Sabtu, 11 November 2017

Kasih, Menguji dan Menghajar

Sesudah itu diperintahkannyalah kepada kepala rumahnya: "Isilah karung orang-orang itu dengan gandum, seberapa yang dapat dibawa mereka, dan letakkanlah uang masing-masing di dalam mulut karungnya. Dan pialaku, piala perak itu, taruhlah di dalam mulut karung anak yang bungsu serta uang pembayar gandumnya juga." Maka diperbuatnyalah seperti yang dikatakan Yusuf. Ketika paginya hari terang tanah, orang melepas mereka beserta keledai mereka. Tetapi baru saja mereka keluar dari kota itu, belum lagi jauh jaraknya, berkatalah Yusuf kepada kepala rumahnya: "Bersiaplah, kejarlah orang-orang itu, dan apabila engkau sampai kepada mereka, katakanlah kepada mereka: Mengapa kamu membalas yang baik dengan yang jahat? Bukankah ini piala yang dipakai tuanku untuk minum dan yang biasa dipakainya untuk menelaah? Kamu berbuat jahat dengan melakukan yang demikian." Ketika sampai kepada mereka, diberitakannyalah kepada mereka perkataan Yusuf itu. Jawab mereka kepadanya: "Mengapa tuanku mengatakan perkataan yang demikian? Jauhlah dari pada hamba-hambamu ini untuk berbuat begitu! Bukankah uang yang kami dapati di dalam mulut karung kami telah kami bawa kembali kepadamu dari tanah Kanaan? Masakan kami mencuri emas atau perak dari rumah tuanmu? Pada siapa dari hamba-hambamu ini kedapatan piala itu, biarlah ia mati, juga kami ini akan menjadi budak tuanku." Sesudah itu berkatalah ia: "Ya, usulmu itu baik; tetapi pada siapa kedapatan piala itu, hanya dialah yang akan menjadi budakku dan kamu yang lain itu akan bebas dari salah." Lalu segeralah mereka masing-masing menurunkan karungnya ke tanah dan masing-masing membuka karungnya. Dan kepala rumah itu memeriksanya dengan teliti; ia mulai dengan yang sulung sampai kepada yang bungsu; maka kedapatanlah piala itu dalam karung Benyamin. Lalu mereka mengoyakkan jubahnya dan masing-masing memuati keledainya, dan mereka kembali ke kota. Ketika Yehuda dan saudara-saudaranya sampai ke dalam rumah Yusuf, Yusuf masih ada di situ, sujudlah mereka sampai ke tanah di depannya. Berkatalah Yusuf kepada mereka: "Perbuatan apakah yang kamu lakukan ini? Tidakkah kamu tahu, bahwa seorang yang seperti aku ini pasti dapat menelaah?" Sesudah itu berkatalah Yehuda: "Apakah yang akan kami katakan kepada tuanku, apakah yang akan kami jawab, dan dengan apakah kami akan membenarkan diri kami? Allah telah memperlihatkan kesalahan hamba-hambamu ini. Maka kami ini, budak tuankulah kami, baik kami maupun orang pada siapa kedapatan piala itu." Tetapi jawabnya: "Jauhlah dari padaku untuk berbuat demikian! Pada siapa kedapatan piala itu, dialah yang akan menjadi budakku, tetapi kamu ini, pergilah kembali dengan selamat kepada ayahmu." Lalu tampillah Yehuda mendekatinya dan berkata: "Mohon bicara tuanku, izinkanlah kiranya hambamu ini mengucapkan sepatah kata kepada tuanku dan janganlah kiranya bangkit amarahmu terhadap hambamu ini, sebab tuanku adalah seperti Firaun sendiri. Tuanku telah bertanya kepada hamba-hambanya ini: Masih adakah ayah atau saudara kamu? Dan kami menjawab tuanku: Kami masih mempunyai ayah yang tua dan masih ada anaknya yang muda, yang lahir pada masa tuanya; kakaknya telah mati, hanya dia sendirilah yang tinggal dari mereka yang seibu, sebab itu ayahnya sangat mengasihi dia. Lalu tuanku berkata kepada hamba-hambamu ini: Bawalah dia ke mari kepadaku, supaya mataku memandang dia. Tetapi jawab kami kepada tuanku: Anak itu tidak dapat meninggalkan ayahnya, sebab jika ia meninggalkan ayahnya, tentulah ayah ini mati. Kemudian tuanku berkata kepada hamba-hambamu ini: Jika adikmu yang bungsu itu tidak datang ke mari bersama-sama dengan kamu, kamu tidak boleh melihat mukaku lagi. Setelah kami kembali kepada hambamu, ayahku, maka kami memberitahukan kepadanya perkataan tuanku itu. Kemudian ayah kami berkata: Kembalilah kamu membeli sedikit bahan makanan bagi kita. Tetapi jawab kami: Kami tidak dapat pergi ke sana. Jika adik kami yang bungsu bersama-sama dengan kami, barulah kami akan pergi ke sana, sebab kami tidak boleh melihat muka orang itu, apabila adik kami yang bungsu tidak bersama-sama dengan kami. Kemudian berkatalah hambamu, ayahku, kepada kami: Kamu tahu, bahwa isteriku telah melahirkan dua orang anak bagiku; yang seorang telah pergi dari padaku, dan aku telah berkata: Tentulah ia diterkam oleh binatang buas, dan sampai sekarang aku tidak melihat dia kembali. Jika anak ini kamu ambil pula dari padaku, dan ia ditimpa kecelakaan, maka tentulah kamu akan menyebabkan aku yang ubanan ini turun ke dunia orang mati karena nasib celaka. Maka sekarang, apabila aku datang kepada hambamu, ayahku, dan tidak ada bersama-sama dengan kami anak itu, padahal ayahku tidak dapat hidup tanpa dia, tentulah akan terjadi, apabila dilihatnya anak itu tidak ada, bahwa ia akan mati, dan hamba-hambamu ini akan menyebabkan hambamu, ayah kami yang ubanan itu, turun ke dunia orang mati karena dukacita. Tetapi hambamu ini telah menanggung anak itu terhadap ayahku dengan perkataan: Jika aku tidak membawanya kembali kepada bapa, maka akulah yang berdosa kepada bapa untuk selama-lamanya. Oleh sebab itu, baiklah hambamu ini tinggal menjadi budak tuanku menggantikan anak itu, dan biarlah anak itu pulang bersama-sama dengan saudara-saudaranya. Sebab masakan aku pulang kepada ayahku, apabila anak itu tidak bersama-sama dengan aku? Aku tidak akan sanggup melihat nasib celaka yang akan menimpa ayahku." -- Kejadian 44:1-34

Tindakan Yusuf terhadap para saudaranya menunjukkan sifat kasih sejati. Kasih sejati tidak menyimpan kesalahan orang. Kasih sejati tidak juga mengobral pengampunan tanpa menginginkan agar pihak yang bersalah menyadari kesalahan, mengakui, berubah (bertobat) untuk akhirnya menghargai pengampunan yang diberikan. Hal-hal inilah yang terlihat dalam sifat kasih Yusuf melalui berbagai tindakannya.
Ia memerintahkan para pegawainya diam-diam menaruh uang pembayaran mereka. Tindakan ini sama seperti di kunjungan pertama mereka. Ini sebenarnya sikap dan tindakan kebaikan Yusuf, namun kasih yang dilimpahkan kepada orang bersalah justru menimbulkan kegentaran. Langsung mereka menafsirkan itu sebagai teguran Allah (42:28; lih. Rm. 12:19-21). Kasih dan kebaikan dapat menggoncang dan membangkitkan rasa bersalah dan insyaf pada orang yang berbuat salah. Sebaliknya pembalasan tidak dapat menghasilkan dampak pertobatan.
Bukan saja uang mereka dikembalikan, tetapi Yusuf mengatur agar piala minumannya disembunyikan dalam karung gandum Benyamin. Kemudian para pegawainya mengejar dan menuduh bahwa mereka telah membalas kebaikan dengan kejahatan. Ia tidak sedang membuat perangkap dan tuduhan palsu untuk membalas kejahatan yang telah ia tanggung dulu. Sebab bila demikian tentu piala itu bukan ditaruh di karung Benyamin tetapi di karung saudaranya yang lain. Dengan ditaruhnya piala itu di karung Benyamin, maka terbukalah kondisi hati para saudaranya di hadapan Yusuf. Benyamin yang jelas dimanja oleh Yakub sebagai pengganti Yusuf, tidak menerima sikap perlakuan iri atau benci seperti sikap mereka dulu kepada Yusuf. Sebaliknya kini mereka bukan saja gigih mempertahankan integritas mereka, tetapi juga membela Benyamin.
Yehuda kini kembali tampil. Ia mengakui bahwa Allah sudah membongkar kesalahan mereka. Karena jelas Benyamin tidak mencuri, maka secara tidak langsung ini adalah pengakuan tentang dosa mereka dulu terhadap Yusuf (16b). Ia juga benar-benar melaksanakan janjinya kepada Yakub untuk menjamin Benyamin, dengan menawarkan diri menjadi ganti Benyamin untuk dihukum oleh Yusuf. Yusuf kini menemukan adanya kesadaran, tanggungjawab, kesatuan pada para saudaranya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar