Sabtu, 04 Agustus 2018

Arti Hidup

Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku. -- 1 Korintus 13:3
Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. -- Wahyu 2:4

Bersama seluruh umat Allah, dengan semua orang dari seluruh dunia, Anda diundang untuk menghidupi kehidupan yang melampaui segala pengharapan Anda. Sendirian, bagaimana mungkin Anda pernah mengalami gemerlap hadirat Allah?
Allah terlampau cemerlang untuk dapat ditatap. Ia adalah Allah yang membutakan penglihatan kita. Kristuslah yang menyalurkan api yang menghanguskan itu, dan mengizinkan Allah bercahaya melalui-Nya tanpa menyilaukan kita. 
Kristus hadir, dekat kepada setiap orang dari kita, entah kita mengenal Dia atau tidak. Ia sedemikian terlibat dengan kita sampai Ia hidup di dalam kita, bahkan ketika kita tidak menyadari Dia. Ia hadir secara rahasia, api itu yang menyala di dalam hati-Nya, terang dalam kegelapan.
Tetapi Kristus pun seorang yang lain dari diri Anda sendiri. Ia hidup, Ia berdiri melampaui, mendahului kita.
Inilah rahasia Dia, Ia mengasihi Anda lebih dulu.
Inilah arti kehidupan Anda: dikasihi selama-lamanya, dikasihi sampai kekekalan, supaya pada gilir berikutnya, Anda berani menghidupi kehidupan Anda. Tanpa kasih, apakah artinya hidup?
Mulai kini, dalam doa atau dalam gumulan, hanya satu hal yang celaka, kehilangan kasih. Tanpa kasih, apakah gunanya percaya, atau bahkan memberi diri Anda untuk berkorban?
Pahamkah Anda? Kontemplasi dan pergumulan bangkit dari sumber yang sama: Kristus yang kasih adanya itu.
Jika Anda berdoa, itu harus dari kasih. Jika Anda bergumul untuk memulihkan martabat diri orang yang dieksploitasi, itu pun harus karena kasih.
Setujukah Anda untuk terjun ke dunia nyata? Dengan menanggung risiko kehilangan hidup Anda karena kasih; bersediakah Anda menghidupi Kristus demi orang lain?
(Roger Schutz -- Brother Roger of Taize, Parable of Community, Texts of Taize, Mowbray 1980, pp. 49-50)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar