Sabtu, 30 Desember 2017

Pemurnian Hidup oleh Firman

Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu. Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal. -- 1 Petrus 1:22-23


Penyucian diri -- ketaatan --  kebenaran -- kasih persaudaraan -- kelahiran kembali -- firman Allah yang hidup dan yang kekal, adalah hal-hal yang tidak terlepaskan satu dari lainnya dan patut menjadi perhatian orang percaya bahwa semua ini sungguh menggeliat kuat dan nyata dalam kita.



Di akhir tahun anugerah Tuhan 2017 ini mari kita merenungkan beberapa hal vital berikut:
1. Seberapa sungguh saya berjuang memiliki hidup yang murni dari hati yang sungguh mencintai kebenaran dan tidak menyukai kesalahan dan dosa dari pola hidup lama saya? (Catatan: di sini Petrus tidak memakai kata pengudusan seperti di ayat 1, tetapi pemurnian). Seberapa murni hati dan motif saya dalam setiap tindakan di berbagai lingkup kehidupan saya?


2. Bagaimana dengan kerinduan saya membaca, merenungkan, menghafal/menyimpan, mempraktikkan isi Alkitab sepanjang tahun ini? Apakah jatuh bangun kita dalam kesucian dan kemurnian disebabkan tidak cukup gairah kita dalam mengembangkan pergaulan akrab dengan firman Tuhan?


3. Sungguhkah pengetahuan kita akan kebenaran, kesejatian iman bahwa kita anak-anak Allah karena dilahirkan kembali oleh Roh mewujud nyata dalam sikap kita berkomunitas -- kasih persaudaraan, sikap kita dalam bergereja, sikap kepada yang secara manusiawi ditinggikan dan/atau direndahkan di dalam gereja, sikap kepada yang menurut standar kebenaran kita tidak termasuk golongan kita?
Doa: ...............

Jumat, 29 Desember 2017

Tertuju kepada Allah

Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir. Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah. -- 1 Petrus 1:20-21

Baik tatkala iman kita kuat atau lemah, saat kita menikmati hubungan akrab dengan Tuhan atau Ia terasa jauh, -- berfokuslah pada misteri penyelamatan seperti yang dipaparkan Petrus ini. Berfokuslah pada pemilihan Allah yang penuh anugerah-kasih-hikmat dan berdaulat, ingatlah Yesus Kristus yang dipilih-Nya untuk menjadi Juruselamat kita dengan jalan mati dan bangkit untuk kita, lihat dan resapi dalam-dalam kerelaan Yesus, kedahsyatan kuasa Allah dalam membangkitkan Yesus dan bagaimana di dalam dan melalui semua misteri anugerah demikian agung kita dimasukkan ke dalam-Nya. 
Iman dan pengharapan kita bukan didasari pada kelayakan diri kita atau berbagai kondisi moral-spiritual kita melainkan sepenuhnya pada tindakan penyelamatan dari Allah dalam Yesus Kristus. Tekanan dunia sekitar yang menghendaki kita berkompromi, beradaptasi, membunglon dengan dunia ini niscaya dapat kita atasi oleh iman dan pengharapan yang sepenuhnya dihayati dalam perspektif kekal ini. 
Ketika kita merasa tinggi dan kuat dalam kerohanian bersyukurlah bahwa itu adalah buah karya Dia semata; atau ketika kita merasa rendah dan kehabisan tenaga rohani bersyukurlah dalam iman dan harap bahwa Ia telah melakukan segala yang perlu untuk kita bangkit dan maju lanjut bersama Dia. Dalam segala segi dan keadaan hidup hendaknya kemuliaan-Nya kita hayati dan nyata ke sekitar. Amin.

Kamis, 28 Desember 2017

Nilaii Tebusan Kita

Kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. -- 1 Petrus 1:18-19

Nilai orang percaya, harga keselamatan kita, tebusan yang memerdekakan yang menghasilkan perubahan status dan hubungan anak-Bapa dengan Allah, itu luar biasa mahal tak terbilang. Harga tebusan untuk kita yang sesungguhnya telah hidup sia-sia adalah darah Yesus Kristus sendiri yang menjadi domba Allah tersembelih untuk orang percaya. Dalam tindakan penyelamatan ini bukan saja Yesus Kristus yang berkorban dan menderita Allah Bapa pun menderita karena rela mengorbankan Anak Tunggal-Nya sejati demi supaya boleh berbagi Ke-Bapa-an-Nya dengan kita orang percaya, anak-anak angkat-Nya dalam Yesus Kristus. Sebab, Bapa mana bisa tidak menderita dan ikut merasakan kesengsaraan anaknya ketika anaknya menjalani semua itu? Juga, bagaimana Roh yang sepanjang hidup Yesus Kristus ada bersama dengan-Nya tidak ikut menderita bersama Dia ketika Ia diejek, ditolak, difitnah, dihina, dijadikan domba korban? 
Sisi lain yang perlu kita ketahui adalah betapa dahsyatnya pertukaran status dan kenyataan diri yang Yesus Kristus hasilkan bagi kita orang yang menaruh percaya kepada-Nya -- dari menjalani hidup sia-sia berubah menjadi hidup yang dimerdekakan jauh lebih mahal tak terhingga melebihi upeti atau tebusan yang lazim dipakai untuk menebus para budak zaman itu, yaitu emas dan perak yang mahal. Petrus menunjuk kepada kehidupan sia-sia yang orang warisi melalui proses adat-istiadat dan tradisi nenek-moyang yang oleh darah Kristus telah dihancurkan kekuatan ikatannya dari orang percaya. Mengingat jemaat penerima surat Petrus adalah campuran Yahudi dan bukan Yahudi yang di perantauan, maka kehidupan sia-sia di sini merujuk baik ke kehidupan immoral seperti kemabukan, percabulan,pesta pora, keserakahan, dsb., juga kepada spiritualitas salah keagamaan legalis-formalitas-ritualistis hampa dan tidak murni dari hati yang mengenal Tuhan. 
O Tuhan betapa ajaib kasih-Mu, betapa besar pengorbanan-Mu, betepa tak terbilang harga yang harus Kau tanggung demi untuk memerdekakan kami dari kehidupan yang sia-sia.
O Tuhan, berapa bersyukur kami atas nilai mulia yang Kau berikan untuk kami. Kami jauh melebihi emas-perak, takhta, pencapaian ambisi, gemerlap duniawi apa pun, sebab hidup kekal-Mu, nyawa-Mu sendiri adalah nilai tebusan kami. Terima kasih, syukur bagi-Mu ya Allah Bapa-Anak-Roh Kudus selama-lamanya.
O Tuhan, kami ingin sadar perlunya kami tahu semua kebenaran hebat ini, dan menyimpan menjadikannya akar-akar kehidupan dalam pola hidup keagamaan, keseharian, kekeluargaan, pergaulan, pertetanggaan, pekerjaan, moralitas kami. 
Demi Yesus Kristus, Anak Domba Allah yang Menang. Amin. 

Rabu, 27 Desember 2017

Bapa dan Hakim

Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini. Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. -- 1 Petrus 1:17-19

Untuk orang di luar Kristus, Allah adalah Hakim yang adil dan menakutkan. Hanya untuk orang yang percaya penuh dalam Kristus terjadi perubahan status dan relasi yang memungkinkannya menyapa Allah sebagai Bapa, sebagaimana Yesus menyapa Bapa-Nya. Untuk orang Kristen keturunan hal memanggil Allah Bapa ini mungkin kurang disadari kedahsyatannya. Dalam buku I Dared to Call Him Father, Begum Bilquis Sheikh yang berasal dari keluarga muslim berpengaruh di negara asalnya, sesudah melewati berbagai gumulan hidup, penglihatan supernatural, berdoa kepada Allah dengan dua kitab di tangannya -- Allah yang di kitabnya atau di Alkitab -- yang adalah Allah sejatinya. Jawaban yang ia terima ialah "di kitab yang di dalamnya engkau menjumpai Aku sebagai Bapa." 
Tentu menghayati Ke-Bapa-an Allah beda dari Ke-Hakim-an Allah -- yang pertama suasana akrab, yang kedua suasana takut. Yang pertama taat karena hormat dan mengasihi, yang kedua taat terpaksa dan kemungkinan besar hanya lahiriah dan bukan dari hati murni sejati. Petrus menegaskan bahwa dalam kehidupan orang Kristen di keseharian sebagai pengembara di dunia ini, kita harus memiliki penghayatan akan kedua kebenaran ini. Allah adalah Bapa yang juga Hakim, Hakim yang juga Bapa bagi kita orang percaya. Maka ketaatan dan kekudusan kita adalah karena adanya relasi baru kekeluargaan yang intim dan hormat yang sekaligus juga bersuasana takut dan gentar.
Akrab dan takut yang sehat dimungkinkan oleh anugerah Yesus Kristus yang telah menebus kita dengan darah-Nya yang tak bernoda dan bercela. Dalam lagu Amazing Grace di bait 2, kebenaran tentang dua semangat takut ini dilagukan dengan indahnya: 
’Twas grace that taught my heart to fear /  And grace my fears relieved / How precious did that grace appear / The hour I first believed! 


Selasa, 26 Desember 2017

Kudus Seperti Yesus

Hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. -- 1 Petrus 1:15-16

Saudara-saudara yang kudus dan yang percaya dalam Kristus di... -- Kolose 1:2

Kudus dan kekudusan menurut pengertian Alkitab menunjuk kepada dua hal. Pertama, kepada hakikat, Untuk Allah berarti Allah terpisah dari semua yang adalah ciptaan-Nya. Ke-Allahan-Nya membuatnya beda, terpisah dari semua yang tidak ilahi atau sehakikat dengan diri-Nya. Kedua, kepada sifat moral Allah yang murni, tidak bercacat, tanpa dosa, transparan dari perbuatan yang kasat mata sampai ke motif di inti diri terdalam, Ia sungguh suci, murni, indah, benar, adil, mulia, dst. 
Arti pertama tentu tidak dapat dialami oleh manusia percaya, namun dalam segi bahwa kita tidak sama dengan orang yang tidak percaya karena kita telah dimiliki oleh Yesus Kristus yang telah membeli kita dengan darah-Nya yang mulia, kita memang dipisah, dikhususkan, dibedakan, dan adalah "orang-orang kudus" di Jakarta, Surabaya, Medan, Palangkaraya, Bima, Makasar,Sentani, dst. Atas dasar jatidiri baru inilah kita dipanggil untuk memiliki tindak-tanduk moral-spiritual yang murni, tembus pandang luar-dalam, serasi tindakan dan motivasi hati, dst.
Sudah kita telusuri bahwa sumber untuk kekudusan moral ini adalah karya penyelamatan Allah Bapa-Anak-Roh Kudus, dan bahwa cara untuk kita menguduskan diri ialah dengan berserah aktif kepada operasi pengudusan oleh Tritunggal Kudus. Satu hal lagi yang perlu untuk kita akarkan dalam kedalaman hidup kita ialah kepada pola kekudusan mana kita harus menyesuaikan diri? 
Satu-satunya yang sepenuhnya mencerminkan kesamaan dengan sifat moral-spiritual kudus Allah Bapa adalah Yesus Kristus. Ia kudus dalam arti menaklukkan diri kepada rencana Bapa di surga yang berkonsekuensi Ia harus mengosongkan diri, merendah menjadi sama dengan manusia (Filipi 2:5-11) -- inilah kekudusan dalam wujud ketaatan. Sejak kecil Ia mengobarkan pendedikasian diri untuk melakukan kehendak Bapa di surga, sebagaimana ucapan-Nya kepada Maria (Lukas 2:49). Ia kudus dalam arti membenamkan diri dalam kebenaran firman yang menyebabkan Ia dapat menolak ide-ide licin si jahat ketika Ia dicobai olehnya dan menundukkan diri kepada arti sebenarnya dari masing-masing firman. Ia kudus dalam arti begitu penuh dengan pancaran kasih rahmat kepada orang yang membutuhkan berbagai pelayanan-Nya namun hubungan doa-Nya dengan Bapa tidak didiskon karena kesibukan pelayanan yang sangat menuntut tersebut. Ia kudus tanpa takut dinajiskan baik oleh penyakit jasmani seperti kusta maupun oleh penyakit moral-spiritual para pemungut cukai dan pelacur, melainkan kekudusan-Nya yang membuat Ia menyentuh, menyambut, merangkul justru menyembuhkan berbagai penyakit tersebut. Ia kudus penuh memberikan perhatian kepada semua kalangan temasuk anak-anak yang relatif tidak penting dalam penilaian kebanyakan orang dewasa dulu dan kini juga. Ia kudus sampai memiliki amarah ilahi mengobrak-abrik perdagangan serakah bermotif agamawi di Bait Allah, bahkan mencela keras para tokoh agamawi masa itu sebagai ular beludak, kubur berkapur putih berisi tengkorak, dst. 
Jadi bagaimana kita boleh memiliki kekudusan sedemikian? Dengan meniru moralitas-spiritualitas Yesus Kristus. Dengan menyatu dalam persekutuan yang akrab dengan-Nya, sehingga kita di dalam Dia dan Ia di dalam kita -- dan dalam relasi seperti ini kita melakukan firman-firman-Nya sambil pada saat sama energi hidup-Nya mengalir-memancar di dalam dan melalui kita.

Sabtu, 23 Desember 2017

Menjadi Kudus

Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. -- 1 Petrus 1:14-46


Bagaimana kesan dan pengalaman nyata kita memenuhi panggilan untuk hidup kudus? Sepertinya berat "menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu", bukan? Apalagii menjadi kudus "sama seperti Dia yang memanggil kita kudus adanya". Terasa muskil bukan?
Berat dan muskil menjadi kudus mungkin sekali disebabkan oleh keliru cara berjuang dan berpikir kita tentang kekudusan.
Perintah untuk kudus ini menjadi bagian dari perikop yang diawali dengan "sebab itu", artinya semua kebenaran tentang perbuatan penyelamatan Allah berakibat pada prinsip, tindakan dan pengalaman di pihak kita yang serasi dengan apa yang telah Tuhan lakukan. Apa yang telah Tuhan lakukan itu?: - Bapa memilih kita menjadi milik-Nya, - Roh menguduskan kita supaya taat, dengan jalan - memercik kita dengan darah Kristus. Tindakan penyelamatan Allah atas kita juga menghasilkan berbagai perubahan dahsyat di dalam keberadaan terdalam-paling sejati kita: - kita dilahirkan kembali oleh kebangkitan Yesus, - kita dimasukkan ke dalam pengharapan yang hidup, dan - kita diberi prospek terjamin 100% pasti untuk menerima warisan kekal yang tidak dapat binasa-cemar-layu. 
Jadi, sesungguh-sungguhnya perjuangan untuk kudus bukan menghasilkan sesuatu yang tidak ada dalam diri kita, bukan berjuang keras untuk beroleh perkenan dan bantuan Allah, bukan perjuangan diri yang menyukai dosa untuk melawan dosa yang kita sukai. Perjuangan untuk kudus berarti berserah-membuka diri-mempersilakan-menuruti semua yang telah Allah karuniakan dalam tindakan-tindakan-Nya untuk penyelamatan kita. Dosa, hawa nafsu, keduniawian dlsb. adalah masa lalu, diri lama kita, bukan lagi diri sejati kita. Kekudusan, sifat Bapa surgawi kita, pola dan perilaku yang sesuai panggilan Allah dan warisan kekal yang Ia sediakan, adalah sungguh diri sejati kita yang baru. Maka fokus dalam perjuangan untuk kudus tidak kita arahkan ke hal-hal yang ingin kita buang, tetapi pada kebenaran limpah proses pembaruan Tuhan dalam diri kita. 
Dalam ketaatan dan kekudusan yang dihayati sebagai sikap berserah kepada anugerah dan membuka diri selebar dan sesungguh mungkin kepada arus kuasa pengudusan dari Allah, kita mengalami kekudusan menjadi hal yang menyukakan, sungguh serasi diri sejati kita, dan adalah hal yang justru sangat mungkin terwujud.

Jumat, 22 Desember 2017

Alasan dan Sasaran Pengharapan

Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus. Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. -- 1 Petrus 1:13-16

Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir -- Ibrani 6:19

Pengharapan adalah unsur sangat vital yang memungkinkan orang memiliki kehidupan yang bagaikan pohon tumbuh sehat berakar dalam, bagaikan kapal tak terombang-ambing oleh badai kehidupan, bagaikan pendaki gunung yang didorong oleh aliran energi pantang henti dan menyerah. Pengharapan membuat orang sanggup berjuang melawan penyakit terminal, pengharapan memungkinkan orang bangkit dari kegagalan/kejatuhan dan mencoba kembali, pengharapan menyebabkan orang percaya sanggup melihat bahkan mengalami kehidupan sesuai janji-janji kekal Allah melampaui sikon buruk sementara di kekinian.
Pengharapan Kristen memiliki kekhasan yang membedakannya dari pengharapan bukan Kristen. Pengharapan orang yang di luar Kristus bisa disebut sebagai pemompaan semangat, angan-angan, bersifat "ke-semoga-an", maksudnya tidak didasarkan pada hal-hal pasti di luar diri manusia yaitu di dalam karya-karya penyelamatan Bapa-Anak-Roh Kudus bagi umat-Nya. Pengharapan Kristen bersifat objektif bukan subjektif demikian, pasti bukan harapan kesemogaan yang boleh jadi hanya khayalan kosong.
Jelas nas ini harus kita baca dalam latar ayat-ayat sebelumnya yaitu tentang hal-hal yang dinubuatkan para nabi dan ditonton para malaikat menyangkut adegan-adegan dahsyat mulai dari pemilihan karena kemahatahuan Allah, pemercikan darah Kristus yang membangkitkan ketaatan dan pengharapan yang hidup dalam orang percaya dan pengudusan hidup oleh Roh Kudus. Pengharapan Kristen di kekinian betapa pun sulitnya hidup didasari ke fondasi penyelamatan oleh Yesus Kristus di masa lalu -- dan ini sesuatu yang pasti karena sudah terjadi secara historis -- dan difokuskan kepada warisan kekal yang tidak dapat binasa-cemar-layu di kemuliaan kelak. Dan, meski penyataan penuh kemuliaan anugerah dari Yesus Kristus itu baru kelak kita masuki, terima dan alami, namun dalam pengharapan yang sepenuh-penuhnya dan dengan akal budi yang berikat-pinggang (demikian arti harfiah yang Petrus pakai, menunjuk pada sikap akal budi yang selalu siaga dan siap bertindak seperti dalam orang yang sedang berziarah atau prajurit dalam medan perang), kemuliaan masa depan itu sudah dan sedang terus kita alami sebagai proses pengharapan yang memberi energi juang-maju-raih-kudus.
Jika energi kerohanian kita melemah, periksa seberapa penuh, murni, tepat pengharapan kita seturut ayat-ayat sebelum ini.

Rabu, 20 Desember 2017

Poros Salib Yesus Kristus

Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat. -- 1 Petrus 1:10-12

Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. -- 1 Korintus 1:18

Bukan saja pada masa awal Kekristenan pemberitaan tentang salib dianggap kebodohan dan kelemahan, pada masa kini pun kesan sedemikian tetap kita jumpai. Orang lebih suka bicara tentang kesalehan Yesus, keteladanan moral, pengaruh spiritualitas-Nya, pengajaran-Nya yang agung ketimbang bahwa "Ia telah mati disalibkan karena dosa-dosa kita sesuai kata Alkitab." Petrus mengaiitkan tema-tema besar dan agung: keselamatan, anugerah Allah, dan tentunya dengan tema-tema yang sebelum ini sudah dibicarakan tentang pemilihan, pengudusan, pengharapan yang hidup akan warisan kekal dengan tema yang kerap kita abaikan dalam kesaksian dan pemberitaan kita yaitu penderitaan-Nya dan kemuliaan yang menyusul sesudah itu. Umpama roda, salib adalah poros dari semua tema-tema agung itu. Dan kita tahu tanpa poros roda tidak berguna. Titik api dari kedatangan Yesus, kehidupan, pelayanan, pengajaran dan semua hal lain dari-Nya ada pada salib-Nya. Salib-Nya yang menjadi cara dahsyat pelepasan kuasa Allah menjawab semua sengsara manusia karena dosa-dosa. Salib yang adalah kelemahan dan kobodohan untuk konsep agamis dan filosofis zaman ke zaman, tenyata justru adalah kekuatan dan hikmat Allah yang luar biasa. 
Maka dalam segala gumulan hidup keseharian dengan kebutuhan kita akan pengampunan, pembaruan, penguatan, hiburan, pendamaian, kebijaksanaan, energi baru untuk hidup kudus dan kasih yang melayani, dlsb., datanglah ke salib, pandanglah salib, terimalah aliran kuasa yang memancar keluar dari penderitaan-Nya.
Juga dalam kesaksian dan berbagai bentuk pelayanan kita jangan sodorkan injil moral, injil filosofis, injil spiritualitas, injil aturan keagamaan, injil sosial-ekonomi-kesehatan, dlsb. Sebab hanya Injil Yesus Kristus disalibkan sesuai isi Alkitab yang memberikan jalan keluar dari semua permasalahan sengsara manusia. Dengan poros salib Yesus Kristus inilah kita paparkan berikutnya hal berkaitan dengan segi-segi indah kehidupan Yesus seutuhnya.

Ralat: Tentang nubuatan mengenai kehidupan Yesus bukan hampir 1,400 tetapi hampir 400. Nubuatan tentang kedatangan-Nya jauh lebih banyak dan pastinya pasti terjadi sebab nubuatan tentang salib-Nya sungguh sudah digenapi. 

Selasa, 19 Desember 2017

Yesus Pusat Alkitab

yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.  -- 1 Petrus 1:10-12

Yang diselidiki dan dinubuatkan oleh para nabi adalah keselamatan, yang diwujudkan di dalam sengsara Yesus Kristus. Sesungguhnya tri-tunggal jabatan dalam Alkitab: imam-raja-nabi berbicara dengan berbagai cara tentang rencana keselamatan Allah dan penggenapannya dalam sengsara Yesus Kristus, misalnya dalam korban-korban Perjanjian Lama, berbagai upacara di tabernakel, berbagai aturan tentang hari raya, sabat, tahun sabat, tahun yobel, kewajiban membebaskan utang, kerabat penebus seperti dalam kisah Rut dan Boas, dsb. Petrus kini mengatakan bahwa kesengsaraan Yesus adalah pusat yang dibayang-bayangkan atau diantisipasi dalam semua tugas keimamatan-kerajaan-kenabian itu. Maka salib sebagai pusat dan puncak dari kesengsaraan Yesus yang menghasilkan keselamatan kekal itu menjadi perpotongan atau persimpangan antara sejarah umum dan sejarah keselamatan, CRUX / salib adalah titik genting / penentu / CRUCIAL  
Ada hampir 2,400 nubuatan tentang Yesus Kristus dalam Alkitab. Uniknya nubuat-nubuat itu bukan saja memprediksi tentang peristiwa Yesus Kristus, tetapi Yesus Kristus sendirilah penggenap semua nubuat itu. Ada sekitar 800 nubuat tentang Yesus Kristus sudah Ia genapi dalam kelahiran, kehidupan, sifat, perilaku, pelayanan, isi khotbah, proses dan cara kematian, kebangkitan, kenaikan-Nya. Masih ada sekitar 1,500 nubuat lagi yang belum digenapi tentang oleh-Nya yaitu kedatangan-Nya kedua kelak. 
Dengan petunjuk Petrus ini mari kita ubah kebiasaan kita membaca Alkitab. Jangan cari janji, perintah, ajaran, penguatan apa pun lepas dari Yesus Kristus. Ia saja pusat, penggenap isi Alkitab. Ia juga Guru, yang menjanjikan Roh-Nya untuk kita boleh mengerti isi Alkitab dengan benar. Beri juga proporsi yang sewajarnya antara menengok ke belakang ke masa lalu yang telah Ia genapi dengan ke masa depan yang masih akan Ia genapi. Jumpai Yesus bukan sebagai pemberi sukses, guru moral, teladan spiritualitas, dlsb., tetapi sebagai Yesus -- Nama-Nya berarti Ia adalah Juruselamat, Kristus -- jabatan-Nya sebagai Imam-Raja-Nabi sejati, Immanuel -- Yang adalah Kehadiran Allah sendiri / Pewujud Kerajaan Allah ke tengah-tengah kita, Singa Yehuda yang Menang -- yang kita harap-harapkan kedatangan-Nya untuk merampung seluruh karya keselamatan-Nya. Amin. Maranatha.

Sabtu, 16 Desember 2017

Pentingnya Perjanjian Lama

Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.  -- 1 Petrus 1:10-12
Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. -- Lukas 24:25-27

Ada beberapa hal penting dibicarakan dalam nas ini. Yang pertama adalah tentang peran para nabi meneliti / menyelidiki dan menubuatkan tentang Yesus Kristus, Kita ketahui bahwa peran para nabi dalam Perjanjian Lama luar biasa penting. Para nabi bukan saja bernubuat tentang masa di depan mereka, mereka juga mengajar-mengingatkan-menegur tentang kebenaran hukum-hukum Tuhan agar umat yang mereka layani tidak menyimpang dari jalan TUHAN Allah.

Seiring dengan peran tersebut para nabi juga bernubuat tentang sang Mesias yang akan memberikan keselamatan kepada umat Tuhan. Mereka bukan saja diberikan kata-kata nubuat itu oleh Roh Kristus, mereka juga memiliki keinginan kuat untuk mengetahui kapan hal-hal yang mereka nubuatkan itu akan terjadi, bahkan dengan kerinduan besar mereka menyelidiki hal itu. Hal menyelidiki ini bukan saja bicara tentang usaha dan tenaga tetapi juga tentang kesinambungan sejarah nubuatan di Perjanjian Lama. Artinya, tentu para nabi-nabi yang kemudian menyelidiki nubuat-nubuat para nabi sebelum mereka, atau lebih jelasnya rangkaian nubuat-nubuat sejak yang disebut sebagai proto-evangelium di Kejadian 3:15 mengalir runtut melalui para nabi di Kitab Kejadian (Set, Henokh, Nuh, Abraham dst.), ke Musa di Keluaran, ke para nabi zaman kerajaan, ke para nabi pra-pembuangan ke para nabi pasca-pembuangan berfokus dan sampai genap dalam kelahiran-kehidupan-kematian-kebangkitan-kenaikan Yesus Kristus.

Jadi, Perjanjian Lama sangat penting untuk kita baca dan ketahui sebagai latar bagi Perjanjian Baru dan menjadi akar-akar sehat dan kuat bagi penghidupan iman-harap-kasih kita kepada Yesus Kristus. Jika para nabi demikian bergairah meneliti firman-firman di Perjanjian Lama, apakah kita lebih lagi menghargai dan merindu untuk mengerti firman-firman yang keluar melalui para nabi untuk kedalaman penghayatan kita masa kini?

Jumat, 15 Desember 2017

Arti Konkret Keselamatan

Kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu. -- 1 Petrus 1:9



Apakah yang dimaksud dengan keselamatan? Bagaimana isi atau wujud keselamatan yang menurut Petrus sudah kita capai kini tersebut nyata dalam pengalaman kita?
Keselamatan memiliki beberapa sinonim seperti: kelepasan, keluputan, keamanan, kesembuhan, kepulihan. Lebih luas dan komprehensif ketimbang yang biasanya kita mengerti, yaitu hanya sebagai pengampunan dari murka Allah dan hak masuk surga. Apabila kita kaitkan dengan beberapa ciri orang percaya menurut Petrus -- dipercik darah Kristus supaya taat kepada-Nya, dikuduskan oleh Roh, dilahirkan baru ke pengharapan yang hidup untuk menerima warisan kekal -- maka keselamatan dapat kita pahami sebagai kelepasan dari semua hal yang merusak tubuh-jiwa kita dan pembentukan kekudusan agar layak memasuki kemuliaan kekal kelak.
Mari kita lekatkan ini ke dalam berbagai aspek keseharian kita berikut ini:
Bagaimana dengan proses perubahan sifat dosa kita ke sifat Kristus? Misalnya: tidak peduli menjadi kasih, murung .--> sukacita, khawatiran --> damai sejahtera, kikir -->  kemurahan, bosanan --> kesetiaan, kasar -->  kelemahlembutan, temperamental --> penguasaan diri?
Bagaimana dengan dosa-dosa laten ciri diri kita masing-masing? Rakuskah? Mudah marahkah? Lidah tak terkendalikah? Serakahkah? Sombongkah? Nafsu sekskah? Nafsu makankah? Nafsu kememewahankah? Haus pujiankah? Materialistiskah?  ...
Bagaimana kita dalam kehidupan ekonomi-sosial? Curangkah dalam relasi bisnis? Korupsi waktukah dalam kerja? Tidak adilkah dalam perlakuan ke bawahan? Penonjolan dirikah dalam pelayanan? Asal-asalankah dalam pekerjaan / pelayanan?...
Singkat kata mari kita hayati keselamatan tidak saja dalam artian rohani sebagai keluputan dari murka Allah dan hak masuk surga, tetapi sebagai perubahan hidup dari semua akar dan dampak kejahatan dan ketidakbenaran, mulai dari sifat, angan-angan, cita-cita, sampai ke motif di akar perilaku ekonomi-sosial kita sehari-hari. Tuhan menghendaki kita kudus rohani-pribadi-gerejawi-ekonomi-sosial sebagaimana layaknya orang-orang yang dipilih untuk warisan yang tidak dapat binasa-layu-cemar kelak Amin.

Kamis, 14 Desember 2017

Keselamatan -- Kini dan Kelak

Kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir....kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu. -- 1 Petrus 1:5, 9



Dua ayat yang berbicara tentang keselamatan ini menimbulkan beberapa pertanyaan. Sesungguhnya keselamatan itu kini masih kita nantikan untuk dinyatakan di zaman akhir, atau sudah kita capai sekarang ini? Apakah keselamatan hanya menyangkut jiwa dan tidak mencakup tubuh juga? 
Kita perlu memikirkan jawaban atas kedua pertanyaan ini dengan mempertimbangkan pertama, apa / siapakah manusia. Manusia diciptakan Tuhan Allah dalam keberadaan tubuh dan jiwa yang menyatu. Hanya memiliki salah satunya saja bukanlah manusia yang hidup dan utuh. Meski secara kasar dapat dibedakan namun tubuh dan jiwa saling berinteraksi sedemikian menyatu hingga tiap manusia mengalami dirinya dan dialami oleh pihak lain sebagai tubuh-jiwa yang utuh. Pengaruh dosa atas manusia pun berlaku atas manusia seutuhnya, jiwa dan tubuh kita kini membawa akibat-akibat buruk dan jahat dari kedosaan kita. Maka yang butuh diselamatkan adalah kita seutuhya, tubuh-jiwa kita harus diselamatkan. Penyelamatan dari Allah yang diwujudkan oleh kematian-kebangkitan-kenaikan-kedatangan kedua Yesus Kristus serta diimplementasikan oleh Roh Kudus pasti menjawab kebutuhan ini. Ketika Tuhan Yesus melayani di dunia ini berbagai kelepasan diberlakukan-Nya -- kelepasan dari roh-roh jahat, penyakit, kematian, dosa dan akibatnya. 
Kedua, keselamatan yang Allah kerjakan itu berproses paling tidak dari penjelmaan Putra Allah menjadi Yesus Kristus, kehidupan-kematian-kebangkitan-kenaikan-kedatangan-Nya kelak. Kenyataan keselamatan dalam diri manusia pun berproses dalam karya Roh Kudus menyatukan orang percaya  ke dalam Yesus Kristus -- ada unsur dan tahap kita beriman-bertobat sebagai respons kepada panggilan Injil, dilahirkan kembali, dibenarkan, diampuni, diangkat menjadi anak, dibasuh oleh darah Yesus, dikuduskan, diserupakan dengan Yesus Kristus dalam kita menghasilkan buah Roh sampai akhirnya pada kedatangan-Nya kembali kita dimuliakan. 
Maka keselamatan yang orang percaya alami sekarang ini adalah proses menuju tahap akhir kesempurnaan keselamatan dalam kemuliaan kelak, Namun begitu, dengan menghidupi penuh pemercikan darah Yesus, pengudusan Roh, pengharapan warisan, ujian iman, kasih dan sukacita, sesungguhnya kita sedang mengalami yang kekal dan nanti itu secara bertahap namun riil dan signifikan di sini dan kini. Kita sedang diubahkan dari kemuliaan yang satu ke kemuliaan berikutnya (2 Korintus 3:18; Yohanes 1:16). Terutama memang inilah keselamatan moral-spiritual dari jiwa kita namun dalam ajaib anugerah-Nya juga kita bisa mengalami cicipan kebangkitan tubuh nanti dalam wujud tubuh yang berfungsi baik dan sehat.

Rabu, 13 Desember 2017

Sukacita melimpah tak terkatakan

Kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir. Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu. -- 1 Petrus 1:5-9


Tiga kali dalam nas singkat ini Petrus bicara tentang sukacita -- dua kali dalam kata kerja dan satu kali dalam kata benda. Bersukacita dalam kesukacitaan yang melimpah dan tak terkatakan adalah ciri orang yang mengalami keselamatan dari Tuhan. Dari semua kondisi yang terjadi dalam diri orang, kasih dan sukacita adalah dua yang tidak dapat disembunyikan dan ditahan. Bukan saja itu, keduanya dalam orang percaya terjadi secara tidak bergantung pada kondisi natural. Kita mengasihi Kristus meskipun kita belum melihat Dia, kita bersukacita dengan sukacita melimpah yang tidak terkatakan baik di dalam kesukaran dan pencobaan maupun dalam penantian sampai keselamatan itu dinyatakan penuh. 
Bagaimana kita boleh limpah dengan sukacita mulia demikian? Jawabannya yang komprehensif adalah renungkan, selami, hayati secara mendalam oleh pertolongan Roh semua kebenaran tentang pemilihan, pemercikan oleh darah Kristus, pengudusan, kelahiran baru, warisan kekal dan kasih kepada Kristus. Jawabannya secara singkat dalam ayat 8 karena keselamatan jiwa sudah kita capai dalam kekinian percaya kita. Bagaimana mungkin yang masih kita imani dan harapkan sudah teralami kini? Itulah kenyataan yang diimplementasikan Roh dalam jiwa kita dan yang kelak secara penuh -- tubuh kebangkitan dan jiwa mulia sempurna -- masuk dalam kemuliaan kekal Allah. Dan sebagaimana dalam pengalaman keseharian ada hubungan tak terpisahkan antara sukacita dan kasih demikian pun penghidupan keselamatan kekal itu menjadi nyata di dalam kasih aktif kita kepada Kristus.
Adakah kasih dan sukacita meluap-luap dalam hati sampai tak tertahankan menggejala dalam senyum-tawa, rona wajah, memuji Tuhan penuh semangat melibatkan bahasa tubuh juga, tutur kata yang tak tahan untuk tidak menceritakan tentang kisah Yesus kepada siapa yang kita jumpai,...? Semoga kasih dan sukacita kita tidak pernah pudar oleh waktu atau kondisi hidup yang berubah-ubah. Kiranya pengetahuan doktrinal kita terhubung dengan realitas batiniah kita dan bahasa tubuh kita -- baik dalam berbagai situasi keseharian maupun dalam ibadah.

Senin, 11 Desember 2017

Keutamaan Kasih

Yesus Kristus... yang sekalipun tidak kamu lihat, kamu kasihi. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu. -- 1 Petrus 1:8-9

Sesudah memaparkan simpul-simpul indah yang sarat kebenaran dalam kehidupan Kristen -- pemilihan oleh Allah, pemercikan oleh darah Yesus Kristus, pengudusan oleh Roh Kudus, kelahiran baru oleh kebangkitan Kristus ke dalam pengharapan yang hidup, warisan kekal yang tidak dapat binasa/cemar/layu, pemurnian iman melalui kesukaran hidup dan pencobaan -- kini Petrus menyoroti mutiara indah dalam kehidupan orang percaya, kasih kepada Kristus. Di sini kita tidak dapat mengelakkan kesan kemiripan dengan Paulus tentang tiga hal penting -- iman, pengharapan dan kasih -- dan yang terutama dari ketiga hal itu, atau yang merupakan puncak dari semua kebenaran kehidupan Kristen, adalah KASIH. Ketiga kebajikan teologis ini saling menunjang, saling mengisi, saling menguatkan; namun demikian yang kini menjadi energi dahsyat dalam ketahanan, pengabdian, pelayanan dan yang kelak tetap berlangsung di kesempurnaan dan kekekalan kelak adalah kasih!
Bagaimana mereka bisa jatuh cinta kepada Yesus Kristus yang tidak pernah mereka lihat, temui, dengar, raba, dst? Karena mereka telah menerima manfaat dari pencurahan darah-Nya di salib. Karena mereka telah mengalami kuat kuasa kebangkitan-Nya bekerja dalam pembaruan moral-spiritual bahkan berbagai pengalaman keseharian mereka. Karena melalui kesaksian, khotbah, catatan yang mereka terima yang menceritakan tentang kehidupan Yesus Kristus, mereka menyadari betapa indah kepribadian dan sifat-sifat serta perilaku Yesus Kristus semasa hidup-Nya di bumi. Juga jangan kita lupakan bahwa pengalaman saling mengasihi sebagai Tubuh Kristus membuat mereka bertumbuh dalam kasih kepada Kristus. 
Dengan kata lain, kuatnya dan sejatinya  kasih Yesus menjadi pembangkit kasih mereka kepada Yesus Kristus. Dan dari kasih-mengasihi inilah meluap aliran sukacita yang mulia yang tidak terkatakan dalam kehidupan mereka,  bahkan sementara mereka sedang menderita karena Kristus. 
Sedemikian penting dan utamanya kasih kepada Kristus ini, janganlah dunia ini, perjuangan hidup, bahkan kegiatan pelayanan sekali pun menyebabkan kasih kepada Kristus menjadi lemah dan sirna.

Sabtu, 09 Desember 2017

"Api" Pemurni Iman

Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. -- 1 Petrus 1:6-7

Mengapa harus dilakukan proses pemurnian yang panjang dan berbahaya untuk mendapatkan emas yang murni? Karena logam mulia tersebut bercampur dengan arsen, antimonium, timbal, seng, tembaga, besi, telurium, and selenium. Untuk mendapatkan emas murni yang kemudian siap dicampur untuk berbagai bentuk dan tujuan yang diinginkan bahan bercampur itu perlu dibakar di dapur pemurnian dengan suhu di atas 1,000 C. Dengan cara itu berbagai kotoran terbakar menjadi gas, logam dan zat lain tersingkir, lalu dihasilkan emas lunak yang siap untuk dijadikan bahan untuk tujuan yang dikehendaki. 
Ini gambaran yang dipakai oleh Petrus untuk pemurnian iman yang harus dilalui oleh semua orang percaya. Seperti halnya api membuang kotoran dan menyingkirkan bahan lain yang tak perlu demikian juga kesukaran hidup dan berbagai pencobaan karena konsekuensi iman memurnikan iman kita. Keselamatan memang pasti, semua orang yang beriman sejati kepada Yesus Kristus karena pemilihan Allah dan pengudusan oleh Roh Kudus pasti sampai di kekekalan mulia menerima janji waris keselamatan. Namun demikian keselamatan bukan barang yang sekali dimiliki selanjutnya menjadi milik. Keselamatan adalah pemulihan hubungan dengan Pemilik kita sejati karena iman dan bahwa kita sungguh beriman dan iman itu murni tidak bercampur dengan berbagai unsur salah dan tak perlu harus dibuktikan. Dan pembuktian tentang kemurnian iman inilah yang akan memastikan di pihak kita bahwa sungguh pemilihan Allah, pemercikan darah Yesus Kristus dan pengudusan Roh memang sedang kita berlakukan dalam kehidupan ini. Dan pemurnian ini yang akan membuat kita tampil dalam kepujian, kehormatan dan kemuliaan di hari Tuhan kelak. 
Maka, kesukaran dan pencobaan karena konsekuensi iman adalah cara Allah memastikan pemurnian berlangsung kini dan di sini supaya kita layak masuk ke dalam pemuliaan yang Ia sediakan dan pelihara untuk kita.

Kamis, 07 Desember 2017

Spiritualitas Trinitarian

Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan (harfiah: kepada pengharapan yang hidup), untuk menerima suatu bagian (harfiah: warisan) yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu. Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir. Bergembiralah akan hal itu sekalipun sekarang ini .. -- 1 Petrus 1;3-6a

Perhatikan pola ke-tritunggal-an kebenaran kehidupan Kristen dalam paparan Petrus. Dalam salamnya ia mengakarkan jatidiri orang percaya pada keterpilihan oleh Allah (Bapa), pemercikan darah Kristus dan pengudusan Roh Kudus. Pujiannya menyebut Yesus dengan tiga sebutan: Tuhan (kerajaan-Nya), Yesus (Juruselamat -- keimamatan-Nya) dan Kristus (yang diurapi untuk membimbing, mengajar, menyatakan kebenaran -- kenabian-Nya). Kehidupan iman Kristen dipaparkan sebagai kelahiran baru-pengharapan yang hidup-dan beroleh warisan kekal. Warisan kekal itu bersifat tidak dapat binasa-tidak dapat cemar-tidak dapat layu. Warisan itu tersedia di sorga-dipelihara dalam kekuatan Allah-siap untuk dinyatakan di zaman akhir. Sangat mungkin dalam tindak pewahyuan Roh dalam perenungan Petrus ketika menulis suratnya ini, pola-pola trinitarian ini dijadikan bingkai kokoh-melimpah dengan kebenaan indah supaya kita boleh menghidupi kehidupan iman kita dengan mewah.
Dengan menyebut "kita" dalam pujian ini Petrus memasukkan dirinya ke dalam pengalaman kebaruan hidup berpengharapan warisan kekal ini. Kata yang dipakainya meski menggemakan "lahir dari atas" dalam percakapan Yesus dengan Nikodemus, kini memakai ungkapan lahir kembali. Dengan latar bahwa pembacanya sedang mengalami ketidakpastian karena menjadi perantau teraniaya Petrus kini menguatkan bahwa lebih dari kenyataan hidup yang sukar dan tidak pasti bahkan sementara ini, kita yang sungguh masuk ke dalam kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus, masuk ke dalam pengharapan yang hidup dengan prospek masa depan mulia beroleh warisan kekal. 
Dengan cahaya ajah, tutur kata kesaksian, daya pengabdian kita di keseharian mari pancarkan bahwa kita sungguh memiliki hidup baru penuh pengharapan berprospek warisan kekal yang teguh pasti karena bersumber pada dan dipelihara oleh Bapa-Anak-Roh Kudus. Amin.

Rabu, 06 Desember 2017

Berguna dalam Kristus

Karena itu, sekalipun di dalam Kristus aku mempunyai kebebasan penuh untuk memerintahkan kepadamu apa yang harus engkau lakukan, tetapi mengingat kasihmu itu, lebih baik aku memintanya dari padamu. Aku, Paulus, yang sudah menjadi tua, lagipula sekarang dipenjarakan karena Kristus Yesus, mengajukan permintaan kepadamu mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam penjara, yakni Onesimus -- dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku. Dia kusuruh kembali kepadamu--dia, yaitu buah hatiku--. Sebenarnya aku mau menahan dia di sini sebagai gantimu untuk melayani aku selama aku dipenjarakan karena Injil, tetapi tanpa persetujuanmu, aku tidak mau berbuat sesuatu, supaya yang baik itu jangan engkau lakukan seolah-olah dengan paksa, melainkan dengan sukarela. Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya, bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih, bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan. -- FIlemon 1:8-16

Pendekatan, imbauan, pernyataan yang Paulus lakukan untuk membimbing Filemon mengoperasikan kasih Kristen ini menggemakan apa yang telah ditempuh oleh Kristus sendiri. Demi untuk membebaskan umat-Nya dari perbudakan dosa Yesus Kristus rela tidak mempertahankan kesetaraan-Nya dengan Allah dan menempuh jalan perendahan, kehinaan bahkan penderitaan sampai mati. Paulus yang di dalam Kristus adalah rasul dan yang sebenarnya memiliki hak untuk memerintah atau menuntut Filemon mengampuni dan menerima kembali Onesimus, tidak menggunakan wewenang kerasulannya melainkan merendah -- sebagai orang yang dipenjara karena Kristus, sudah tua, meminta Filemon menerima balik Onesimus. Di samping berpijak pada prinsip persaudaraan Kristen, Paulus juga ingin agar Filemon bertindak karena kasih yang rela bukan karena paksaan. Ada dua hal baru dalam imbauannya yang melengkapi pendekatan ini. Sebagaimana Filemon telah mengalami perubahan hidup oleh injil yang diimaninya demikian juga Onesimus telah mengalami perubahan. Meski nama Onesimus berarti berguna tetapi kelakuannya yang menyebabkan ia lari dari Filemon adalah tidak berguna (Yun.: achrestos), tetapi sejak ia mengenal Christos melalui pelayanan Paulus, Onesimus sungguh telah menjadi sesuai namanya yang berarti berguna, atau memberi manfaat (Yun.: euchrestos). Perhatikan ejaan mirip antara a-chrestos, eu-chrestos dan Christos! Sejak perubahan itu ia menjadi berguna untuk Paulus di penjara. Maka dengan mengirimkan kembali Onesimus kepada Filemon sesungguhnya Paulus menempuh jalan merugi sebab ia lebih rela tidak terus dilayani demi mengupayakan pemulihan Onesimus dengan Filemon. Hal lain yang menguatkan imbauannya ialah Paulus mengajak Filemon melihat dan menilai hal-hal yang telah terjadi di masa lampau dalam perspektif penyelenggaraan Allah, yaitu pelarian Onesimus menjadi cara Allah mempertemukan dia dengan Injil melalui Paulus, supaya sesuai namanya Onesimus sungguh menjadi orang yang berguna baik kepada Paulus maupun kepada Filemon. 
Apabila Kristus sungguh di pusat kehidupan pribadi, keluarga dan gereja kita mestinya terjadi aliran-aliran pelayanan dan kegunaan di antara kita/

Keimamatan dalam Praktik Nyata

Dari Paulus, seorang hukuman karena Kristus Yesus dan dari Timotius saudara kita, kepada Filemon yang kekasih, teman sekerja kami dan kepada Apfia saudara perempuan kita dan kepada Arkhipus, teman seperjuangan kita dan kepada jemaat di rumahmu: Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu. Aku mengucap syukur kepada Allahku, setiap kali aku mengingat engkau dalam doaku, karena aku mendengar tentang kasihmu kepada semua orang kudus dan tentang imanmu kepada Tuhan Yesus. Dan aku berdoa, agar persekutuanmu di dalam iman turut mengerjakan pengetahuan akan yang baik di antara kita untuk Kristus. Dari kasihmu sudah kuperoleh kegembiraan besar dan kekuatan, sebab hati orang-orang kudus telah kauhiburkan, saudaraku. -- Filemon 1-7

Tujuan Paulus menulis surat ini kepada FIlemon adalah menciptakan pemulihan antara Filemon dan budaknya Onesimus yang telah menyebabkan kerugian materiil dan melarikan diri darinya. Bagaimana Paulus mengusahakan itu terjadi? Pertama, beda dari kebiasaannya menekankan wibawa kerasulan dalam surat-suratnya kepada jemaat-jemaat atau kepada pribadi binaannya di sini ia menyebut dirinya -- seorang hukuman karena Kristus Yesus -- dan menyapa Filemon sebagai -- yang kekasih, teman sekerja. Ini berarti Paulus tidak saja merendahkan diri tetapi memposisikan baik dirinya maupun Filemon dalam terang status baru orang percaya di dalam Kristus Yesus. Inilah prinsip teologis penting buah reformasi, yaitu keimamatan semua orang percaya. Oleh karena anugerah Yesus Kristus semua orang percaya beroleh posisi baru di hadapan Allah, dan posisi baru ini bukan saja menyetarakan semua orang percaya tetapi juga memberi tanggungjawab baru saling melayani sebagai sesama imam, sesama anggota tubuh Kristus. Kedua, dengan menyebut Timotius dan memberi salam kepada Apfia yang mungkin sekali adalah istri Filemon, dan juga Arkhipus yang mungkin adalah pemimpin di gereja rumah Filemon, Paulus menjadikan permohonan yang akan diajukannya sebagai juga hal yang menyangkut kepentingan keluarga Allah dan bukan semata isu legal. Ketiga, Paulus menyebut bahwa ia mendengar tentang kasih dan iman Filemon -- dari mana ia mendengar ini? Kemungkinan besar ini didengarnya dari Onesimus yang sesudah berjumpa Paulus lalu dilayani dan mengimani Kristus lalu menceritakan perilaku Filemon tersebut. Paulus menyampaikan harapan dan doanya untuk Filemon yaitu agar iman dan kasih itu semakin menjadi nyata dan semakin beroperasi seterusnya, tentunya terutama juga dalam kasus bagaimana ia akan bersikap terhadap permintaan Paulus untuk ia menerima kembali Onesimus dalam terang prinsip hidup Kristiani. 
Apabila terjadi hubungan retak di antara sesama orang percaya yang kita kenal, akankah kita mendamaikan mereka dengan mengingatkan, mengoperasikan dampak keimamatan-Nya dalam berbagai cara pendekatan kita?

Firman yang Murni

Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah. Engkau, TUHAN, yang akan menepatinya, Engkau akan menjaga kami senantiasa terhadap angkatan ini. Orang-orang fasik berjalan ke mana-mana, sementara kebusukan muncul di antara anak-anak manusia. -- Mazmur 12:7-9

Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah. Lagipula hamba-Mu diperingatkan oleh semuanya itu, dan orang yang berpegang padanya mendapat upah yang besar. Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari. -- Mazmur 19:8-13

Kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia. -- 1 Korintus 1:23-25


Di tengah suasana hidup keseharian yang sarat dengan kata-kata yang toxic, apa yang sungguh perlu didengar dan diperdengarkan? Kata-kata seperti stand-up comedy yang jenaka dan membuat kita terpingkal-pingkal? Kata-kata seperti para motivator yang membuat kita seakan disetrum dengan kobaran semangat untuk merenggut sukses? Kata-kata penuh data dan fakta seperti yang kita temui dari para reporter? Yang sungguh perlu kita dengar dan sebagai Kristen perlu kita perdengarkan adalah kata-kata Allah sendiri yaitu firman-firman-Nya. Firman Allah dalam Mazmur 12 diumpamakan sebagai perak teruji tujuh kali yang berisi janji-janji murni Allah untuk menghibur membangun kehidupan sesuai rancangan kekal-Nya. Dalam banyak nas Alkitab lainnya -- firman Allah diumpamakan seperti palu penghancur kekerasan hati, seperti api yang memurnikan, seperti pedang bermata-dua yang menyelidik ke dalam kerahasiaan diri, seperti cermin pembanding yang membaca keadaan kita dengan jujur, firman yang kendati realitas berubah bahkan runtuh ia tetap berjaya kekal selamanya, dst. dan puncaknya firman sang Firman yang memberi diri disalibkan lalu bangkit dan naik ke sorga -- ini sajalah yang sungguh dapat memperbaiki, memulihkan, membangun kehidupan manusia dengan benar.
Mari kita berdoa agar kehausan kita akan firman Allah semakin meningkat justru dalam keadaan kebanyakan orang lebih menyukai apa yang ia ingin dengar ketimbang apa yang ia perlu dengar. Mari kita berdoa agar dari para perpanjangan lidah Allah -- pendeta, pembina, guru agama, guru SM, orangtua -- sungguh diperdengarkan janji-perintah-wawasan-cerita-firman kuasa-injil yang sejati.