. Keberuntungan Laban pun sebenarnya adalah bukti penyertaan dan berkat Allah pada Yakub. Penyertaan dan berkat Allah paling berharga adalah berbagai pelajaran yang Yakub terima yang memroses karakter dan tindak tanduknya. Sungguh penyertaan dan berkat terbesar yang Allah karuniakan kepada umatNya adalah ketika Ia memecah, memahat, mengukir, menggosok kita, dari batu-batu rongsokan menjadi batu-batu berharga yang mulia.
Ada saat Allah menyertai dan bekerja diam-diam seperti yang Yakub alami empat belas tahun itu. Ada juga saat Allah membuat penyertaan-Nya yang sama itu menjadi sangat nyata. Yaitu, ketika Ia sepuluh kali mementahkan upaya Laban untuk tidak berbagi anak ternak kepada Yakub. Jelas bahwa “trik” janggal yang terpikir oleh Yakub sesungguhnya adalah campur tangan Tuhan. Di bolak-balik bagaimana pun oleh Laban, tetap saja berkat Allah jatuh ke Yakub. Dari kejadian ini terlihat kontrasnya orang duniawi yang terbelenggu harta, dari orang yang mengandalkan Tuhan.
Puncak episode ini, Allah berfirman, menjelaskan apa yang telah Ia lakukan kepada Yakub; mengokohkan panggilan dan berkat-Nya kepada Yakub sebagai penerus kakek dan ayahnya. Sangat mengharukan ketika Allah menegaskan bahwa Ia adalah Allah yang menyatakan diri kepada Yakub di Betel. Saat itu, Yakub belum membuat pengakuan bahwa Allah kakek dan ayahnya, adalah juga Allahnya pribadi. Betapa sabar Allah kepada Yakub. Empat belas tahun Ia mengikuti Yakub terus membentuk, memberkati, namun sampai detik genting ini pun belum juga keluar pengakuan Yakub bahwa Ia adalah Allahnya pribadi. 
Berkat dalam segala bentuknya pada hakikatnya adalah relasi bukan sekadar berkat moral atau materiil. Allah mengejar Yakub dan menunggu terus sampai pengakuan itu lahir, sampai relasi itu disadari dan diakui sedang terjalin!

