Rabu, 26 Oktober 2016

Mengeluh, Wajarkah?

Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: "Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?" -- Yesaya 40:27

Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik (hak) yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. -- Filipi 2:5-7

Mengeluh, menggerutu, menyesali, adalah karakteristik Israel sejak awal kehidupan mereka sebagai bangsa. Mengeluh tidak ada bawang Mesir, menggerutu ketika dikejar tentara Mesir, menyesali tidak ada air, sampai ujungnya menyalahkan Tuhan sendiri dalam kemunduran hidup pra-pembuangan. Menurut kebanyakan kita ini hal biasa, bukan hal besar bukan? Mengeluh, menggerutu, menyesali itu asesoris hidup yang perlu, begitu? Mengapa sampai Allah menegur jika mengeluh itu jamak? Apa yang salah jika kita mengeluh hak kita tidak diperhatikan Allah? Berhakkah kita bicara tentang hak di hadapan Allah, Pencipta yang Mahakudus? Padahal meski Israel bani kecil tak berarti, dan kita manusia berdosa tak layak, tetapi toh Ia menyatakan diri sebagai Tuhan bagi kita, menempatkan kita dalam ikatan perjanjian dengan segala hak keanakan yang penuh! Mengapa masih mengeluh? Mengapa tidak menempatkan kondisi bumiah sementara ini dalam perspektif sifat dan rencana kekal TUHAN Allah? Mengeluh itu bukan asesoris hidup, melainkan cerminan atau ungkapan dari sesuatu yang sakit di dasar kedalaman kita: hati yang meragukan kasih, kebaikan, rahmat YHWH (Tuhan perjanjian) dan hikmat, rancangan, kekuasaan Elohim (Allah Mahakuasa). Jika Tuhan sudah menyatakan diri-Nya, nama-Nya, kuasa-Nya, perbuatan ajaib-Nya dengan begitu melimpah, masih juga kita mengeluh... apa artinya ini? Ada apa dengan hubungan pengenalan kita akan TUHAN Allah?!!!

Ya TUHAN-ku, o Allah-ku, tolong aku berakar sehat, bertumbuh subur dalam pengenalan dan hubungan dengan-Mu hari lepas hari, sanggupkan aku untuk bersyukur. Amin. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar