Senin, 20 Agustus 2012

Pembentukan Yakub (1)


Kata Yakub kepada ayahnya: "Akulah Esau, anak sulungmu. Telah kulakukan, seperti yang bapa katakan kepadaku. Bangunlah, duduklah dan makanlah daging buruan masakanku ini, agar bapa memberkati aku." - Kejadian 27:19
 

Allah mengurus Yakub, cucu Abraham, dengan cara berbeda dari Ia menangani Abraham. Pertama, sekitar duapuluh tahun lamanya, Allah membiarkan Yakub menenun jejaring dusta yang rumit dengan banyak konsekuensi tak terhindari – saling tidak percaya, persahabatan berubah menjadi permusuhan, dan pengasingan diri sang pendusta. Konsekuensi dari kelicikan Yakub itu sendiri adalah hukuman Allah atasnya.

            Ketika Yakub mencuri hak dan berkat kesulungan Esau, Esau membencinya (wajar!), dan Yakub harus segera lari dari rumah. Ia pergi ke Laban, pamannya yang terbukti sama liciknya seperti Yakub sendiri. Laban memeras posisi Yakub dan mengakalinya untuk tidak saja mengawini putrinya yang cantik yang Yakub inginkan, tetapi juga yang sederhana dengan mata jelek, yang jika tidak demikian mungkin akan susah untuk beroleh suami yang baik.

            Pengalaman Yakub dengan Laban adalah kasus penipu tertipu; Allah menggunakan itu untuk menunjukkan kepada Yakub apa rasanya menjadi orang yang ditipu – sesuatu yang harus Yakub pelajari jika ia ingin putus cinta dengan jalan hidupnya yang lama. Namun demikian Yakub belum lagi sembuh. Reaksi langsungnya adalah memberi gayung bersambut; ia memanipulasi pengembang-biakan domba-domba Laban sedemikian cerdiknya, sampai ia mendapat untung sangat banyak dan kerugian besar pada majikannya, dan ini membuat Laban marah, lalu Yakub berpikir lebih baik ia pergi dengan keluarganya ke Kanaan sebelum pembalasan dendam mulai. Allah yang sedemikian jauh tidak pernah menegur ketidakjujuran Yakub, mendorong dia untuk pergi, sebab Ia tahu apa yang akan Ia lakukan kepadanya sebelum perjalanan tiba di tujuan.


Tengok kembali perlakuan Allah kepada Anda, dengan mengingat saat ketika Ia membiarkan Anda memilih jalan sendiri dan kemudian Anda harus “mencicipi” hal yang Anda “buang.”

Bapa, terima kasih Engkau sabar sementara aku jatuh bangun dalam belajar dari-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar