Sabtu, 31 Maret 2018

Ketika Maut Melingkupi Kristus

Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.  -- Ibrani 2:14-15
Tetapi Engkau, TUHAN, janganlah jauh; ya kekuatanku, segeralah menolong aku! Lepaskanlah aku dari pedang, dan nyawaku dari cengkeraman anjing. Selamatkanlah aku dari mulut singa, dan dari tanduk banteng. Engkau telah menjawab aku! -- Mazmur 22:20-22

Penyelamatan bukanlah hal sepele dan gampangan, baik bagi manusia berdosa yang membutuhkannya maupun untuk TUHAN yang merupakan sumbernya. Kita sering menganggap penyelamatan semudah kita menarik tangan anak menjauh dari binatang yang ingin menyerangnya. Kita berpikir bahwa penyelamatan sama dengan peluputan -- tindakan Allah menghindarkan kita dari kebinasaan. Penyelamatan bukan peluputan atau penghindaran sebab pada kenyataannya menurut Alkitab semua manusia telah dijangkiti penyakit dosa, telah dibelenggu oleh kuat-kuasa kejahatan dan maut, serta murka sesungguhnya tengah bekerja di dalam semua manusia. Maka peliknya penyelamatan dilihat dari kondisi manusia: bagaimana dosa, maut dan iblis yang telah beroleh ruang dan hak atas manusia boleh dihancurkan kekuatan dan haknya sambil si manusia sendiri dibebaskan, disembuhkan dan dipulihkan? Dan lebih pelik lagi ditinjau dari ke-ada-aan Allah yang kudus dan adil dan kasih: bagaimana sifat-sifat-Nya boleh tidak saling dilemahkan karena menyelamatkan pihak yang sedang dirusak dosa?
Yesus Kristus menerima kesengsaraan dahsyat sampai kehilangan yang sangat Ia kasihi (terjemahan beberapa versi Inggris untuk "nyawaku" adalah "my darling" -- "my only dear one" -- maksudnya hidup-Nya sendiri satu-satunya yang begitu berharga bagi-Nya), sampai mengalami TUHAN benar-benar tidak menjawab Dia sejak dari Getsemani sampai ke Golgota -- jauh dari-Nya padahal sejati-Nya Ia sebelum berinkarnasi menjadi manusia, Ia dan Bapa dan Roh itu sehakikat, serasi, sekehendak, tetapi kini sang manusia Kristus jelmaan-Nya harus mengalami TUHAN jauh. Dan semua kejahatan, kebengisan iblis dan semua anteknya mulai dari Yudas, para pemimpin agama yang menolak Dia, Hanas, Kayafas, Pilatus, Herodes, para prajurit Romawi... persis singa buas, banteng liar mematikan menyerang Dia -- tubuh-Nya praktis hancur, tercabik-cabik, berlubang-lubang dan akhirnya terbujur kaku di lubang gua kubur-Nya. 
Yesus Kristus bukan saja meluputkan kita dari bengisnya dosa, maut dan murka tetapi Ia mengambil semua konsekuensi dosa, ngerinya maut dan dahsyatnya murka ke atas diri-Nya, hidup-Nya yang sedemikian berharga untuk-Nya dipersembahkan-Nya kepada Allah supaya boleh menghidupkan kita yang ada dalam maut. Karena itu tidak boleh ada alasan fatalistik apa pun untuk kita tidak bisa lepas dari problema, dilema sepelik sedahsyat apa pun. Salib dan Kubur yang esok kita rayakan sudah menjadi kosong karena Ia bangkit adalah bukti bahwa belenggu dosa telah diremukkan-Nya, sengat maut dari si iblis telah dipunahkan bisanya dan hidup-Nya siap mengaliri darah-daging-otak-nafas-otot.. kita menjadi baru! Amin.

Jumat, 30 Maret 2018

Makna Sengsara Kristus

Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. Allahku, ... Banyak lembu jantan mengerumuni aku; banteng-banteng dari Basan mengepung aku; mengangakan mulutnya terhadap aku seperti singa yang menerkam dan mengaum. Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku; kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku. Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku. Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku. Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku. -- Mazmur 22:1-3, 7-20

Mengapa dan untuk Tujuan apa Sengsara sedemikian berat rela ditanggung oleh sang Mesias? Inilah penjelasan seluruh kitab Perjanjian Baru tanpa menyebut referensinya:
Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati... Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang... Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?... Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku... Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi... Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!... tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya... Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus...  Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka...  Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku...  sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera... Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib... Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu...Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia... "Jika kita mati dengan Dia, kitapun akan hidup dengan Dia... Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggara yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama... kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat... Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh...  emikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita...  Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi. Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab itu dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu. Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus. Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: "Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. .. semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih.Amin

Kamis, 29 Maret 2018

Getsemani-Via Dolorosa

 "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya. Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.  -- Lukas 22:42-44

Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku; kekuatanku kering seperti beling (bejana pecah), lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku.  -- Mazmur 22:15-16

Beginilah suasana batin sang Mesias sebagai puncak dari ketaatan-Nya penuh kepada Allah, sebagai konsekuensi kerelaan-Nya menjadi Manusia sejati yang diurapi untuk tugas penyelamatan umat TUHAN di seantero dunia. Apa yang dialami Yesus Kristus di Getsemani, di pengadilan Kayafas-Pilatus-Herodes, di salib sebagian digambarkan dalam nas ini. 
"Seperti air aku tercurah..." -- bandingkan dengan ini: Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah bertetesan ke tanah. Entah bagaimana penjelasan medis dan psikologis tentang gejala ini -- hanya Ia yang tahu benar betapa ngeri dan dahsyat apa yang harus Ia hadapi dan tanggung beberapa jam berikutnya. 
"Segala tulangku terlepas dari sendinya..." -- seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya -- Ia yang sepanjang hidup-Nya demikian lekat dalam hadirat Allah dan penuh manifestasi kuat-kuasa urapan Allah kini bahkan untuk menyanggah postur-Nya sendiri kehilangan kesanggupan itu.
"Hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku, kekuatanku kering seperti pecahan bejana..." -- Ia sangat ketakutan dan makin sungguh-sungguh berdoa. Ia sudah rela menyatu penuh dengan kehendak Bapa, suka memikul segala konsekuensi penyelenggaraan misi penyelamatan umat berdosa yang dikasihi Allah. 
"Lidahku melekat pada langit mulutku, dan dalam debu maut Kauletakkan aku..." -- terhadap berbagai pertanyaan interogasi para penguasa "Ia tetap diam" -- bukan sekadar karena enggan bicara dan menganggap tak berfaedah menjawabnya melainkan menurut mazmur ini karena tenaga-Nya sudah sedemikian melemah hampir habis.
Getsemani-Via Dolorosa-Golgota -- Inilah cara, harga, nilai penyelamatan-pengampunan-pembenaran-pengudusan-pengangkatan menjadi anak-pemberian warisan kekal-pemuliaan untuk kita semua yang sungguh mempercayakan diri kepada Yesus Kristus. Jika serela ini Allah memberi mungkinkah Ia menahankan segala yang kita perlukan dalam hidup ini supaya boleh hidup kudus berkelimpahan di dalam Dia? (Roma 8). Jika semahal ini harga tebusan kita masih enggankah kita dari mempersembahkan -- tubuh, otot, keringat, pikiran, talenta, waktu, kocek, imajinasi... kita sebagai ungkapan syukur untuk kemuliaan-Nya dan kemajuan Kerajaan-Nya? 

Rabu, 28 Maret 2018

Binatang buas jahat

"Dengarlah firman ini, hai lembu-lembu Basan, yang ada di gunung Samaria, yang memeras orang lemah, yang menginjak orang miskin, yang mengatakan kepada tuan-tuanmu: bawalah ke mari, supaya kita minum-minum! -- Amos 4:1
Banyak lembu jantan mengerumuni aku; banteng-banteng dari Basan mengepung aku; mereka mengangakan mulutnya terhadap aku seperti singa yang menerkam dan mengaum. -- Mazmur 22:13-14

Sampai sebelum ini pemazmur hanya meneriakkan ratapannya dan meneguhkan riwayat hubungan eratnya dengan TUHAN. Kini ia menjadi lebih jelas mengidentifikasi siapa sesungguhnya yang menjadi penyebab kesengsaraannya. Ia menyebut mereka sebagai lembu jantan, banteng dari Basan, yang haus darah bagaikan singa yang menerkam dan mengaum. 
Catatan tentang Basan kita jumpai dalam Alkitab sejak kisah Israel menaklukkan tanah perjanjian. Musa dicatat di Bilangan 32 mengabulkan permintaan tiga suku Israel -- Ruben, Gad dan setengah suku Manasye -- untuk memiliki tanah timur laut seberang Yordan yang tadinya adalah wilayah Sihon, Amori dan Basan yang adalah kerajaan Og. Dari catatan ini dan dari catatan berikut terutama di Amos, lembu dan banteng Basan merupakan binatang yang menjadi tumbuh subur dan kuat karena tanah penggembalaan yang subur yang sekaligus menggambarkan kekuasaan, kemakmuran, keliaran dan kebuasan. 
Siapakah mereka penyebab kesengsaraan Mesias yang sedemikian nyata mengalami perlindungan dan bimbingan Allah dan yang sendirinya aktif hidup sedemikian akrab dengan TUHAN sampai tepat disebut Ia adalah satu-satunya sang gambar Allah sejati. Dalam catatan injil-injil kita ketahui bahwa otak, dalang dan penggerak dari penyiksaan dan penyaliban Yesus Kristus adalah para pemimpin agama yang rakus akan harta dan kuasa yang sebaliknya dari menjadi teladan tentang kesegambaran manusia dengan Allah menjadi teramat tidak manusiawi bahkan menjadi berperi-kebinatangan yang buas dan jahat. Inilah akibatnya bila orang, kelompok atau bahkan bangsa menyembah nafsu dan harta dan kuasa di tempat Allah -- menjadi binatang buas dan jahat  
Salah satu sebab kesengsaraan Kristus adalah karena pengidentifikasian diri-Nya dengan manusia yang papa, tanpa daya, terpinggir yang mendambakan lawatan pembebasan dari Allah. Apabila kita termasuk menyadari kepapaan dan ketidakberdayaan kita, bersyukurlah bahwa ada Kristus yang menderita bersama dan demi membebaskan kita. Apabila kita termasuk yang sempat tumbuh tambun karena cara-cara rakus dan jahat, sadar dan bertobatlah dari kebuasan dan kejahatan itu sebab sejatinya kita bukan di pihak TUHAN tetapi di pihak si iblis yang memberontak terhadap Allah. Amin. 

Selasa, 27 Maret 2018

Ketika TUHAN jauh, Susah mendekat

Ya Engkau yang mengeluarkan aku dari kandungan; Engkau yang membuat aku aman pada dada ibuku. Kepada-Mu aku diserahkan sejak aku lahir, sejak dalam kandungan ibuku Engkaulah Allahku. Janganlah jauh dari padaku, sebab kesusahan telah dekat, dan tidak ada yang menolong. -- Mazmur 22:10-12

Yang merupakan pokok cemoohan orang banyak terhadap Mesias, yaitu "Ia menyerah kepada TUHAN, biarlah Dia yang melepaskannya, biarlah Dia meluputkannya, bukankah Ia berkenan kepadanya?" -- kini menjadi pokok pengakuan sendiri yang dihidupi makin sungguh oleh si penanggung derita. Sudah sejak keadaannya dalam kandungan ibunya, sampai ia dilahirkan dan seterusnya dalam pelukan aman di dada ibunya -- itu semua adalah kenyataan keterlibatan kasih dan rencana Allah dalam kehidupannya dan tindakan aktifnya berserah menjadikan TUHAN sebagai Allahnya. 
Satu petunjuk kuat bahwa nas ini menunjuk jauh melampaui Daud ke Mesias, yaitu sepanjang kita membaca nas-nas mesianis dalam Alkitab selalu perujukan diri-Nya adalah kepada sang ibu dan bukan kepada ayah. Sungguh inilah kenyataan hidup Yesus Kristus sendiri. Bukankah sejak Maria menerima kabar yang disampaikan oleh malaikat  bahwa Ia akan mengandung dari Roh Kudus, sampai sang bayi lahir, diluputkan ke Mesir dari ancaman Herodes -- semua ini adalah karena TUHAN! TUHAN yang mengeluarkan Ia dari kandungan, TUHAN yang membuat Ia aman! Dan sungguh mengherankan bahwa sejak masa terdini bahkan dalam kandungan ibu ada kredo itu pada Kristus bahwa TUHAN adalah Allah-Nya. Kalimat membingungkan itu juga didengar oleh Maria dan Yusuf ketika menjumpai "Yesus yang terhilang" di Bait sedang mendiskusikan Firman dengan para pemimpin Bait dan menjawab pertanyaan mereka: "Mengapa engkau mencari Aku. Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus berada dalam rumah Bapa-Ku?"
Betapa dahsyat kesengsaraan Yesus Kristus bagi kita. Ia yang sejak dari kandungan Maria mengalami TUHAN begitu dekat kepada-Nya dan yang secara ajaib sejak momen itu mengakui dan mengalami TUHAN sebagai Allah-Nya, di saat-saat tergenting Ia memenuhi misi-Nya harus mengalami tiga hal mengerikan: Allah jauh, kesusahan dari si jahat mendekat, tanpa ada satu pun  pertolongan.
Kiranya kita bukan sekadar memperingati kesengsaraan dahsyat Yesus demi kita ini. Kita wajib mengingat dengan takut-gentar-takjub dan kasih kepada Yesus Kristus kita yang telah menanggung semua kesengsaraan ini demi meluputkan kita dari kesengsaraan kita karena dosa. Amin.

Sabtu, 24 Maret 2018

Sengsara ditolak Sesama

Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. -- Yesaya 53:3
Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang banyak. Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya: "Ia menyerah kepada TUHAN; biarlah Dia yang meluputkannya, biarlah Dia yang melepaskannya! Bukankah Dia berkenan kepadanya?" -- Mazmur 22:7-9

Seruan demi seruan mengungkap kedahsyatan penderitaan lahir-batin yang dialami sang hamba yang menderita. Satu per satu nubuatan tentang penderitaan-Nya khususnya di Yesaya (syair hamba yang menderita -- Yesaya 49, 50, 53 -- diawali di Yes 41 dengan penyebutan "si cacing") tampil dalam seruan si penderita di mazmur ini. Dan apabila kita merenungkan seluruh mazmur ini dengan suasana sengsara Kristus sebelum-sementara-sesudah salib -- kita menyadari inilah mazmur Kristus yang menderita.
Sejatinya orang yang diurapi TUHAN, yang senantiasa memelihara diri hidup dalam hadirat dan kehendak-Nya (ingat Mazmur 16), yang dikenan TUHAN (psl 21) tetapi kini oleh orang sekitarnya ia dianggap cacing -- bukan manusia. Ingat bukan, bagaimana bahkan adik-adik Kristus sendiri menganggap Dia gila? Bahkan sebagian orang menganggap Dia kerasukan Beelzebul? Ingat berbagai olokan, hinaan keji yang Ia tanggung di hadapan pengadilan majelis agama, Herodes, Pilatus? Bagaimana Ia diludahi, ditelanjangi, disiksa dengan keji, dan saat tergantung di salib tak berdaya memang cemoohan paling menghina diteriakkan orang seperti yang dicatat dalam Lukas 23:35. Sengsara yang ditimbulkan oleh ucapan menghina ini lebih menusuk sakit melalui kulit-syaraf-otot-daging ke hati terdalam. Bukankah cemoohan dahsyat itu sesungguhnya menelanjangi kedegilan hati mereka, yang menolak Dia yang menderita karena mereka, dan Allah sendiri yang memilih melalui Sengsara Orang yang dikasihi-Nya untuk menyelamatkan umat-Nya?
Roh di dalam kita kiranya sedemikian memuliakan penderitaan Kristus untuk kita sehingga kita menjaga betul agar kata dan akta kita tidak sedikit pun mengabaikan Dia apalagi membuat orang lain menghina-menolak Dia karena kita. Amin.

Jumat, 23 Maret 2018

Mengingat-ingat Tuhan dalam sengsara kita

Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel. Kepada-Mu nenek moyang kami percaya; mereka percaya, dan Engkau meluputkan mereka. Kepada-Mu mereka berseru-seru, dan mereka terluput; kepada-Mu mereka percaya, dan mereka tidak mendapat malu.  -- Mazmur 22:4-6

Si penanggung sengsara ini kini menyebutkan tentang sifat YHWH sebagai yang kudus -- murni, tidak bercela, sama sekali beda dari ilah yang mati dan keji -- dan yang bersemayam di atas puji-pujian Israel, Ia juga menyebutkan tentang leluhurnya -- surut jauh sampai ke Abraham-Ishak-Yakub, bahkan kepada semua sebelum para leluhur Israel seperti Nuh yang dengan berseru-seru kepada YHWH menerima keluputan dan percayanya tidak dipermalukan.
Jelas ini merupakan pernyataan iman. Namun apa fungsi atau tujuan pernyataan iman ini dalam teriakan ratapan si penanggung sengsara? Ia sedang mengingatkan Tuhankah, supaya Tuhan sungguh bertindak sebagaimana yang ia imani selama ini? Atau, ia sedang mengingatkan diri sendiri bahwa dalam penderitaan mengalami Allah jauh, tidak mendengar bahkan seakan menolak dia, sesungguh-sejatinya Allah adalah kudus, beranugerah sedemikian besar hingga bersedia menyatakan hadirat-Nya di Bait dan menerima korban syukur umat yang menyembah Dia. Untuk apa ia mengingat tradisi panjang kepercayaan dan penyembahan umat yang di dalamnya ia terhisab? Sekali lagi, untuk menggugat atau menggugah YHWH-kah, atau untuk mengakarkan lebih dalam keterikatan dirinya dengan sejarah panjang kesetiaan umat dan Tuhan?
Umumnya tatkala kita mengalami beratnya tekanan hidup pemandangan batin kita akan sifat-sifat Allah menjadi keruh juga keyakinan kita akan kesungguhan kisah-kisah iman kaum percaya sebelum kita goyah melemah. Kita anggap ini manusiawi dan wajar tetapi sesungguhnya itu berbahaya bagi kelangsungan dan kesehatan iman percaya kita. Entah awal dari nas ini adalah "Padahal," "Namun," atau "Tetapi" -- yang jelas ini adalah pergumulan untuk memperdalam iman bukan untuk mencabut dan membuang iman. Dalam segala bentuk sengsara-derita-azab hidup ini ingatkanlah TUHAN dan diri kita sendiri bahwa Ia sungguh kudus adanya dan dapat dipercaya, tautkanlah diri kita ke iring-iringan orang beriman yang sungguh mengalami benar dan tepatnya beriman, memuji, menaati, mencari kelepasan dari Dia saja dan bukan goyah mencari fondasi hidup lain. Amin.

Kamis, 22 Maret 2018

Azab dan Sengsara Mesias

Allahku, Allahku, mengapa 
Engkau meninggalkan aku? 
Aku berseru, tetapi 
Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. 
Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi 
Engkau tidak menjawab, 
dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang. -- Mazmur 22:2-3


Sengsara, derita paling berat, paling menghancurkan batin adalah ketika Allah jauh, tidak menolong, tidak menjawab! Inilah yang diungkapkan Daud dalam penderitaannya yang sekaligus menjadi ilham bagi / tentang teriakan Kristus di salib jauh kemudian hari. Ia memanggil Dia dengan sebutan Allah -- El, El -- Sang Pencipta-Penguasa alam semesta -- ia menempatkan diri sebagai yang bergantung, berharap, percaya, memohon pertolongan-Nya, penyertaan-Nya, keluputan dari-Nya.
Perhatikan betapa luas GAP antara ia dan Dia dalam teriakan ratapan kesengsaraan ini -- Allah meninggalkan, kendati ia berseru Ia tetap jauh dan tidak memberikan keluputan. meskipun ia berseru-seru Ia tidak menjawab dan dalam kesengsaraan berlanjut ia tidak beroleh ketenangan batin. 
Dalam seluruh Alkitab tidak pernah ada orang yang dengan hancur hati, tulus, sungguh mencari Tuhan, memohon keselamatan yang tidak dihampiri-Nya, ditolong-Nya, disambut-Nya. Hanya di Getsemani malam itu yang doa Kristus tidak dikabulkan, dan hanya di saat Ia tergantung di salib menyerukan Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? -- tidak ada jawaban baik suara maupun tanda sedikit pun yang terjadi. Hanya gelap dahsyat di siang di Golgota itu -- Allah benar-benar meninggalkan dan jauh karena dosa-dosa umat yang ditanggung-Nya. Itulah Sengsara atas segala sengsara, namun itulah Sengsara yang akhirnya menyelamatkan segala sengsara di bumi ini.
Kita kehabisan kata-kata untuk memaparkan bagaimana yang terjadi dalam kesengsaraan Yesus Kristus sepanjang hidup dan berpuncak di salib-Nya. Hanya satu hal perlu kita tanamkan dalam-dalam -- jangan pernah menyepelekan keselamatan dari-Nya, jangan pernah menggampangkan anugerah-Nya, jangan pernah melupakan rangkaian kesengsaraan yang sudah Ia tanggung untuk keselamatan dan kelimpahan hidup kita. Betapa besar pengorbanan kasih-Nya untuk kita. Jangan pernah timbang-timbang untung-rugi untuk taat, mengasihi, bersyukur, berkarya nyata, berkorban demi kemuliaan-Nya. Amin. 

Rabu, 21 Maret 2018

Lama Asabtani

Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Rusa di kala fajar (TL: Ayalet Hasyakhar). Mazmur Daud. Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. (Mazmur 22:1-2)

Kita tentu ingat kisah bagaimana Daud ditolak, dibenci, dikejar, ingin dibunuh -- paling tidak dua kali dalam kehidupannya. Pertama oleh Saul yang merasa tersaingi dan terancam kekuasaannya, dan kedua oleh anaknya sendiri Absalom yang melakukan kudeta dan memerangi Daud. Maka latar belakang syair ratapan ini kemungkinan besar adalah salah satu dari peristiwa gelap itu. Namun demikian apabila kita selami lebih dalam suasana ditolak Allah, dibenci manusia, diolok, rasa terhina, tidak berdaya, genting terancam hidupnya, maka tidak seluruh ungkapan pengalaman gelap ratapan ini sungguh dialami Daud. Dan dengan Yesus Kristus menyerukan ayat pendahuluan ratapan ini: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku (Eli, Eli Lama Asabtani -- Yesus mengidentikkan diri-Nya dengan seruan Daud ini -- berarti juga Daud dalam sengsaranya sendiri menyerukan ratapan yang diilhamkan Roh untuk kelak jauh sesudahnya menjadi ratapan sang Mesias -- Nabi-Imam-Raja sejati yang menderita menanggung keterbuangan demi untuk mendamaikan Allah dengan manusia, manusia dengan Allah.
Ini bukan seruan ketidaksabaran, keputusasaan atau gugatan mempersalahkan Allah yang menjauhi dan meninggalkan dia. Sebab meski ia mengalami Allah membuangnya dan murka Allah mengelilingi dia dalam dan melalui berbagai sengsara itu, namun ia justru berdoa, menyebut Allah dengan Allahku, Allahku -- ungkapan hubungan percaya dan kasih yang intens dari batinnya tehadap Allah.
Penderitaan Yesus sesungguhnya tidak mungkin dapat kita selami dan pahami -- apa yang sesungguhnya terjadi pada-Nya, apa yang terjadi pada kesatuan Ke-Allah-an-Nya dan kemanusiaan-Nya, apa yang terjadi ketika tergantung di salib, ketika tiga hari tiga malam di dalam kubur, bagaimana sesungguhnya yang dimaksud dalam pengakuan iman: "mati, dikubur, turun ke dalam kerajaan maut" itu, bagaimana kematian-Nya itu menanggung murka Allah, membebaskan kita dari belenggu maut-dosa-iblis...? Akal kita, hati kita, imajinasi kita tertegun di hadapan MISTERI dahsyat! Sengsara dan kematian Yesus tidak dapat disamakan dengan sengsara Daud atau sengsara siapa pun manusia di dunia ini, termasuk bebagai penderitaan dan sengsara yang dalam berbagai bentuk dan sebabnya pernah atau sedang kita alami. Dia adalah Penderita atas segala penderita -- karena itu menatap Sengsara-Nya kita boleh mendapatkan penghiburan dan kekuatan dan pemberdayaan baru. Amin.

Sabtu, 17 Maret 2018

Kehidupan Berkelimpahan


Ya TUHAN, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku. Tali pengukur jatuh bagiku di tempat-tempat yang permai; ya, milik pusakaku menyenangkan hatiku. Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku. Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa. -- Mazmur 16:5-11


Hasil atau dampak atau akibat dari hidup dalam hadirat TUHAN, menjadikan TUHAN sendiri sebagai bagian warisan kehidupan kini dipaparkan dalam tujuh istilah. Dua yang pertama terhubung dengan keputusan Allah memberikan apa yang menjadi milik orang yang menjadikan TUHAN segala-galanya -- yaitu: bagian tersebut permai, milik pusaka dari TUHAN itu menyenangkan hati. Tiga berikutnya bicara tentang pengalaman jiwa dan tubuh, pengalaman holistik orang yang sungguh hidup dalam hadirat TUHAN, yaitu: hatiku bersukacita, jiwaku bersorak-sorai, tubuhku aman-nyaman-tenteram. Dua yang terakhir menegaskan bahwa di hadirat-Nya ada sukacita meluap-luap, di tangan kanan TUHAN ada kenikmatan senantiasa. Jelas bahwa tiga pengalaman jiwa-tubuh orang yang hidup dalam TUHAN diapit, dibungkus, dilingkupi oleh keputusan dan tindakan TUHAN untuknya serta apa yang terdapat di dalam hadirat TUHAN.

Kiranya Roh meyakinkan kita sedalam dan senyata mungkin bahwa ketujuh kata ini semuanya adalah riil, nyata, konkrit teralami bukan pengalaman abstrak, di awan-awan nanti. Istilah yang digunakan ini sama dengan orang yang mengalami keteguhan-jaminan-kesukaan-kegembiraan-kenikmatan -- seperti, bayangkan ketika orang memiliki rumah, ketika orang saling mengalami keharmonisan dengan pasangan hidupnya, ketika orang tidur nyenyak dalam kedamaian, ketika orang mengalami kepuasan dan kenikmatan waktu makan atau berhubungan seks. Ini tidak mengada-ada, tidak vulgar, tetapi memang istilah-istilah jasmani-batiniah-badani-jiwani komprehensif, holistik inilah yang dipakai di sini.


Kita sering -- kiranya TUHAN mengampuni dan menolong kita berubah -- bahwa hal-hal rohani-ilahi-saleh itu pucat-pasi, menjemukan, memberati, menyusahkan hidup. Sedangkan hal-hal kedagingan-keduniawian justru yang nikmat banget! Betapa tertipu kita oleh dosa dan dunia dan si jahat! Apabila tujuh paparan kepenuhan hidup orang yang sungguh di dalam hadirat TUHAN ini dibandingkan dengan orang yang paling mengalami kegembiraan dan kenikmatan di luar TUHAN, pasti yang di dalam TUHAN mengalami semua pengalaman jasmani-rohani penuh itu secara lebih sejati dan benar.


Dalam minggu sengsara Yesus kita diingatkan bahwa Ia rela menjadi Man of Sorrow demi kita boleh menjadi People of Peace and Joy.  Puji syukur dan persembahan hidup bagi Yesus Kristus selamanya. Amin.

Doa St Patrick -- Patron Irlandia

As I arise today,
may the strength of God pilot me,
the power of God uphold me,
the wisdom of God guide me.
May the eye of God look before me,
the ear of God hear me,
the word of God speak for me.
May the hand of God protect me,
the way of God lie before me,
the shield of God defend me,
the host of God save me.
May Christ shield me today.
Christ with me, Christ before me,
Christ behind me,
Christ in me, Christ beneath me,
Christ above me,
Christ on my right, Christ on my left,
Christ when I lie down, Christ when I sit,
Christ when I stand,
Christ in the heart of everyone who thinks of me,
Christ in the mouth of everyone who speaks of me,
Christ in every eye that sees me,
Christ in every ear that hears me.
Amen

Jumat, 16 Maret 2018

Ada Allah dalam Sengsara

Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. -- Mazmur 23:4-5
Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut -- Ibrani 2:14
Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. -- Roma 6:5

Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.  -- Mazmur 16:10

Sang Mesias yang senantiasa hidup dalam lindungan hadirat Allah dan menjadikan Dia semata dan sepenuhnya harta waris-Nya ternyata masih harus mengalami penderitaan, kesengsaraan, bahkan kematian. Itu fakta kehidupan Yesus Kristus! Nas ini oleh Roh dijelaskan dalam khotbah Petrus bahwa kendati menderita sengsara sampai mati justru di dalam saat paling gelap itulah kehadiran dan tindakan Allah dinyatakan. 
Ini bukan sengsara yang sia-sia melainkan yang memenuhi kehendak penyelamatan Allah untuk manusia. Ini bukan kematian yang semestinya dialami orang berdosa yang hidup di luar lingkup kehendak dan hadirat Allah yaitu dibuang dalam kebinasaan, melainkan adalah kematian yang menghancurkan kuasa dosa, maut dan iblis serta menerbitkan kehidupan kekal bagi banyak orang yang mengikut Dia. 
Di dalam sengsara Yesus Kristus justru penyertaan Allah dinyatakan -- Allah tidak membuang Dia; di dalam ketidakberdayaan kematian Yesus Kristus justru kuat kuasa Allah dalam menebus, menyelamatkan, meluputkan, memperbarui dan mencipta secara baru dikerjakan -- Allah tidak membiarkan Dia sampai binasa melainkan Ia bangkit dan semua yang menyatu dalam kematian-Nya ikut bangkit  bersama.Dia.
Kita para pengikut Yesus Kristus perlu menyadari bahwa penderitaan menurut kehendak Allah adalah jalan mengalami kemenangan, penyertaan Allah menuju kemuliaan kekal. Kuasa, penyertaan dan hadirat Allah bukan hanya berkuasa menghindarkan kita dari kesukaran hidup melainkan justru lebih berkuasa menyanggupkan kita melalui kesukaran dalam ketekunan dan kemenangan. No cross no crown. Roh menolong kita mempraktikkan prinsip ini dalam doa permohonan kita dan dalam sepanjang kita menjalani kehidupan dalam kehendak-Nya. Amin.


Kamis, 15 Maret 2018

Mati dan Bangkit

Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku (nefes = nafas/ jiwa-ku) ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. -- Mazmur 16:8-10
Sebab Engkau tidak membiarkan aku mati (di Sheol = dunia orang mati); orang yang Kaukasihi tidak Kaubiarkan binasa. (ay 10 -- IBS)
For You will not leave My soul in Sheol; You will not give Your Holy One to see corruption. (ay 10 -- LITV)

Komentar Petrus tentang nas ini, sbb.:
Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka. Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu. Sebab Daud berkata tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram, sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu. Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini. Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan.Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. 
Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini. Sebab bukan Daud yang naik ke sorga, malahan Daud sendiri berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu. Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus." Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita."  (Kisah Rasul 2:23-39)

Rabu, 14 Maret 2018

Hidup Utuh, Penuh, Menyeluruh

Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. (Roma 14:17)
Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; -- Mazmur 16:8-9
I have set Jehovah always before me: Because he is at my right hand, I shall not be moved. Therefore my heart is glad, and my glory rejoiceth; My flesh also shall dwell in safety. (ASV)
I have set the LORD always before me; because he is at my right hand, I shall not be shaken. Therefore my heart is glad, and my whole being rejoices; my flesh also dwells secure. (ESV)

Urutan jangan dibalik! Yang sebab jangan dijadikan akibat, yang akibat bukan sebab! Hati yang bersukadita, jiwa ("kabod" = keseluruhan keberadaan) yang bersorak sorai, tubuh yang aman-nyaman-tenteram adalah akibat. Sebab yang mesti kita cari, usahakan, pelihara adalah hidup dalam hadirat TUHAN, mengalami pemerintahan Allah atas hidup kita, menginginkan dan mendoakan serta memperjuangkan Kerajaan Allah dan kehendak Allah di dunia kita. Bahkan kita perlu sungguh menyimak spiritualitas yang dipaparkan dalam Mazmur 16 ini yang digenapi oleh sang Mesias, sebagai bingkai untuk kita menuai dampak kehidupan yang penuh sukacita, sorak-sorai dan aman-nyaman-tenteram. Ada tiga aspek akibat dari mempraktikkan hadirat TUHAN, menghidupi Kerajaan Allah atas hidup kita -- nas ini bicara tentang leb (hati), kabod (jiwa, dalam banyak terj, Inggris: "my glory," "my whole being") dan basar (daging, aspek jasmani). Dengan bahasa yang lazim untuk kita kini: ranah batin, keseluruhan keberadaan, ranah badani -- lengkap-menyeluruh-utuh mengalami sukacita, kepenuhan hidup, aman-nyaman-tenteram.
Kontras dengan masa kini ada dua: Pertama, kita lebih sering membuat kondisi finansial, kesehatan, posisi, relasi keluarga/kerja/bisnis sebagai yang utama menggantikan hadirat TUHAN dan pemerintahan-Nya atas hidup kita. Salah besar! Perlu banting stir, ubah kemudi, ubah prioritas supaya kita boleh mengalami janji-janji indah dalam nas ini! Kedua, kita sering melihat hidup ini terkotak-kotak akal budi, perasaan, kemauan, ke-batin-an, ke-daging-an satu sama lain terpisah, terbelah, dilematis (trilematis, bahkan!) dan bukan sebagai kesatuan menyeluruh yang sekaligus komprehensif. Dengan sendirinya hidup yang terbelah-terpecah bagaimana mungkin dapat mengalami sukacita, sorak-sorai dan aman-nyaman tenteram yang sejati? Ayo, kita butuh model dan pola hidup mesianis untuk mengutuhkan dan memadukan hidup kita yang kompleks ini. Oleh kuasa penebusan-Nya, penguatan pendampingan-Nya serta model kehidupan-Nya untuk pembanding terpercaya kita seutuhnya boleh mengalami kepenuhan hidup. Amin.

Selasa, 13 Maret 2018

Menghidupi Hadirat-Nya

Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. -- Mazmur 16:8
I have set the LORD always before me; because he is at my right hand, I shall not be shaken. (ESV)
I did place Jehovah before me continually, Because--at my right hand I am not moved. (YLT)
I am always aware of the LORD's presence; he is near, and nothing can shake me. (GNB)

Sejak manusia jatuh dalam dosa hadirat TUHAN tidak lagi dapat dialami manusia sebab kekudusan dan keberdosaan saling bertolakan. Manusia bukan saja diusir dari hadirat TUHAN, dosa malah membuat manusia menjauh dari Dia. Bahkan sesudah orang percaya kepada Yesus Kristus dan dipulihkan status dan haknya untuk berhubungan dengan Allah sebagai anak dan Bapa, dan sang Imam Besar Agung -- Immanuel -- berjanji akan menyertai selama-lamanya, masih saja hadirat-Nya belum sepenuhnya menjadi pengalaman kesukaan kita. Salah satu sebabnya adalah karena kita lebih mantap akan kesanggupan sendiri ketimbang campur tangan Tuhan, kita lebih suka otonom ketimbang mengandalkan pihak lain kendati itu adalah TUHAN. Inilah salah satu bekas dosa yang mengakar yang perlu dengan sadar kita tolak.
Satu-satunya manusia sejati yang sungguh secara sadar menempatkan YHWH dalam lingkup kesadaran dirinya adalah Sang Mesias. Penyertaan TUHAN Allah tidak dianggap-Nya gampangan atau memang sudah semestinya, melainkan Ia sendiri pun secara sadar menjadikan hadirat Allah sebagai pusat perhatian-Nya, tujuan-Nya, andalan-Nya, sumber dari segala yang Ia butuhkan sepanjang karier-Nya sebagai Mesias. Bukan saja Ia menjadi tangan kanan Allah, Allah pun ditempatkan-Nya senantiasa -- bukan sewaktu-waktu pada waktu kepepet, pada waktu ada keperluan tertentu  -- di sebelah kanan-Nya -- gambaran kehormatan dan perlindungan. 
Karena Ia senantiasa hidup aktif dalam hadirat Allah, Ia layak menjadi penyelamat, penyembuh, pelindung, pembaru, penyerta kita senantiasa. Karena ada rintisan keteladanan-Nya yang berhasil penuh hidup dalam hadirat Allah, kita memiliki teman yang mendampingi kita senantiasa agar kita pun -- melalui manfaat karya-Nya dan teladan hidup-Nya -- boleh hidup senantiasa dalam hadirat Allah. Oleh Dia dan seperti Dia hendaknya kita beriman aktif menempatkan Allah di pemandangan kesadaran kita. Amin.

Sabtu, 10 Maret 2018

Teladan Keimamatan Unggul

Pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. -- Lukas 6:12
Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka. Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga -- Ibrani 7:25-26

Ya TUHAN, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku. Tali pengukur jatuh bagiku di tempat-tempat yang permai; ya, milik pusakaku menyenangkan hatiku. Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku. -- Mazmur 16:5-7


Mazmur ini juga menggambarkan keimamatan Yesus yang mengungguli keimamatan kaum Lewi. Kita ketahui bahwa dari 12 suku bani Israel semua mendapatkan bagian tanah waris mereka berdasarkan ketetapan Tuhan Allah kecuali satu yaitu suku Lewi dan para imam di dalamnya. Mereka ditetapkan untuk sepenuhnya menjadi pelayan Allah dalam penyelenggaraan ibadah di Bait. Mereka tidak memiliki tanah dan warisan dan sumber nafkah. Fokus dan konsentrasi mereka penuh pada Allah saja. Rejeki mereka adalah berkat yang datang dari pengaturan Tuhan agar suku-suku lain berbagi kebutuhan hidup mereka antara lain dengan memberikan persepuluhan.
Jauh melebihi kebergantungan akan kebutuhan hidup orang Lewi dan para imam Perjanjian Lama, Yesus Kristus hidup sepenuhnya untuk mengasihi, melayani, mengutamakan Allah saja dalam kehidupan-Nya. Ini nyata dari seluruh segi hidup-Nya antara lain dari kehidupan doa-Nya, dari bagaimana Ia bahkan melebihi "burung yang punya sarang dan serigala yang punya liang tetapi Ia tidak memiliki alas kepala untuk membaringkan kepala-Nya," dari bagaimana Ia tidak memperkatakan apa pun kecuali yang diberikan TUHAN kepada-Nya.  TUHAN Allah saja warisan, piala kesukaan, penentu mutlak bagaimana Ia hidup, sumber energi untuk Ia sanggup mengasihi dan melayani tanpa pandang orang, sumber otoritas untuk Ia menyatakan kebenaran sesuai norma Allah dan sesuai kebutuhan pendengar, sumber energi untuk Ia memiliki kuat dan kuasa mewujudkan pemerintahan dan kehendak Allah ke dalam dunia ini. 
Dari keimamatan Yesus Kristus kita diyakinkan bahwa Allah mutlak terpercaya untuk keselamatan kekal kita juga untuk keselamatan sementara di bumi ini bagi jiwa-tubuh kita dengan segala kebutuhan dan problemanya. Kita bersyukur boleh belajar dari sang Imam Besar Agung yaitu Yesus Kristus untuk tidak mengikatkan diri atau menggantungkan diri kepada benda atau materi atau jabatan atau pujian/penerimaan/pengakuan orang melainkan kepada TUHAN Allah saja. Sang Imam Yesus Kristus bukan saja memungkinkan kita diterima Allah apa adanya tetapi juga menyanggupkan kita untuk menjadikan hidup ini suatu persembahan yang hidup yang kudus dan berkenan kepada Allah. Amin.

Jumat, 09 Maret 2018

Spiritualitas Yesus Kristus

Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung. Aku berkata kepada TUHAN: "Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau!" Orang-orang kudus yang ada di tanah ini, merekalah orang mulia yang selalu menjadi kesukaanku. Bertambah besar kesedihan orang-orang yang mengikuti allah lain; aku tidak akan ikut mempersembahkan korban curahan mereka yang dari darah, juga tidak akan menyebut-nyebut nama mereka di bibirku.  -- Mazmur 16:1-4

Dalam kepenuhan Roh Kudus di hari Pentakosta Petrus berkhotbah tentang kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, salah satunya dengan merujuk ke Mazmur 16 ini  Meski yang diunjuk Petrus adalah ayat 5-11 namun tepat kita perlakukan keseluruhan mazmur ini sebagai bicara tentang Yesus Kristus yang menjadi penggenap penuhnya. 
Ayat 1-4 ini dapat kita katakan menyingkapkan spiritualitas hidup Yesus Kristus -- bagaimana Ia berlindung kepada Allah, bagaimana Ia bersuka akan umat pilihan Allah, bagaimana Ia menjaga kehidupan-Nya berjalan dalam kekudusan.
Tentang perlindungan, ada hubungan timbal balik antara tindakan aktif Yesus Kristus berlindung kepada Allah dan perlindungan aktif Allah atas-Nya. Perlindungan Allah sangat tampak sejak dari peristiwa pembantaian bayi-bayi di zaman Herodes, perlawanan si iblis yang mencobai, menantang, bahkan usaha menyimpangkan Yesus dari rencana Allah, juga dalam berbagai bentuk sengsara yang Yesus terima dari orang banyak yang menghina, mengejek, menolak, memfitnah bahkan ingin membunuh Dia. Tetapi secara aktif Ia berlindung kepada Allah, menjaga hubungan intens dengan-Nya, memupuk kehidupan doa, pengisian firman-firman, melakukan hanya dengan arahan Allah pada momen Allah bagi-Nya, Ia mengalami kepenuhan perlindungan dan pemeliharaan Allah bahkan sampai ketika Ia harus disalibkan, dan dikuburkan...
Spiritualitas Yesus Kristus ini: berlindung, taat, menjaga kekudusan aktif bukan saja sumber yang menghasilkan keselamatan bagi kita -- karena dengan hidup-Nya yang layak maka kematian-Nya layak dan sanggup menyelamatkan kita -- melainkan, juga menjadi model bagi spiritualitas keseharian kita. Di minggu sengsara Yesus Kristus yang kita renungkan ini mari jadikan kebergantungan, ketaatan, kesalehan Yesus menjadi model dan pola bagi kerohanian kita juga. Amin.

Kamis, 08 Maret 2018

Tunduk dengan Takut dan Suka kepada sang Mesias

Oleh sebab itu, hai raja-raja, bertindaklah bijaksana, terimalah pengajaran, hai para hakim dunia! Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar, supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di jalan, sebab mudah sekali murka-Nya menyala. Berbahagialah semua orang yang berlindung pada-Nya! -- Mazmur 2:10-12

Untuk perbandingan:
Now therefore, O kings, be wise; be warned, O rulers of the earth. Serve the LORD with fear, and rejoice with trembling. Kiss the Son, lest he be angry, and you perish in the way, for his wrath is quickly kindled. Blessed are all who take refuge in him. )ESV)

Kesimpulan logis dari penetapan YHWH akan Anak-Nya menjadi Raja Mesias adalah tiga ayat kita kini. Para raja dan penentu roda kehidupan dunia  diperingatkan untuk bertindak bijaksana dan untuk memiliki kesediaan untuk diajar oleh sang Raja Mesias. Itu berarti semua para petinggi dunia ini diserukan untuk menyadari benar bahwa mereka ada di bawah sang Raja atas segala raja, sang Mesias yang sejatinya mengetahui seperti apa maksud TUHAN untuk keadaan dunia, Ia yang berhak menentukan seperti apa harusnya keadaan politik-sosial-ekonomi-budaya-pengembangan sumber-sumber daya manusia-pemanfaatan sumber-sumber daya alam.
Para petinggi dunia politik-sosial-ekonomi-peradilan-kebijakan didorong untuk melayani yaitu menjadikan pelaksanaan tanggungjawab mereka sebagai ibadah bagi TUHAN dan bukan untuk menyesuaikan apalagi menyalahgunakan massa. Ayat ini mengemukakan dua sikap yang paradoks yaitu takut dan sukacita yang keduanya dinafasi oleh sikap gemetar kepada sang Raja Mesias. Kemungkinan takut dan sukacita ini adalah suasana dalam ruang ibadah yang kini ditarik ke luar ke pelaksanaan tanggungjawab para penguasa di arena publik. Takut dan sukacita dengan sikap gemetar ini dipasangkan dengan mencium sang Putra yaitu Raja Mesias, yang berarti ungkapan hormat dan kasih.
Bagian terakhir nas ini sangat jelas terjadi di dalam keseluruhan kehidupan Yesus Kristus dulu, kini dan sampai kelak ketika Ia datang untuk mewujudkan sempurna Kerajaan Allah di bumi ini. Sejak dulu, kini dan apalagi kelak Ia selalu menjalankan penyelamatan bagi orang yang percaya, berharap, mengasihi, tunduk dan berlindung kepada-Nya. Tetapi kelak ketika Ia menampakkan diri sebagai Raja Hakim atas semua orang yang hidup dan yang mati, hanya orang yang sungguh semasa kehidupannya percaya-taat-melayani Dia yang akan selamat, sisanya jika terus hidup dalam pemberontakan terhadap Kehendak-Jalan-Pemerintahan TUHAN melalui Yesus Kristus. akan menerima penghakiman yang adil dan tak kenal kompromi.
Nas ini memberanikan sekaligus menantang para pengikut Kristus untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan dunia ini di arena politis-sosial-ekonomi dst. Kita tidak boleh berpangku tangan menonton pasif, tetapi dalam panggilan dan karunia yang TUHAN berikan kita perlu berperan aktif. Kita juga perlu sungguh menghidupi doa-doa syafaat yang intens untuk dunia politik-sosial-ekonomi bangsa kita. Kita perlu lebih jauh menggumuli bagaimana suara yang mengingatkan para petinggi kita untuk takut dan bersuka dengan gemetar, menghormati Raja Urapan Allah dan bukan mengabdi kepentingan golongan tertentu boleh diperdengarkan?