Jumat, 13 Oktober 2017

Berubah dan Bertumbuh

Setelah Rahel melahirkan Yusuf, berkatalah Yakub kepada Laban: "Izinkanlah aku pergi, supaya aku pulang ke tempat kelahiranku dan ke negeriku. Berikanlah isteri-isteriku dan anak-anakku, yang menjadi upahku selama aku bekerja padamu, supaya aku pulang, sebab engkau tahu, betapa keras aku bekerja padamu." Tetapi Laban berkata kepadanya: "Sekiranya aku mendapat kasihmu! Telah nyata kepadaku, bahwa TUHAN memberkati aku karena engkau." Lagi katanya: "Tentukanlah upahmu yang harus kubayar, maka aku akan memberikannya." Sahut Yakub kepadanya: "Engkau sendiri tahu, bagaimana aku bekerja padamu, dan bagaimana keadaan ternakmu dalam penjagaanku, sebab harta milikmu tidak begitu banyak sebelum aku datang, tetapi sekarang telah berkembang dengan sangat, dan TUHAN telah memberkati engkau sejak aku berada di sini; jadi, bilakah dapat aku bekerja untuk rumah tanggaku sendiri?" Kata Laban: "Apakah yang harus kuberikan kepadamu?" Jawab Yakub: "Tidak usah kauberikan apa-apa kepadaku; aku mau lagi menggembalakan kambing dombamu dan menjaganya, asal engkau mengizinkan hal ini kepadaku: Hari ini aku akan lewat dari tengah-tengah segala kambing dombamu dan akan mengasingkan dari situ setiap binatang yang berbintik-bintik dan berbelang-belang; segala domba yang hitam dan segala kambing yang berbelang-belang dan berbintik-bintik, itulah upahku. Dan kejujuranku akan terbukti di kemudian hari, apabila engkau datang memeriksa upahku: Segala yang tidak berbintik-bintik atau berbelang-belang di antara kambing-kambing dan yang tidak hitam di antara domba-domba, anggaplah itu tercuri olehku." Kemudian kata Laban: "Baik, jadilah seperti perkataanmu itu." Lalu diasingkannyalah pada hari itu kambing-kambing jantan yang bercoreng-coreng dan berbelang-belang dan segala kambing yang berbintik-bintik dan berbelang-belang, segala yang ada warna putih pada badannya, serta segala yang hitam di antara domba-domba, dan diserahkannyalah semuanya itu kepada anak-anaknya untuk dijaga. Kemudian Laban menentukan jarak tiga hari perjalanan jauhnya antara dia dan Yakub, maka tetaplah Yakub menggembalakan kambing domba yang tinggal itu. Lalu Yakub mengambil dahan hijau dari pohon hawar, pohon badam dan pohon berangan, dikupasnyalah dahan-dahan itu sehingga berbelang-belang, sampai yang putihnya kelihatan. Ia meletakkan dahan-dahan yang dikupasnya itu dalam palungan, dalam tempat minum, ke mana kambing domba itu datang minum, sehingga tepat di depan kambing domba itu. Adapun kambing domba itu suka berkelamin pada waktu datang minum. Jika kambing domba itu berkelamin dekat dahan-dahan itu, maka anaknya bercoreng-coreng, berbintik-bintik dan berbelang-belang. Kemudian Yakub memisahkan domba-domba itu, dihadapkannya kepala-kepala kambing domba itu kepada yang bercoreng-coreng dan kepada segala yang hitam di antara kambing domba Laban. Demikianlah ia beroleh kumpulan-kumpulan hewan baginya sendiri, dan tidak ditempatkannya pada kambing domba Laban. Dan setiap kali, apabila berkelamin kambing domba yang kuat, maka Yakub meletakkan dahan-dahan itu ke dalam palungan di depan mata kambing domba itu, supaya berkelamin dekat dahan-dahan itu. Tetapi apabila datang kambing domba yang lemah, ia tidak meletakkan dahan-dahan itu ke dalamnya. Jadi hewan yang lemah untuk Laban dan yang kuat untuk Yakub. Maka sangatlah bertambah-tambah harta Yakub, dan ia mempunyai banyak kambing domba, budak perempuan dan laki-laki, unta dan keledai. -- Kejadian 30:25-43

Hidup Yakub berat, tetapi melalui itu ia diubah. Dari pribadi yang menggunakan tipu daya untuk mendapatkan keinginan ia menjadi pekerja keras yang rela berkorban. Empat belas tahun bekerja mati-matian tanpa upah karena ia telah berjanji untuk mengabdi demi mendapatkan istrinya. Selama itu ia telah berhasil memperkaya Laban. Entah sudah berapa puluh atau berapa ratus kali lipat jumlah ternak Laban berkembang selama empat belas tahun itu. Tidak ada catatan bahwa Yakub mengeluh, atau tergoda untuk mengganggu pertambahan ternak-ternak Laban. Empat belas tahun diceritakan seolah sekejap dan tanpa ada aksi negatif pada Yakub. Pengabdian yang berat dan tidak adil, ditanggungnya dengan tekun karena memenuhi janji.
Di akhir masa pengabdian itu, Yakub memohon pergi ke tanah asalnya. Banyak orang yang sesudah beberapa tahun pergi ke perantauan lupa tanah asal leluhurnya. Apalagi bila alasannya merantau adalah untuk menghindari kemalangan atau ada sesuatu yang ia takuti seperti kasus Yakub ini. Atau, apabila di perantauan ia telah mendapatkan peruntungan dan masa depan membuka menjanjikan. Namun Yakub tidak demikian. Tanah kelahirannya adalah tanah yang Allah janjikan. Janji Allah yang telah diwarisinya, tidak menjadi pupus selama masa yang lama itu. Bukan saja karakternya mengalami pemurnian, panggilan ilahi itu pun semakin mengakar. Ini mendorong ia kembali ke sasaran yang telah Allah tetapkan untuknya.
Yakub kini mengupayakan kemandiriannya dari Laban dan perolehan ternak dengan cara yang benar -- memohon dan bernegosiasi. Permintaan Yakub seumpama orang mempertaruhkan nasib pada kebetulan. Apakah batang-batang kayu dengan banyak spot terkupas yang ia taruh di tempat minum ternak di masa mereka kawin menyebabkan ternak melahirkan anak-anak berbintik-bintik? Permintaannya bukan nasib-nasiban. “Trik” yang ia buat pun bukan tindakan magis atau tipuan. Jawabnya hanya satu, ia meminta sesuatu yang dipasrahkannya penuh pada penyelenggaraan ilahi. 
Allah yang sumber berkat dan yang mempunyai rencana besar, memakai tindakan dari common sense atau kepercayaan tradisional itu menjadi kenyataan.

Kamis, 12 Oktober 2017

Harap tidak Sia-sia

Lalu ingatlah Allah akan Rahel; Allah mendengarkan permohonannya serta membuka kandungannya. Maka mengandunglah Rahel dan melahirkan seorang anak laki-laki. Berkatalah ia: "Allah telah menghapuskan aibku." Maka ia menamai anak itu Yusuf, sambil berkata: "Mudah-mudahan TUHAN menambah seorang anak laki-laki lagi bagiku." -- Kejadian 30:22-24

Apabila empat anak pertama Yakub dari Lea berlangsung dalam empat tahun dan masing-masing dua anak dari dua pembantu Rahel dan Lea terjadi dalam waktu beririsan sekitar dua-tiga tahun serta anak kelima Lea terjadi berikutnya, maka dapat diasumsikan sekitar tujuh tahun Rahel harus sengsara dan sadar penuh bahwa kapasitas jasmaninya tidak dapat diandalkan. Bahkan suplemen buah kesuburan yang didapatnya dari Lea dengan barter hubungan seksnya dengan Yakub pun ternyata tidak membuahkan hasil. Tujuh tahun sengsara, aib, berupaya dengan berbagai cara ini membuat ia akhirnya menaruh harapan terakhir dan tertinggi kepada Allah -- panggilan untuk sang sesembahan universal, Pencipta langit dan bumi. Dan yang dipanggil, diandalkan, diharapkan itu bukan Allah yang jauh tidak peduli tetapi TUHAN Perjanjian -- diri-Nya sendiri sumber bagi diri-Nya dan energi hidup-Nya sekaligus sumber bagi segala yang ada dan yang menopang keberlanjutan -- ternyata Ia ingat akan Rahel, penderitaan dan doa harapannya. Ketika Allah memberdayakan kapasitas jasmani Rahel, kandungan itu menjadi hidup sebagaimana mestinya, Rahel mengandung dan Yusuf lahir. Penamaan Yusuf -- artinya, Ia akan menambahkan -- menunjukkan bertambahnya juga pengharapan Rahel. Kelak dalam kehidupan Yusuf kita juga menyaksikan bagaimana kesengsaraan dalam harap dan iman yang bertumbuh menambah-tumbuhkan karakter orang dan kapasitas dirinya ke tingkat kemuliaan sepadan.

Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. -- Roma 5:2-5

Rabu, 11 Oktober 2017

Berkat dan Keluarga Disfungsi

Ketika TUHAN melihat, bahwa Lea tidak dicintai, dibuka-Nyalah kandungannya, tetapi Rahel mandul. Lea mengandung, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Ruben, sebab katanya: "Sesungguhnya TUHAN telah memperhatikan kesengsaraanku; sekarang tentulah aku akan dicintai oleh suamiku." Mengandung pulalah ia, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, maka ia berkata: "Sesungguhnya, TUHAN telah mendengar, bahwa aku tidak dicintai, lalu diberikan-Nya pula anak ini kepadaku." Maka ia menamai anak itu Simeon. Mengandung pulalah ia, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, maka ia berkata: "Sekali ini suamiku akan lebih erat kepadaku, karena aku telah melahirkan tiga anak laki-laki baginya." Itulah sebabnya ia menamai anak itu Lewi. Mengandung pulalah ia, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, maka ia berkata: "Sekali ini aku akan bersyukur kepada TUHAN." Itulah sebabnya ia menamai anak itu Yehuda. Sesudah itu ia tidak melahirkan lagi. Ketika dilihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi Yakub, cemburulah ia kepada kakaknya itu, lalu berkata kepada Yakub: "Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak, aku akan mati." Maka bangkitlah amarah Yakub terhadap Rahel dan ia berkata: "Akukah pengganti Allah, yang telah menghalangi engkau mengandung?" Kata Rahel: "Ini Bilha, budakku perempuan, hampirilah dia, supaya ia melahirkan anak di pangkuanku, dan supaya oleh dia akupun mempunyai keturunan." Maka diberikannyalah Bilha, budaknya itu, kepada Yakub menjadi isterinya dan Yakub menghampiri budak itu. Bilha mengandung, lalu melahirkan seorang anak laki-laki bagi Yakub. Berkatalah Rahel: "Allah telah memberikan keadilan kepadaku, juga telah didengarkan-Nya permohonanku dan diberikan-Nya kepadaku seorang anak laki-laki." Itulah sebabnya ia menamai anak itu Dan. Mengandung pulalah Bilha, budak perempuan Rahel, lalu melahirkan anak laki-laki yang kedua bagi Yakub. Berkatalah Rahel: "Aku telah sangat hebat bergulat dengan kakakku, dan akupun menang." Maka ia menamai anak itu Naftali. Ketika dilihat Lea, bahwa ia tidak melahirkan lagi, diambilnyalah Zilpa, budaknya perempuan, dan diberikannya kepada Yakub menjadi isterinya. Dan Zilpa, budak perempuan Lea, melahirkan seorang anak laki-laki bagi Yakub. Berkatalah Lea: "Mujur telah datang." Maka ia menamai anak itu Gad. Dan Zilpa, budak perempuan Lea, melahirkan anak laki-laki yang kedua bagi Yakub. Berkatalah Lea: "Aku ini berbahagia! Tentulah perempuan-perempuan akan menyebutkan aku berbahagia." Maka ia menamai anak itu Asyer. Ketika Ruben pada musim menuai gandum pergi berjalan-jalan, didapatinyalah di padang buah dudaim, lalu dibawanya kepada Lea, ibunya. Kata Rahel kepada Lea: "Berilah aku beberapa buah dudaim yang didapat oleh anakmu itu." Jawab Lea kepadanya: "Apakah belum cukup bagimu mengambil suamiku? Sekarang pula mau mengambil lagi buah dudaim anakku?" Kata Rahel: "Kalau begitu biarlah ia tidur dengan engkau pada malam ini sebagai ganti buah dudaim anakmu itu." Ketika Yakub pada waktu petang datang dari padang, pergilah Lea mendapatkannya, sambil berkata: "Engkau harus singgah kepadaku malam ini, sebab memang engkau telah kusewa dengan buah dudaim anakku." Sebab itu tidurlah Yakub dengan Lea pada malam itu. Lalu Allah mendengarkan permohonan Lea. Lea mengandung dan melahirkan anak laki-laki yang kelima bagi Yakub. Lalu kata Lea: "Allah telah memberi upahku, karena aku telah memberi budakku perempuan kepada suamiku." Maka ia menamai anak itu Isakhar. Kemudian Lea mengandung pula dan melahirkan anak laki-laki yang keenam bagi Yakub. Berkatalah Lea: "Allah telah memberikan hadiah yang indah kepadaku; sekali ini suamiku akan tinggal bersama-sama dengan aku, karena aku telah melahirkan enam orang anak laki-laki baginya." Maka ia menamai anak itu Zebulon. Sesudah itu ia melahirkan seorang anak perempuan dan menamai anak itu Dina. Lalu ingatlah Allah akan Rahel; Allah mendengarkan permohonannya serta membuka kandungannya. Maka mengandunglah Rahel dan melahirkan seorang anak laki-laki. Berkatalah ia: "Allah telah menghapuskan aibku." Maka ia menamai anak itu Yusuf, sambil berkata: "Mudah-mudahan TUHAN menambah seorang anak laki-laki lagi bagiku." -- Kejadian 29:31-30:24



Sekilas membaca nas ini langsung akal sehat kita dapat menyimpulkan betapa karut-marutnya pernikahan bigami bahkan kuartogami Yakub! Cemburu, perebutan kesempatan berhubungan seks, pembantu diperalat untuk mendapatkan keturunan, barter hubungan seks dengan buah penyubur -- itulah fakta buruk kehidupan pernikahan Yakub. Berlebihankah jika dikatakan bahwa kondisi buruk ini juga semacam hajaran lain dari Tuhan untuk Yakub? Di dalam keluarga disfungsi ini pasti juga terlibat berbagai trik tipu antara Rahel dan Lea yang juga melibatkan Bilha dan Zilpa. Dan kelak terjadi lagi keturunan mereka menipu Yakub tentang Yusuf. Penipu harus menelan pil pahit tipuan orang lain terhadapnya. 
Penting untuk kita meneliti bagaimana sikap dan tindakan TUHAN dalam drama rumah tangga Yakub ini. Perhatikan bagaimana TUHAN lebih dulu memberkati kandungan Lea yang tidak dicintai Yakub karena tidak wajah dan sorot matanya yang tidak berseri. Bahkan dari Lea inilah keluar dua orang yang akan sangat berperan dalam pewujudan janji keselamatan TUHAN yaitu Lewi dan Yehuda. Keimamatan Lewi dan Yehuda yang kelak darinya lahir sang singa Yehuda Juruselamat dunia ternyata adalah benih Yakub dan Lea pihak yang kurang dikasihi, yang menderita. 
Perhatikan juga bahwa TUHAN yang memihak orang yang ditindas juga menghasilkan orang yang sungguh mengakui keutamaan TUHAN dalam kehidupannya. Pengakuan: "TUHAN memerhatikan... TUHAN mendengar... dan aku akan bersyukur kepada TUHAN" ke luar dari mulut Lea. Simak bahwa hanya di perikop menyangkut Lea ini penyebutan TUHAN -- nama perjanjian -- dicatat, sedangkan di nas menyangkut Rahel hanya sebutan umum "Allah" -- pencipta langit dan bumi -- yang dicatat. Yakub boleh memiliki apresiasi rohani menginginkan berkat kesulungan tetapi menilai dan melihat hati Lea ia belum sanggup sebab tersamarkan oleh kecantikan lahiriah Rahel semata. 
Sungguh sarat pelajaran yang dapat kita timba dari nas ini. Kiranya Roh Kudus memberi kita hikmat dan kuat untuk menghindari yang kurang baik dan mengembangkan yang baik-baik dalam kehidupan kita. Amin.

Selasa, 10 Oktober 2017

Hajaran TUHAN

Laban mempunyai dua anak perempuan; yang lebih tua namanya Lea dan yang lebih muda namanya Rahel. Lea tidak berseri matanya, tetapi Rahel itu elok sikapnya dan cantik parasnya. Yakub cinta kepada Rahel, sebab itu ia berkata: "Aku mau bekerja padamu tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel, anakmu yang lebih muda itu." Sahut Laban: "Lebih baiklah ia kuberikan kepadamu dari pada kepada orang lain; maka tinggallah padaku." Jadi bekerjalah Yakub tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel itu, tetapi yang tujuh tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel. Sesudah itu berkatalah Yakub kepada Laban: "Berikanlah kepadaku bakal isteriku itu, sebab jangka waktuku telah genap, supaya aku akan kawin dengan dia." Lalu Laban mengundang semua orang di tempat itu, dan mengadakan perjamuan. Tetapi pada waktu malam diambilnyalah Lea, anaknya, lalu dibawanya kepada Yakub. Maka Yakubpun menghampiri dia. Lagipula Laban memberikan Zilpa, budaknya perempuan, kepada Lea, anaknya itu, menjadi budaknya. Tetapi pada waktu pagi tampaklah bahwa itu Lea! Lalu berkatalah Yakub kepada Laban: "Apakah yang kauperbuat terhadap aku ini? Bukankah untuk mendapat Rahel aku bekerja padamu? Mengapa engkau menipu aku?" Jawab Laban: "Tidak biasa orang berbuat demikian di tempat kami ini, mengawinkan adiknya lebih dahulu dari pada kakaknya. Genapilah dahulu tujuh hari perkawinanmu dengan anakku ini; kemudian anakku yang lainpun akan diberikan kepadamu sebagai upah, asal engkau bekerja pula padaku tujuh tahun lagi." Maka Yakub berbuat demikian; ia menggenapi ketujuh hari perkawinannya dengan Lea, kemudian Laban memberikan kepadanya Rahel, anaknya itu, menjadi isterinya. Lagipula Laban memberikan Bilha, budaknya perempuan, kepada Rahel, anaknya itu, menjadi budaknya. Yakub menghampiri Rahel juga, malah ia lebih cinta kepada Rahel dari pada kepada Lea. Demikianlah ia bekerja pula pada Laban tujuh tahun lagi. -- Kejadian 29:16:30

Yakub bukan hanya menjalani hasrat dan pertimbangannya sendiri, ia juga sedang diproses oleh TUHAN. Ia melarikan diri dari Esau tetapi ia justru dikejar-dihadang dan dijumpai TUHAN ketika tiba di Betel. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Yakub khususnya sejak peristiwa perjumpaan di Betel itu tepat dilihat dalam perspektif operasi anugerah mewujudkan rencana TUHAN dalam kehidupan seorang yang di dalamnya bercampur baik dan buruk, rohani dan bumiah, menghargai berkat ilahi tetapi bercampur dengan tipu daya. Kendati penipuan yang ia lakukan tidak ditegur secara terus terang dalam Alkitab, kini kita melihat bahwa anugerah memroses dia. Di satu pihak kekuatan anugerah TUHAN membuat ia secara luar biasa dapat melakukan hal-hal yang berat dan lama dalam catatan yang singkat saja: satu ayat untuk perjalanan jauh dari Bersyeba ke Betel, masing-masing 1 ayat juga untuk dua tahap 7 tahun kerjanya demi mendapatkan Lea dan kemudian Rahel (ay. 20, 28). Ini bukan pencapaian karena kuat cintanya kepada Rahel. Pimpinan, penguatan, berkat dari TUHAN membuat semua perjuangan berat ini tertanggungkan. Di pihak lain anugerah TUHAN tidak membiarkan begitu saja Yakub tumbuh dalam rencana TUHAN sambil bercampur dengan berbagai sifat buruk yang mengakar dalam dirinya. Bukan dengan teguran TUHAN mengubahkan Yakub, tetapi dengan membawa Yakub memasuki pengalaman-pengalaman yang bersifat hajaran dan pembalasan. Ia beroleh berkat dengan menipu, kini ia hidup di bawah perlindungan penipu ulung yang menyebabkan Yakub terlibat dalam kerja bakti karena hasratnya ingin memperistri Rahel. 
Berkat pelajaran yang kita dapat melalui pelajaran Yakub: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:5-6)

Sabtu, 07 Oktober 2017

Menjauh dari Sasaran?

Kemudian berangkatlah Yakub dari situ dan pergi ke negeri Bani Timur. Ketika ia memandang sekelilingnya, dilihatnya ada sebuah sumur di padang, dan ada tiga kumpulan kambing domba berbaring di dekatnya, sebab dari sumur itulah orang memberi minum kumpulan-kumpulan kambing domba itu. Adapun batu penutup sumur itu besar; dan apabila segala kumpulan kambing domba itu digiring berkumpul ke sana, maka gembala-gembala menggulingkan batu itu dari mulut sumur, lalu kambing domba itu diberi minum; kemudian dikembalikanlah batu itu lagi ke mulut sumur itu. Bertanyalah Yakub kepada mereka: "Saudara-saudara, dari manakah kamu ini?" Jawab mereka: "Kami ini dari Haran." Lagi katanya kepada mereka: "Kenalkah kamu Laban, cucu Nahor?" Jawab mereka: "Kami kenal." Selanjutnya katanya kepada mereka: "Selamatkah ia?" Jawab mereka: "Selamat! Tetapi lihat, itu datang anaknya perempuan, Rahel, dengan kambing dombanya." Lalu kata Yakub: "Hari masih siang, belum waktunya untuk mengumpulkan ternak; berilah minum kambing dombamu itu, kemudian pergilah menggembalakannya lagi." Tetapi jawab mereka: "Kami tidak dapat melakukan itu selama segala kumpulan binatang itu belum berkumpul; barulah batu itu digulingkan dari mulut sumur dan kami memberi minum kambing domba kami." Selagi ia berkata-kata dengan mereka, datanglah Rahel dengan kambing domba ayahnya, sebab dialah yang menggembalakannya. Ketika Yakub melihat Rahel, anak Laban saudara ibunya, serta kambing domba Laban, ia datang mendekat, lalu menggulingkan batu itu dari mulut sumur, dan memberi minum kambing domba itu. Kemudian Yakub mencium Rahel serta menangis dengan suara keras. Lalu Yakub menceritakan kepada Rahel, bahwa ia sanak saudara ayah Rahel, dan anak Ribka. Maka berlarilah Rahel menceritakannya kepada ayahnya. Segera sesudah Laban mendengar kabar tentang Yakub, anak saudaranya itu, berlarilah ia menyongsong dia, lalu mendekap dan mencium dia, kemudian membawanya ke rumahnya. Maka Yakub menceritakan segala hal ihwalnya kepada Laban. Kata Laban kepadanya: "Sesungguhnya engkau sedarah sedaging dengan aku (harfiah: tulangku dan dagingku) ." Maka tinggallah Yakub padanya genap sebulan lamanya. -- Kejadian 29:1-14

Yakub melarikan diri dari Besyeba ke Betel kini tiba di Haran tempat asal kerabat ayah dan kakeknya. Apabila kita melihat ke peta perjalanan para bapak leluhur Israel, kita tahu bahwa letak Ur, tempat asal Abraham adalah sekitar 1000 km sebelah selatan-tenggara Haran, sedangkan Haran terletak sekitar 700 km lebih di utara-timurlaut Bersyeba. Bersyeba-Betel sekitar 90 km jauhnya. Kita tahu bahwa Bersyeba dan Betel sudah sangat dekat dengan tanah yang dijanjikan Tuhan kepada Abraham, yaitu Kanaan. Kini dalam pelariannya dari Esau, akibat caranya merebut hak / berkat kesulungan dengan tipuan, Yakub harus menjauh lagi dari tujuan pencapaian yaitu tanah perjanjian. Jarak sekita 80 km dari Bersyeba ke Betel ditempuhnya dalam sehari. Apabila kita andaikan kecepatan dan daya tahannya berjalan menuju ke Haran menurun, mungkin ia tiba di Haran dalam waktu sekitar dua minggu. Sesudah menempuh perjalanan berat dan melelahkan itu, ia mendapatkan sumur bertutup batu yang hanya dibuka sesudah komunitas penggembala berkumpul semua dan memberi minum semua kawanan ternak mereka secara bergiliran. Begitu Rahel anak Laban tiba, Yakub langsung mencium, menceritakan dirinya sambil menangis.  Mendengar cerita Rahel tentang pertemuannya dengan Yakub, Laban berlari menyongsong dan mengakui Yakub dengan ungkapan yang mengulang ungkapan Adam tentang Hawa: "tulangku dan dagingku," menegaskan keterhisaban dan kemilikan yang sangat kental.

Perjalanan menuju dan memasuki tanah perjanjian dari TUHAN ternyata tidak berlangsung cepat, lurus, mulus tetapi berlika-liku bahkan maju mundur dan maju lagi. TUHAN tidak bekerja dalam cara yang menjadikan manusia robot, melainkan dalam cara yang rumit namun indah dalam interaksi nyata dengan sikap dan tindakan manusia dalam segala kelemahan, kerentanan, dan kegagalannya. Jika kita kini serasa menyimpang atau menjauh dari sasaran ilahi, jangan berhenti dalam kecewa dan putus asa. Terus saja pegang janji-janji dan target ilahi itu menjadi magnet dan pemberdaya langkah kita berikutnya.