Sabtu, 29 April 2017

Yesus tidak gagal

Ketika Yesus, Petrus, Yakobus dan Yohanes kembali pada murid-murid lain, mereka melihat orang banyak mengerumuni murid-murid itu, dan beberapa ahli Taurat sedang mempersoalkan sesuatu dengan mereka. Pada waktu orang banyak itu melihat Yesus, tercenganglah mereka semua dan bergegas menyambut Dia. Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?" Kata seorang dari orang banyak itu: "Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia. Dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat." Maka kata Yesus kepada mereka: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!" Lalu mereka membawanya kepada-Nya. Waktu roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa. Lalu Yesus bertanya kepada ayah anak itu: "Sudah berapa lama ia mengalami ini?" Jawabnya: "Sejak masa kecilnya. Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami." Jawab Yesus: "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" Segera ayah anak itu berteriak: "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!" Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegor roh jahat itu dengan keras, kata-Nya: "Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!" Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncang anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya seperti orang mati, sehingga banyak orang yang berkata: "Ia sudah mati." Tetapi Yesus memegang tangan anak itu 
dan membangunkannya, lalu ia bangkit sendiri. -- Markus 9:14-27

Beberapa pokok penting untuk merenungkan nas ini:
1. Nas ini adalah perbuatan ajaib terakhir yang dicatat Markus di bagian 1 injilnya -- pasal 1-9 yang penuh perbuatan ajaib yang memberi pembebasan dan pemulihan; sesudah ini -- pasal 10-16 -- adalah bagian 2 berisi banyak pengajaran Yesus di 6 bulan terakhir pelayanan-Nya. Tindakan-Nya membuat pohon ara tidak berbuah menjadi kering (psl 11) adalah tindakan ajaib simbolis tentang ancaman hukuman Tuhan terhadap Bait Allah dan Israel. Maka sebagai kunci dari rangkaian perbuatan ajaib-Nya, banyak pelajaran penting dapat kita petik dari nas ini.
2. Banyak pembaca dari perspektif medis modern menggolongkan anak itu menderita epilepsi dan mengatakan bahwa karena Yesus dan Markus serta orang zaman dulu belum semaju sekarang, maka penyakit anak itu dianggap sebagai epilepsi. Jangan kita lupa bahwa teks Alkitab tidak menyebut penyakit semua penyakit disebabkan oleh roh jahat. Meski pengetahuan dan teknologi medis mereka tidak secanggih zaman ini, bukan berarti mereka tidak dapat membedakan mana penyakit yang "alami" dan mana yang disebabkan oleh sesuatu yang tidak "alami." Jangan kita lupa juga bahwa pihak yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan medis canggih masih tetap mengakui ada hal-hal yang di luar penjelasan dan penanganan medis tercanggih. Teks ini menegaskan bahwa gejala seperti epilepsi ini disebabkan oleh serangan roh jahat.
3. Tuhan menegur ketiadaan iman generasi tersebut. Tidak jelas mengenai siapa teguran itu bicara. Ada beberapa kelompok orang waktu itu: ayah si anak yang kemudian jelas mengakui ia tidak beriman dan minta diberikan iman, para murid yang gagal, kerumunan orang banyak, dan para ahli Taurat. Titik api tertajam dari teguran itu bisa disimpulkan adalah pada para murid yang gagal mengusir roh jahat dari anak itu. Ucapan ayah si anak beda dari ucapan si kusta. Si kusta berkata "Jika Engkau mau, Engkau dapat." Si ayah berkata, "Jika Engkau dapat, tolonglah." Ada keraguan pada kalimat ini, dan mungkin keraguan karena ketiadaan imannya kepada Yesus diperkuat oleh kegagalan para murid menyembuhkan anaknya. Suatu peringatan untuk semua pengikut Yesus dan pelayan Yesus! Kegagalan kita dalam mempraktikkan layanan iman berakibat pada skeptisisme dunia tentang Yesus.
4. Tiga kali Markus mencatat manifestasi roh jahat pada anak itu. Ketika ayahnya memaparkan gejala serangan itu, ketika roh itu melihat Yesus, dan ketika Yesus memerintahkan roh itu keluar. Ketika roh jahat itu harus tunduk kepada perintah Yesus, ia mengerahkan kekuatan jahat dan merusaknya terakhir sejadi-jadinya. Perlawanan kejahatan paling hebat memanifestasi di saat terakhir menjelang kekalahannya. Sayangnya, banyak pengikut Yesus justru mundur kewalahan oleh penampakan mengecoh ini.
5. Ada dua hal catatan Markus tentang apa yang Yesus buat. Pertama penegasan kata: "AKU memerintahkan engkau," Ini menegaskan kuasa dan otoritas-Nya, kehendak-Nya menegakkan kuasa Kerajaan mengusir kuasa lain yang tidak berhak atas manusia. Ia juga menambahkan kata "jangan memasukinya lagi" menegaskan pengubahan, pembebasan, pemulihan yang Ia bawa bersifat tuntas karena kemenangan-Nya tuntas adanya. 

O Tuhan, kasihani kami yang lemah iman, gagal menjadi pengikut dan pelayan-Mu yang sepadan kuat-kuasa Injil Kerajaan-Mu. Baruilah kami, layakkan kami, bekalilah kami kembali menjadi pengikut dan pelayan-Mu yang setia. Amin.

Jumat, 28 April 2017

Transfigurasi / Metamorfoo

Silakan baca dan renungkan Markus 8:27-9:13
Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." (Markus 9:2-7)

Waktu membaca Alkitab perlu selalu kita ingat bahwa pembagian pasal dan ayat tidak datang dari penulis Alkitab sendiri. Jika kita terlalu terpaku pada angka-angka pasal dan ayat, apalagi dengan dipengaruhi ketergesaan orang modern yang cenderung hanya ingin ayat-ayat pendek-janji-berkat, kita akan kehilangan banyak arti dan makna firman yang tertampung dalam rangkaian nas yang cukup panjang. Cobalah baca Markus 8:27-9:13 dan renungkan beberapa hal ini:
1. Bayangkan Petrus yang menolak bahwa Yesus harus menderita dan disalib, yang sesudah ditegur keras oleh Yesus ditegaskan ulang bahwa bukan saja Yesus harus menderita tetapi ia dan semua pengikut-Nya pun harus menyangkal diri dan memikul salib, lalu menyaksikan Yesus mengalami trans-figurasi bercakap-cakap dengan Musa dan Elia, berikutnya mengusulkan agar di puncak gunung itu dibuat kemah, lalu pemandangan itu lenyap dan bukan kemah tetapi awan yang menyelimuti mereka, berakhir dengan pesan Yesus agar mereka tidak menceritakan pengalaman itu sebelum kebangkitan-Nya. Apa proses pelajaran yang Petrus jalani dari sejak pra-salib, salib, pasca salib tentang jatidiri Yesus, tentang keharusan salib bagi Yesus dan bagi dirinya / misinya, tentang bagaimana tarik-menarik, isi-mengisi antara salib-kebangkitan, penderitaan-penghiburan, perendahan/penyangkalan diri-
pemuliaan?
2. "Berubah rupa" adalah terjemahan dari meta-morfoo yang kita kenal kemudian dengan istilah metamorfosa atau dalam kehidupan Kristen berarti pertobatan atau perubahan hidup. Sesungguhnya saat itu Yesus yang manusia untuk sesaat disingkapkan akan dimuliakan (atau oleh sementara aliran teologi sesat disebut diadopsi jadi anak Allah) atau kemuliaan Yesus sejati yang mengizinkan diri-Nya dibatasi oleh kemanusiaan-Nya untuk sesaat menampakkan diri? Bagaimana hubungan metamorfosa Yesus dengan metamorfosa kita -- Ia semasa hidup-Nya sebagai manusia mengizinkan kemanusiaan sejati-Nya menutupi kemuliaan ke-Allahan-Nya rela menjadi hamba bahkan sampai mati demi supaya kita manusia berdosa boleh diubahkan oleh Injil Kerajaan-Nya sampai mengalami pemuliaan demi pemuliaan? 
3. Tidak dikatakan bahwa Musa penerima/pemberi Taurat itu mengajari Yesus, atau Elia sang revivalist besar itu membangkitkan semangat Yesus, tetapi hanya dikatakan bahwa kedua mereka berbicara dengan Yesus. Dan yang mengalami penampakan mulia itu hanya Yesus dan pastinya kemuliaan-Nya yang memuliakan dua raksasa pelayan Allah itu. Jadi, apakah Yesus bayang-bayang dari Musa dan Elia, atau sebaliknya? 

O Tuhan Yesus, tolong aku dengar-dengaran Engkau, sungguh berfokus pada-Mu dan pada rencana-Mu yang mulia untuk dunia ini dan diriku, untuk percaya dan rela menempuh jalan salib-Mu supaya sungguh mengalami kuasa kebangkitan pengubah hidup yang penuh kuasa pemuliaan. Amin.

Kamis, 27 April 2017

Waspadai Ragi Farisi...

Lalu muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari pada-Nya suatu tanda dari sorga. Maka mengeluhlah Ia dalam hati-Nya dan berkata: "Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda." Ia meninggalkan mereka; Ia naik pula ke perahu dan bertolak ke seberang. Kemudian ternyata murid-murid Yesus lupa membawa roti, hanya sebuah saja yang ada pada mereka dalam perahu. Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: "Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes." -- Markus 8:11-15

Ragi dipakai oleh Yesus dalam dua pengertian. Pertama ragi menggambarkan sifat Kerajaan Allah yang seperti halnya biji sesawi yang kecil sanggup tumbuh menjadi besar, seperti terang dan garam, bersifat dinamis dan membawa pengaruh positif besar ke lingkungan dimana ia berada (Luk. 13:21). Dalam artian ini kita semua harus bersifat ragi yang dalam kuat-kuasa Kerajaan Allah membawa damai, keadilan, kebenaran, perubahan melalui perkataan dan kesaksian hidup kita. Tetapi Yesus kini memperingati para murid tentang bahaya ragi orang Farisi, Herodes dan Saduki (Matius 16:6). Yesus sampai menarik nafas dalam (masygul) menanggapi permintaan orang Farisi agar Ia membuat tanda dari surga. Kepada mereka Ia tidak akan memberi tanda sebab sesungguhnya berbagai tanda mukjizat telah Ia buat dan Ia sendiri sang Anak Allah yang menjadi sang Anak Manusia sejati yang kelak akan disalibkan adalah Tanda atas segala tanda. Tetapi sayangnya kemunafikan, tradisionalisme, keserakahan, ritualisme (Farisi dan ahli Taurat), rasionalisme (Saduki) dan immoralisme (Herodes) telah membutakan mereka dari melihat kemuliaan Allah dalam kesahajaan Yesus, kuat kuasa pembaruan Kerajaan di dalam ketidakberdayaan salib. Bukan saja dulu bahaya Farisi, Saduki, Herodes mengancam para pengikut Yesus, kini pun ragi mereka nampak jelas sangat mengancam praktik Kekristenan masa kini: ibadah pertunjukan yang kosong penghayatan dan hampa kuat-kuasa Injil dan Roh, penekanan pada kerohanian lahiriah tanpa pembaruan hati, tanpa manifestasi kuat-kuasa misi, keadilan, pembaruan hidup, pewartaan yang memangkas kebenaran firman demi untuk memuaskan keinginan pendengar demi agar pewartanya mendapatkan penerimaan publik dan keuntungan materiil, dlsb. Semua farisiisme, tradisionalisme, ritualisme, materialisme, rasionalisme, immoralisme kiranya dibongkar dan dihancurkan pengaruhnya oleh kuasa salib dan kebangkitan Yesus.

Rabu, 26 April 2017

Penyembuhan Kapasitas Komunikasi

Kemudian Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis. Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu. Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah! Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapapun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. Mereka takjub dan tercengang dan berkata: "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata." (Markus 7:31-37 baca juga 8:22-26)

Kisah-kisah penyembuhan yang Yesus lakukan perlu dilihat secara simultan sebagai 1) hal yang merupakan dampak pemulihan jasmani yang sungguh dialami oleh yang sakit dulu dan dapat diimani kembali oleh orang percaya masa kini, dan 2) di dalam peristiwa itu sendiri terkandung makna simbolis yang juga perlu diterima oleh orang percaya di segala zaman. Khususnya kisah penyembuhan orang tuli-bisu yang hanya Markus mencatatnya, bersama kisah penyembuhan dua tahap orang buta di Betsaida jelas dimaksudkan Markus sebagai mengandung makna simbolis untuk para murid-Nya dulu dan kini. Pertama, berita tentang Yesus jelas telah tersebar juga ke teritorial orang bukan Yahudi (kafir, yang dalam nubuat Yesaya disebut "tidak pernah melihat terang"). Injil Kerajaan tidak boleh hanya untuk kalangan sendiri, sesuai hakikat maksud dan dayanya, Injil Kerajaan tentang Yesus harus tersebar. Para pemercaya tidak boleh terkungkung dalam tradisi yang mati tetapi harus menjadi kerbat anggur yang baru bagi anggur baru Injil Kerajaan. Kedua, orang itu dikatakan tuli dan bisu (harfiah: lidahnya terikat). Ini merupakan penyakit yang menyerang indra komunikasi manusia. Maka penyembuhan orang ini berarti juga pemulihan kesanggupannya berinteraksi sosial, bahkan, juga pemulihan kesanggupan mengkomunikasikan batinnya dan berarti peningkatan kapasitas rohaninya. Maka, seperti dalam penyembuhan orang buta melambangkan proses pengenalan bertahap yang dibutuhkan para murid untuk sungguh mengenal jatidiri dan misi Yesus, kisah ini pun mengandung pesan betapa para murid sendiri juga membutuhkan penyembuhan kapasitas komunikasi sosial dan rohaninya. Kita semua perlu tahu siapa dan apa karya Yesus, bagaimana membagikan itu kepada orang lain, kapan harus diam dan kapan harus bicara, dst. Ketiga, penyembuhan itu melibatkan Yesus menyingkirkan orang itu dari orang banyak (postur relasi pribadi yang mendasari komunikasi); menusukkan jari-Nya ke telinga orang itu (gestur membukakan); meludahi jari-Nya dan mengoleskan ke lidah orang kelu itu (gestur melenturkan lidah kelu orang itu); menengadah sambil menghela nafas (memohon kepada Bapa sambil mengungkapkan belas kasihan-Nya kepada orang itu); lalu perintahdalam bahasa Aramaik: "Efata" -- terbukalah. Lalu orang itu sungguh sembuh telinga dan lidahnya, sanggup mendengar dan sanggup mengucap, berkomunikasi dengan baik. 

O Tuhan, Engkaulah sumber kesembuhan jasmani, dan pemulihan relasi sosial serta rohani; tolong kami para pengikut-Mu kini agar mengalami berbagai penyembuhan dan pemulihan dari-Mu supaya kami boleh berelasi benar dengan Bapa dan berkomunikasi benar pula dengan sesama, terutama dalam menyaksikan Injil Kerajaan-Mu. Amin. 

Selasa, 25 April 2017

Misi ke Sesama "Anjing"

Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan. Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar. -- Markus 7:23-30

Membeda-bedakan orang berdasarkan tingkat pendidikan, ekonomi, ras, keyakinan agama sudah setua peradaban manusia. Di zaman Yesus sikap eksklusif sampai meng-"anjing"-kan orang yang tidak segolongan itu sangat kuat dipraktikkan terutama oleh pihak yang amat bangga akan keyahudian dan keterpilihan mereka. Dalam nas sebelum ini, tradisi dibangun bukan saja untuk memelihara spiritualitas yang sehat tetapi juga untuk menyingkirkan diri dari pihak yang dianggap najis. Jika kita membaca nas paralel kisah ini di Matius 15 dapat kita tangkap kesan tersebut dari ucapan Yesus yang terkesan arogan, kasar dan menolak mewakili sikapYahudi lazimnya. Tetapi Markus yang telah terlibat dalam pelayanan para misionaris besar, Barnabas, Paulus dan Petrus membuat kita menangkap bahwa gestur Yesus yang secara sengaja mencari tempat beristirahat di wilayah "kafir" justru mengisyaratkan bahwa memang rahmat dan anugerah Allah itu berlaku tidak saja kepada umat pilihan, melainkan juga kepada bangsa-bangsa lain. Orang Yahudi harus ingat dua hal bahwa pemilihan Abraham adalah untuk memberkati bangsa-bangsa lain, dan bahwa sebagai anak-anak Adam sejatinya mereka hidup satu rumah dengan yang mereka sebut "para anjing." Bila kita kaitkan nas ini dengan Markus 16, nas perintah misi, kita harus selalu ingat bahwa kita tadinya terasing, bukan umat, tanpa perjanjian dan hak (Efesus 2:11-13); oleh keajaiban penyelenggaraan-Nya atas sejarah, Injil Kerajaan yang pertama ("kenyang dahulu" -- ay. 27) diberitakan kepada kaum pilihan, sesudah itu akan datang giliran remah-remah dari meja dibagikan kepada kita yang bukan sedarah dengan Abraham menjadi anak-anak Allah warga Kerajaan-Nya. Maka marilah tolak sikap "meng-anjing-kan" orang lain demi supaya penyelenggaraan Injil Kerajaan boleh terpancar melalui kita. Marilah miliki gestur Yesus yang rela melangkah ke luar terirotiral aman dan nyaman sendiri saja.

Tuhan pengharapan semua orang, tolong kami ingat bahwa lingkup kekeluargaan, kekerabatan, pertetanggaan, pekerjaan kami adalah teritorial untuk masuknyai Injil Kerajaan-Mu, baik dengan karya, fakta hidup maupun kata kesaksian kami, Demi Yesus yang hidup. Amin.

Senin, 24 April 2017

Awas "Barang" Palsu

Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati. Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban--yaitu persembahan kepada Allah--, maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan." Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: "Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah.Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." ... sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."  -- Markus 7:1-23


Tampil berlebihan kerap dilakukan oleh orang yang inferior, sementara orang yang menerima dirinya apa adanya biasanya nyaman untuk tampil bersahaja. Hal sama terjadi juga dalam hidup kerohanian, entah pribadi maupun gereja. Semakin kita sibuk dengan pernak-pernik tradisi, adat istiadat, upacara semakin mungkin kita ada dalam bahaya yang Tuhan Yesus bongkar dalam konflik-Nya dengan orang Farisi. Pertama, tradisi bisa menjadi kemunafikan, yaitu membungkus ketidaksejatian dengan ornamen yang membuat kita seolah orang yang rohani. Kedua, tradisi bisa dimutlakkan sampai menyingkirkan firman Tuhan sendiri. Ketiga, tradisi dijalankan sambil inti dari ajaran firman Tuhan justru diabaikan. Keempat, tradisi keagamaan tidak dapat memperbaiki apa yang bobrok dalam hati manusia, Jelas Tuhan bukan sedang melawan dan membuang tradisi sebab Ia sendiri meninggalkan tradisi antara lain tradisi perjamuan kudus, tradisi pewartaan Injil Yesus yang mati dan bangkit. Meski demikian tetap saja teguran keras ini perlu kita berlakukan sebab kita hidup dalam zaman yang semakin mementingkan bungkus ketimbang isi, mengutamakan tampilan ketimbang kesejatian. Perhatikan persembahan dan persepuluhan. Pasti Allah marah melihat bagaimana gereja mempraktikkan persepuluhan yang kemudian dipakai untuk membiayai upacara keagamaan yang serba me-"wah" dan yang memungkinkan para hamba Tuhannya menjadi hamba uang..., sementara anggotanya yang miskin tidak diperhatikan, lingkungan yang tertindas tidak dibantu, keadilan dan kekudusan ekonomi tidak diajarkan kepada para anggota gereja. Apa gunanya kita rajin bergereja sementara perhatian kita tetap asyik dengan gadget, dengan lamunan dan angan-angan lain dari fokus kepada Tuhan. Maka pertanyaannya adalah, apakah tradisi dan upacara keagamaan kita selubung dari ketidaktaatan dan ketidaksungguhan kita untuk mengasihi Allah dan mengasihi sesama seperti diri sendiri? 

Jumat, 21 April 2017

Mari ber-Misi

Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh."  -- Markus 16:15-18

Meski nas ini tidak terdapat di dalam naskah tertua injil Markus dan berarti sangat mungkin ayat 8b-20 ditambahkan kemudian, namun kita sanggup melihat cara ungkap Markus yang ringkas sekaligus berdaya tampung luas dan dalam. Dibanding dengan versi Matius, di sini tidak ada paparan bahwa segala kuasa di langit dan di bumi telah diberikan kepada Yesus, tidak ada janji Dia menyertai sampai ke ujung-ujung bumi, tidak ada perintah memuridkan sampai ke setiap suku, dst. Tetapi mencengangkan bukan, bagaimana nas ini menyebut 1) beritakan Injil kepada 'segala makhluk', 2) janji keselamatan bagi yang percaya dan dibaptis sekaligus ancaman hukuman bagi yang menolak percaya, dan 3) tanda-tanda ajaib yang akan menyertai semua orang percaya persis seperti yang Yesus pewujud kuasa Kerajaan itu pernah lakukan. Maka mari tidak mengabaikan nas dahsyat ini, sebaliknya mari terima kedaulatan Roh yang mengatur pemasukan tambahan ini ke dalam kanon, dan mari imani dengan sungguh sampai kita pribadi dan gereja mempraktikkannya. Begini pertanyaan implikatif yang harus menggugah kita: 1) Sungguhkah kita bersaksi tentang kematian dan kebangkitan Yesus? 2) Sungguhkah dalam kesaksian kita tidak hanya menyampaikan janji keselamatan tetapi juga peringatan hukuman Tuhan? 3) Sudahkah kita 'mewartakan' Injil juga ke seluruh tatanan ciptaan? Bukan saja kepada individu manusia tetapi juga memberlakukan Injil Kerajaan ke tatanan hidup komprehensif -- hubungan keluarga, kebijakan kantor / dunia kerja / bisnis, pertetanggaan, kepada mereka yang miskin dan tertindas -- atau dengan kata lain sungguh Injil yang mengubah dan membentuk ulang setiap lapis dan seluruh tatanan kehidupan dan realitas? Terakhir 4) adakah ketaatan dan keberanian bertindak dalam iman menerapkan janji manifestasi Kerajaan ini dalam upaya kita melaksanakan misi Kerajaan Tuhan?

O Tuhan, betapa besar kepercayaan, karunia, penugasan dan tanggungjawab yang Kau percayakan kepada kami. Kami yakini bahwa inilah firman kebenaran yang harus kami percayai dan praktikkan. Tolong kami percaya, tolong kami taat, tolong layakkan dan lengkapi kami untuk bermisi komprehensif. Kepada Bapa penggerak misi, demi Yesus pewujud misi, dalam pertolongan Roh Kudus pemberdaya misi. Amin.

Kamis, 20 April 2017

Hardikan Yesus

Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. -- Markus 16:14

Kabar tentang Yesus yang bangkit itu telah diceritakan oleh para perempuan, juga oleh kedua murid yang ke Emaus yang dijumpai Yesus dan makan roti yang diberkati Yesus, namun tetap saja para murid yang lain tidak percaya. Sejak menjadi pengikut-Nya entah sudah berapa banyak keajaiban perbuatan, sikap, ajaran-Nya, bahkan bimbingan untuk mereka menerima kemesiasan Yesus. Namun, tentang keharusan salib untuk Yesus dan lebih-lebih bahwa di dalam serta melalui salib akan muncul puncak paling cemerlang dari kemesiasan Yesus, operasi paling dahsyat dan berkelanjutan dari kuasa ilahi yang mengubahkan segala sesuatu dan yang juga akan beroperasi di dalam semua penyandang salib-Nya, ini yang tidak dapat mereka terima. Itulah mengapa Yesus dalam catatan Markus bukan mengucap damai sejahtera tetapi mencela, menegur, Mereka mengalami ketiadaan iman (apistia) dan keras hati (sklerokardia -- dari istilah ini kita kenal multiple sklerosis dalam dunia medis yaitu sakit auto imun yang menyerang syaraf otak dan tulang belakang sampai terjadi pengerasan dan kelumpuhan). Ini gambaran dari keberdosaan manusia. Dosa sebagai pelanggaran pendosa butuh pengampunan, sebagai salah sasaran pendosa butuh arah dan kesempatan baru, sebagai pemberontakan pendosa butuh pendamaian, sebagai kelemahan pendosa butuh pembaruan, dan sebagai kondisi penyakit terminal ketiadaan iman dan kekerasan hati pendosa butuh hardikan keras sampai insyaf, bersedia melepas sikap apistia dan sklerokardia itu. Hanya dengan cara demikian kita boleh dilayakkan menjadi pembawa kabar kuasa pengubahan dahsyat dari Injil Dia yang tersalib dan bangkit bagi dunia yang sangat tidak beriman dan sangat dilumpuhkan oleh kekerasan hati ini. 

Rabu, 19 April 2017

Saksi Kebangkitan

Dengan singkat mereka sampaikan semua pesan itu kepada Petrus dan teman-temannya. Sesudah itu Yesus sendiri dengan perantaraan murid-murid-Nya memberitakan dari Timur ke Barat berita yang kudus dan tak terbinasakan tentang keselamatan yang kekal itu. Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan. Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya. Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota. Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada merekapun teman-teman itu tidak percaya. Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." -- Markus 16:8-18


Yesus sudah menang. Maut tidak dapat menahan Dia, malah Ia membunuh maut selamanya. Ia sudah bangkit dan tiap kali Ia menjumpai para pengikut-Nya di samping membuktikan bahwa sungguh Ia yang di hadapan mereka dan bukan hantu, Ia juga selalu mengucapkan dan memberikan beberapa hal ini. Mengucapkan damai sejahtera, memberikan shalom kepada mereka, Kematian tidak saja tidak dapat mengakhiri Dia malah menjadi jalan untuk mewujudnyatakan Injil Kerajaan, kuasa yang mengubah pribadi-pribadi, suku-suku, bangsa-bangsa dan dunia ini menjadi wilayah dimana Kerajaan Allah mewujud. Kendati mereka masih gemetar sekaligus sukacita (tromos dan ekstasis) tetap damai, shalom bahkan penugasan untuk berbagi kabar kemenangan-Nya, kabar keselamatan dari-Nya itu Ia percayakan kepada para pengikut-Nya saat itu, zaman itu, terus sepanjang sejarah gereja dan termasuk kita sekarang. Hari ini kita berdoa untuk ketenangan politis, kemajuan ekonomi, kemenangan calon pemimpin yang sungguh mempraktikkan prinsip keadilan dan kebenaran dalam semangat melayani. Untuk apa? Untuk apa keberhasilan dalam kerja, ketenangan dalam politik, kemajuan ekonomi? Untuk apa kita berdoa agar sehat, agar umur panjang? Hanya berhenti di situ? Untuk apa kita berdoa agar gereja kita berhasil -- supaya menjadi semacam konglomerasi duniawi juga? Untuk berhenti di situ saja? Untuk kalangan sendiri? Untuk apa perayaan Paskah, Natal, dan ibadah2 raya kita yang membuat kita sendiri saja terpesona, kagum? Untuk MISI! Untuk meneruskan kabar Injil Yesus yang ditujukan bagi mereka yang terpenjara, terbuang, sakit, miskin, berkebutuhan, tertindas! Tuhan terus bekerja dengan kuat kuasa ajaib-Nya apabila orang Kristen pribadi, keluarga, komunitas, gereja menyaksikan Injil Kerajaan itu ke seluruh lapis sosial-ekonomi-politik. Tetapi, jika kita tidak setia kepada Injil, tidak berani bersaksi-aksi nyata sesungguhnya lambat atau cepat kita akan kehilangan hakikat Kekristenan kita!




Doa: Tuhan, tolong kami untuk tidak berhenti hanya pada mencari kenyamanan dan kesuksesan diri sendiri melainkan untuk berbagi berkat dari-Mu, berita tentang-Mu, kuat-kuasa operasi-Mu dalam kami, hidup anuigerah-Mu ini dengan sesama kami yang butuh. Demi Yesus yang mati dan bangkit dan naik serta mengutus kami. Amin.

Selasa, 18 April 2017

Tremor dan Ekstasi

Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur. Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?" Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling. Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Merekapun sangat terkejut, tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: "Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu." Lalu mereka keluar dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapapun juga karena takut. -- Markus 16:1-8a

Coba bandingkan narasi kebangkitan catatan Markus dengan catatan Matius, Lukas dan Yohanes -- akan kita jumpai ketidakcocokan dan kejanggalan. Markus sama sekali tidak mencatat tentang Petrus dan Yohanes yang berlari masuk ke dalam kubur dan menjadi yakin karena melihat kain kapan Yesus sudah menjadi kepompong kosong; juga tidak mencatat pertanyaan dan penugasan baru SImon Petrus padahal sumber Markus adalah Petrus. Perbedaan yang paling menimbulkan pertanyaan besar ialah mengapa justru di akhir catatannya Markus malah mencatat bahwa kendati fakta kubur sudah kosong, malaikat sudah menyampaikan konfirmasi dan berita bahwa Yesus sudah mendahului ke Galilea menunggu para murid, justru mereka ketakutan dan bungkam tidak menceritakan kepada siapa pun. Dalam catatan penyaliban Yesus bukan saja siksa demi siksa, nista demi nista, sengsara demi sengsara Yesus tanggung tetapi juga kepalsuan, kekejian, kemunafikan, kejahatan, kesemuan kuasa, kegoncangan iman manusia dan para murid, dst. satu per satu ditelanjangi. Kini di hadapan kebangkitan Yesus tiga perempuan itu secara simultan merasa gentar (kata dasar untuk tremor) dan takjub (kata yang dipakai ekstasis). Dan dalam paradoks psikologi spiritualitas itu mereka butuh waktu untuk mencerna bagi diri sendiri dulu dan baru sesudah Roh turun ke atas mereka, mereka sanggup berkata-kata dengan jelas menyaksikan Yesus yang mati dan bangkit, meneruskan kabar Injil Kerajaan yang mengubah tatanan hidup dengan benar dan setia. 

TIPS: Dalam tiap pengalaman rohani yang benarselalu akan ada unsur takut-gentar dan takjub-sukacita. Salah satu saja perlu dicurigai bukan merupakan pengalaman rohani / penyembahan / pertumbuhan yang sejati.




Sabtu, 15 April 2017

Arti Salib Yesus

Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!" Jawab-Nya kepada mereka: "Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?" Lalu kata mereka: "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu." Tetapi kata Yesus kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?" Jawab mereka: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima. Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan." Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."  -- Markus 10:35-45

Mengapa salib adalah keharusan dan pangkal dari segala karya Kerajaan oleh Yesus? Apa sesungguhnya yang terjadi dalam kematian Yesus? Bagaimana persisnya hubungan Injil Kerajaan dengan salib Yesus? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini telah keluar paling tidak lima teori tentang arti salib Yesus: teori kasih, teori keadilan, teori peperangan, teori penggantian, teori pemuasan. Bila kita cermati terutama dua yang terakhir yang utamanya diyakini oleh kaum Injili terkesan ada benarnya namun cenderung melihat dampak salib dalam perspektif yang agak pribadi, rohani dan bisa cenderung menjadi abstrak bahkan individualistis kurang dampak ke dunia nyata. Yesus menjelaskan kepada para murid-Nya bahwa tujuan-Nya adalah untuk "melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Ini persisnya lawan dari permintaan dua murid inti Yesus -- ingin ada di ring 1 Dia dalam kemuliaan. Inilah juga denyut nadi semua kita yang menunjukkan DNA Adam-Hawa mengalir merambah ke seluruh jaringan sistem hidup kita jasmani-rohani: ingin jadi besar, berkuasa, mulia, kaya, mengatur diri sendiri, otonom, seperti Tuhan. Maka Yesus menegaskan bahwa Ia bukan saja memberi teladan, bukan sekadar memberikan pengampunan, penyembuhan, pelepasan kendati semua itu ada benarnya, Ia mati untuk menebus kita dari hasrat pengilahian diri sendiri itu dan memberi kita kuasa salib -- kuasa penaklukan diri, penyangkalan diri, kuasa mengutamakan orang lain, kuasa menjadi yang terakhir ketimbang yang pertama, kuasa menjadi seperti anak kecil kembali yang sangat terbuka pada pembelajaran Kerajaan Allah dan bukan kerajaan dunia ini, kuasa untuk ada di jalan sempit dan bukan di jalan tol menuju kehancuran kekal. Inilah limpah arti salib sebagaimana yang aslinya Yesus hidupi dan jelaskan sendiri.

TIPS: Apakah kuasa salib bekerja dalam para suami memperlakukan istri, orangtua memperlakukan anak, mantu memperlakukan mertua, bos memperlakukan karyawan, rohaniwan/penatua memperlakukan anggota gereja... (juga sebaliknya)?!

Jumat, 14 April 2017

Kematian-Nya

Mereka membawa Yesus ke tempat yang bernama Golgota, yang berarti: Tempat Tengkorak. Lalu mereka memberi anggur bercampur mur kepada-Nya, tetapi Ia menolaknya. Kemudian mereka menyalibkan Dia, lalu mereka membagi pakaian-Nya dengan membuang undi atasnya untuk menentukan bagian masing-masing. Hari jam sembilan ketika Ia disalibkan. Dan alasan mengapa Ia dihukum disebut pada tulisan yang terpasang di situ: "Raja orang Yahudi". Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang di sebelah kiri-Nya. Demikian genaplah nas Alkitab yang berbunyi: "Ia akan terhitung di antara orang-orang durhaka.") Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!" Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat mengolok-olokkan Dia di antara mereka sendiri dan mereka berkata: "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya." Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga. Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Lihat, Ia memanggil Elia." Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: "Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia." Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya. Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!" -- Markus 15:22-39

Narasi panjang penderitaan berpuncak pada penyaliban Yesus ini dipaparkan Markus dalam satu kalimat panjang yang hanya dihubungkan dengan kata sambung "dan" (bukan seperti terjemahan LAI yang mengubah dengan kata hubung lain dengan maksud supaya tidak membosankan). Seluruh paparan hanya menceritakan apa yang orang-orang lain lakukan terhadap Dia, dan hanya dua pernyataan-Nya yaitu (ps 14) bahwa Ia sesungguhnya adalah AKU Adalah, yang di kemuliaan dan yang akan datang untuk menghakimi, dan dalam nas ini teriakan-Nya "Eloi, Eloi, lama sabakhtani." Jadi, semua "dan, dan, dan" ini dimaksud Markus bukan untuk membuat kita bosan melainkan membuat kita tertegun, hening, khusyuk menyaksikan dalam perenungan kita rangkaian, aliran, berondongan penderitaan yang Yesus terima dengan membisu... Demi siapa? Untuk siapa? Mengapa? Lalu sesudah tiga jam prosesi pengadilan sesat dan memikul salib berat, tiga jam lagi rangkaian ejekan, penghinaan, penistaan, berpuncak langit gelap gulita, lalu tiga jam kemudian Ia berteriak "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Bahkan seruan "Sudahlah genap" oleh Markus hanya dicatat sebagai "seruan nyaring." Disusul dengan satu fenomena penuh makna "tercabiknya tabir Bait Allah." Tepat di momen itulah keluar pernyataan yang mustahil kita harapkan keluar dari mulut penghulu laskar Romawi "Sungguh Orang  ini Anak Allah." Petrus (sumber Markus) mengucap pengakuan ini namun mencoba mencegah Yesus dari disalib, kini penghulu laskar yang sendirinya memimpin proses penyaliban itu justru tiba pada pengakuan dahsyat ini!  

Renungankan: Ia dibantai sampai mati untuk membantai maut demi kita yang pantas mengalami maut kekal. Justru dari tubir terdalam penderitaan dan kematian memancar cemerlang kuat kuasa kemuliaan ilahi dari-Nya. Ia mati bukan saja untuk kita yang "di dalam" tetapi juga untuk mereka seperti penghulu laskar itu yang masih "di luar."

Menjulang nyata atas bukit kala, t'rang benderang salib-Mu, Tuhanku...

Kamis, 13 April 2017

Kuasa dalam Ketidakberdayaan

Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. -- Yesaya 53:7
Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian terhadap Yesus supaya Ia dapat dihukum mati, tetapi mereka tidak memperolehnya. Banyak juga orang yang mengucapkan kesaksian palsu terhadap Dia, tetapi kesaksian-kesaksian itu tidak sesuai yang satu dengan yang lain. Maka Imam Besar bangkit berdiri di tengah-tengah sidang dan bertanya kepada Yesus, katanya: "Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?" Tetapi Ia tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Imam Besar itu bertanya kepada-Nya sekali lagi, katanya: "Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?" Jawab Yesus: "Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit." Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Untuk apa kita perlu saksi lagi? (Bacalah seluruh Markus 14)

Di tujuh pasal terakhirnya Markus berfokus pada 6 bulan terakhir pelayanan Yesus. Ia dengan sabar membimbing para murid khususnya Petrus untuk mengerti kemesiasan-Nya dengan benar, yaitu bahwa Ia harus menderita dan mati disalibkan, dan begitulah Anak Manusia menjadi model kepemimpinan bahkan menjadi tebusan dan sumber keselamatan. Beda dari Injil-injil lain justru di beberapa jam terakhir sebelum Yesus disalibkan Ia menyatakan diri-Nya baik secara isyarat maupun secara gamblang, Dengan berdiam diri terhadap berbagai pertanyaan dan tuduhan atas dasar kesaksian palsu itu, Ia sejatinya menegaskan 1) ketaatan dan penyerahan diri-Nya kepada jalan penyelamatan yang Allah rencanakan melalui Dia, 2) berakhirnya kesempatan yang telah Ia berikan kepada orang-orang yang "punya mata tetapi tidak melihat, punya telinga tetapi tidak mendengar," maka kini Ia membisu, 3) Ia diam dalam kebenaran dan kekudusan membuat semua sandiwara pengadilan sesat itu ditelanjangi. Yang dahsyat dari catatan Markus ini ialah ketika Imam Besar bertanya sungguhkah Ia Mesias, Anak yang Terpuji, dengan gamblang Ia menjawab: 1) Akulah Dia -- "Aku adalah Aku -- adalah nama YHWH sendiri, maka dengan pernyataan ini Yesus bukan sekadar mengakui pengurapan Allah atas-Nya tetapi juga kesetaraan-Nya dengan Allah sendiri, 2) Anak Manusia yang kini sedang dinista, dijadikan domba yang akan tersembelih, sesungguhnya adalah yang duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa, dan 3) yang kelak akan datang dalam kesempurnaan kuasa dan kemuliaan-Nya untuk menghakimi seisi dunia termasuk mereka yang sedang menghakimi Dia saat itu! Di dalam penyerahan, ketidakberdayaan, kehinaan dan kematian itu sesungguhnya nyata kuasa, kemuliaan, penyelamatan, anugerah Allah -- kabar dahsyat pengubah hidup dan seluruh realitas berdosa kini!

Pertanyaan: Kendati jelas cara Allah menyatakan kuasa dan kemuliaan-Nya seperti yang Yesus hidupi, mengapa kita masih juga tertipu mengambil prinsip kemuliaan, kekayaan, kekuasaan dunia ini? 

Rabu, 12 April 2017

Korban Kasih Harum untuk Yesus

Hari raya Paskah dan hari raya Roti Tidak Beragi akan mulai dua hari lagi. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mencari jalan untuk menangkap dan membunuh Yesus dengan tipu muslihat, sebab mereka berkata: "Jangan pada waktu perayaan, supaya jangan timbul keributan di antara rakyat." Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, dan sedang duduk makan, datanglah seorang perempuan membawa suatu buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher buli-buli itu, dicurahkannya minyak itu ke atas kepala Yesus. Ada orang yang menjadi gusar dan berkata seorang kepada yang lain: "Untuk apa pemborosan minyak narwastu ini? Sebab minyak ini dapat dijual tiga ratus dinar lebih dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin." Lalu mereka memarahi perempuan itu. Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kamu dapat menolong mereka, bilamana kamu menghendakinya, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu. Ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya. Tubuh-Ku telah diminyakinya sebagai persiapan untuk penguburan-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia."  -- Markus 14:1-9

Baik sekali untuk kita mengambil waktu dan membaca keseluruhan Injil Markus dalam satu kali kesempatan. Bayangkan kita menyaksikan film. Kita lihat beberapa hal ini, begitu tampil di panggung Yesus langsung menjadi populer, disambut, dicari, dibutuhkan oleh beragam macam orang dengan motivasi dan kebutuhannya sendiri sampai sulit memiliki waktu istirahat atau bersendiri. Tetapi, mulai di pasal 7 terlihat benih konflik dengan orang berpengaruh zaman itu. Bila 10 pasal pertama meliput 2 1/2 tahun kehidupan pelayanan Yesus, mulai pasal 11 kita diberi slow motion masa terakhir kehidupan Yesus, sampai di pasal 14 semakin lambat gerak yang disorot untuk 2 hari terakhir-Nya. Dari sangat populer, mulai konflik, mulai ditinggalkan banyak orang, bahkan para murid-Nya terus salah mengerti dan ada ambisi salah mengikut Dia, lalu semua meninggalkan Ia sendirian sampai puncaknya nanti kita lihat Ia tergantung sendiri di salib, bahkan teriak-Nya kepada Bapa pun tidak beroleh jawaban. Itulah pengorbanan agung-Nya untuk menebus mereka, menebus para pengikut-Nya, menebus kita... saya dan Anda. Di tengah kesepian, kesendirian karena penolakan itu, hanya seorang (kemungkinan adalah Maria saudara Lazarus di Betania yang pernah dicatat sebagai yang suka duduk di kaki Yesus) yang sanggup menangkap beban di hati Yesus, dengan membuka dan menuangkan minyak wangi ke kepala Yesus sebagai "persiapan untuk penguburan Yesus." Dan, kedalaman pengertian serta perbuatan kasihnya itu oleh Yesus direspons akan diberitakan bersama setiap pewartaan Injil. Kiranya oleh anugerah-Nya kita disanggupkan dan direlakan untuk merespons Injil dengan pengorbanan kasih mirip Maria, kita disanggupkan menyaksikan Injil kasih pengorbanan Yesus dalam kerelaan hidup berkorban demi Dia dan demi sesama juga. 

Selasa, 11 April 2017

Mengikut atau Menyikut Yesus?

Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Kata orang, siapakah Aku ini?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi." Ia bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!" Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus."  -- Markus 8:27-38

Nas ini merupakan momen penentuan bagi para murid. Sesudah sekian lama mereka mengikut Yesus, menyaksikan ungkapan hati-Nya terhadap berbagai kondisi orang, tindakan-Nya yang membebaskan dari berbagai masalah yang membelenggu orang, dan juga konflik-Nya dengan para pemuka agama, kini Yesus menanyai mereka siapa Dia menurut kesimpulan mereka. Itu ditanya di Kaisarea tempat terdapat banyak pemujaan berhala juga kepada Kaisar. Maka pengakuan tentang siapa dan apa Yesus tidak sekadar kerohanian abstrak atau privat tetapi suatu sikap iman yang berkonsekuensi ke semua aspek kehidupan termasuk keagamaan dan politis. Jika kita bandingkan nas ini dengan yang dicatat Matius kita melihat ada bagian-bagian yang dihilangkan oleh Markus: pengakuan tambahan "Anak Allah yang hidup." Markus pastinya mendapatkan informasi tentang peristiwa Yesus dari Petrus. Maka tentu ia menangkap kesan Petrus sendiri mengenai momen keberhasilan dan kegagalan Petrus mengenali Yesus sebagai Kristus dan misi-Nya sebagai Anak Allah yang juga adalah Anak Manusia yang melayani melalui kesengsaraan. Karena begitu Yesus menegaskan bahwa Ia harus menderita dan disalib, Petrus menegor dan (ucapannya itu tidak dimuat oleh Markus di sini) memanjatkan semacam doa "hendaknya dijauhkan Allah hal itu." Petrus tidak sanggup mempertemukan jalan Allah untuk yang diurapi-Nya itu -- sang Anak Allah yang juga Anak Manusia itu -- adalah jalan salib, karenanya ucapan Petrus kendati mengatasnamakan Allah justru menggemakan hakikat ucapan iblis ketika mencobai Yesus. Dalam nas sesudah ini Markus mencatat tentang seorang buta yang perlu dua kali tindakan agar dapat celik sepenuhnya, demikian juga para murid dan kita pun, perlu tindakan-tindakan anugerah Allah membimbing kita untuk mengenal benar siapa Yesus, mengapa harus jalan salib untuk karya penyelamatan oleh-Nya, dan apa arti mengakui Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat kita dan apa sebab kita pun harus memikul salib mengiring Dia.

TIPS: Sekian lama kita Kristen, menggiring atau mengiring Yesuskah kita, mengikut atau menyikut Yesuskah kita dalam doa, perilaku sosial-ekonomi-implikasi politis kita dalam keseharian dan dalam perilaku keagamaan kita? 

Senin, 10 April 2017

Dipecah-pecah dan Dicurahkan

Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini." Tetapi jawab-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!" Kata mereka kepada-Nya: "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?" Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" Sesudah memeriksanya mereka berkata: "Lima roti dan dua ikan." Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan. Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki. -- Markus 6:35-44

Beberapa hari lagi kita akan memperingati pengorbanan agung Yesus untuk kita, yang mempersembahkan tubuh-Nya untuk dipecah-pecah dan darah-Nya untuk dicurah, demi supaya kita boleh makan sehidangan di meja Allah. Lalu, apakah kita hanya melihat kisah pemecahan roti dan ikan ini dalam artian teologisnya semata sebagaimana yang disarikan dalam Yohanes 6. Tidak salah, namun arti teologis yang tanpa kejadian riilnya menjadi tak berfondasi. Ini juga bukan sekadar bukti petunjuk bahwa Yesus berkuasa atas elemen sehingga 5 dan 7 roti itu berubah menjadi cukup untuk 10,000 dan 8,000 orang (bila dihitung juga prempuan dan anak-anak yang ikut) ketika Ia bersyukur dan memecah-mecahkannya. Mukjizat itu terjadi karena Yesus memiliki kepedulian untuk kondisi hidup manusia secara utuh -- tubuh dan jiwa, bukan salah satunya saja; dan, karena kepedulian Yesus bergabung dengan pengorbanan pihak yang berbagi bekalnya, maka terjadilah perjamuan itu. Perjamuan yang memungkinkan bukan saja kebutuhan tiap orang dipenuhi tetapi juga tiap orang diperlakukan setara, semartabat, sesama manusia. Mari kita petik pesan dan alami perubahan dari kisah ini. Allah tidak saja menyelamatkan jiwa  tetapi juga tubuh termasuk dompet, bisnis kita. Perhatikan sepuluh hukum, hari Sabat, tahun Sabat, tahun Yobel, bagaimana Ia ingin menciptakan Kerajaan-Nya di tengah umat-Nya di mana tiap orang setara dan bersama mempraktikkan kekudusan ekonomi dan bukan berhenti hanya di kekudusan moral. Kita harus maju lebih jauh daripada bisa berbelas kasihan, memberi persembahan atau persepuluhan sebab tindakan itu bisa saja membuat kita menempatkan diri lebih tinggi daripada orang yang ditolong atau bahkan menjadikan persembahan sebagai ."money laundrying" rohani. Marilah sadari betul bahwa kesediaan dipecah-pecah dan mem,berbagi hidup itu adalah tanda kesejatian pemuridan kita. Kita menyembah Allah yang murah hati, maka berhentilah dari keserakahan dan kekikiran. Kita meyakini Allah yang sedang mewujudkan masyarakat baru dengan ekonomi baru, hubungan sosial baru, dst., maka mari wujudkanlah itu dalam interaksi sosial dan ekonomi dan budaya kita seutuhnya. 

Sabtu, 08 April 2017

Raja bergelimang Darah

Pengikut-pengikut Yesus itu mengusir banyak roh jahat, mengoleskan minyak zaitun pada orang sakit dan menyembuhkan mereka. Berita-berita tentang semua kejadian itu sampai juga pada Raja Herodes, sebab nama Yesus sudah terkenal di mana-mana. Ada orang yang berkata, "Yohanes Pembaptis sudah hidup kembali! Itulah sebabnya Ia mempunyai kuasa melakukan keajaiban itu."   Tetapi orang-orang lain berkata, "Dia Elia." Ada pula yang berkata, "Dia nabi, seperti salah seorang nabi zaman dahulu." Ketika Herodes mendengar itu, ia berkata, "Pasti ini Yohanes Pembaptis yang dahulu sudah kusuruh pancung kepalanya. Sekarang ia sudah hidup kembali!" Sebab sebelum itu Herodes telah menyuruh orang menangkap Yohanes, dan memasukkannya ke dalam penjara. Herodes berbuat begitu karena soal Herodias, istri saudaranya sendiri, yaitu Filipus. Sebab Herodes sudah mengawini Herodias, dan mengenai hal itu Yohanes sudah berulang-ulang menegur Herodes begini, "Tidak boleh engkau kawin dengan istri saudaramu itu!" Itulah sebabnya Herodias dendam kepada Yohanes dan ingin membunuh Yohanes, tetapi ia tidak dapat melakukan hal itu, karena dihalang-halangi oleh Herodes. Sebab Herodes telah menyuruh orang menjaga baik-baik keselamatan Yohanes di penjara, karena ia takut kepada Yohanes. Ia tahu Yohanes seorang yang baik yang diutus oleh Allah. Dan memang kalau Yohanes berbicara, Herodes suka juga mendengarkannya, meskipun ia menjadi gelisah sekali karenanya.  -- Markus 6:13-20 dst. (BIS)


Herodes Antipas ini adalah anak dari Herodes yang Agung yang membangun Bait Allah kedua di Yerusalem dan yang juga menjadi dalang dari pembunuhan masal para bayi di bawah dua tahun di Betlehem dan sekitarnya. Kebengisan tersebut tampak lagi pada Herodes Antipas anak dari perkawinan Herodes Agung dengan Maltake seorang perempuan Samaria. Herodes Antipas kawin dengan putri raja Arab yang kemudian ia pulangkan, lalu merebut Herodias yang adalah putri saudara tirinya sendiri (Aristobulus) dari suaminya Herodes Philip yang juga adalah saudara tirinya sendiri. Cukup di sini kita lihat betapa kacau, najis, bengis para raja boneka kerajaan Romawi ini. Yohanes Pembaptis tidak saja berkhotbah secara umum dan hanya kepada rakyat jelata, ia juga berkhotbah khusus melawan perzinahan dan inses yang dilakukan oleh Herodes Antipas. Kejadian yang sejatinya terjadi di pasal 1 sesaat sebelum Yesus memulai pelayanan-Nya, kini ditempatkan Markus dengan paparan panjang di pasal ini. Herodes Antipas ini juga yang terlibat dalam ping-pong dengan Pilatus dan Kayafas dalam proses pengadilan Yesus yang berakhir dengan penyaliban. Perhatikan dikotomi dalam diri Herodes Antipas yang di satu sisi gemar mendengar khotbah-khotbah Yohanes bahkan takut kepada Yohanes yang begitu berani menegur dosanya, di lain sisi karena tidak mampu mengendali nafsunya menjadi pengecut dan boneka bahkan dari Herodias istri rebutannya. Lalu apa pesan nas ini disisipkan di antara penolakan Yesus di Nazaret dan pengutusan para murid, lalu kisah kembalinya para murid melaporkan bagaimana yang mereka lakukan dalam perjalanan misi mereka? Apakah nas ini menyiapkan pembaca akan konflik-konflik lebih luas yang akan menghadang Yesus? Apakah nas ini mengingatkan para murid agar setia dan berani pada komitmen kenabian yang benar? Ataukah ini memperingatkan para murid agar tidak mudah terpengaruh oleh "penyambutan kulit" semata dari para pendengar Injil dan penerima tanda mukjizat? 

Jumat, 07 April 2017

Utusan Kerajaan

Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar. Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, rotipun jangan, bekalpun jangan, uang dalam ikat pinggangpun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju. Kata-Nya selanjutnya kepada mereka: "Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka." Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka. -- Markus 6:6-13

Injil Kerajaan harus terus meluas lepas dari bagaimana respons orang kepadanya. Yesus tidak lagi berfokus pada Nazaret tetapi pindah ke desa-desa sekitar untuk mengajar. Bahkan, Ia mengutus duabelas murid-Nya untuk "memberitakan bahwa orang harus bertobat, mengusir banyak setan, dan mengoles orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka." Ada beberapa prinsip penting yang berlaku universal dalam tur misi ini. Pertama, mereka diutus berdua-dua -- sesuai prinsip Perjanjian Lama bahwa kesaksian (tentang kebenaran) harus dari dua orang saksi, dan bahwa berdua memungkinkan mereka untuk saling meneguhkan hati. Pelayan Tuhan tidak boleh menjadi single fighter, lone ranger! Lemah, dan bahaya! Kedua, mereka harus berfokus penuh pada pekerjaan misi bukan pada kelengkapan kebutuhan mereka. Maka tidak perlu membawa lebih dari yang melekat di tubuh, selebihnya Tuhan memelihara mereka. Dan, kondisi pewartaan Injil Kerajaan bersahaja ini juga melatih praktik Kerajaan di pihak yang menyambut mereka. Yang menyambut, menjadi terhisab dalam Kerajaan akan mencukupi kebutuhan terkini dua-dua misioner ini. Kesahajaan, keterhisaban, kemurahhatian, kekeluargaan! Ketiga, Yesus bukan saja berbagi misi tetapi juga berbagi kuasa Kerajaan kepada dua-dua utusan-Nya ini. Maka misi Injil Kerajaan itu pastinya lengkap -- ada berita, ada pengusiran roh jahat, penyembuhan orang sakit, dan terjadi praktik kasih Kerajaan. Alangkah indahnya boleh berbagian dalam pekerjaan Kerajaan!

TIPS: Sedang mengerjakan karya Kerajaan dengan cara kerja-Nyakah kita dalam komunitas, lingkup gerejawi, pekerjaan kita?