Kamis, 16 November 2017

Kemuliaan Yusuf

Kemudian pergilah Yusuf memberitahukan kepada Firaun: "Ayahku dan saudara-saudaraku beserta kambing dombanya, lembu sapinya dan segala miliknya telah datang dari tanah Kanaan, dan sekarang mereka ada di tanah Gosyen." Dari antara saudara-saudaranya itu dibawanya lima orang menghadap Firaun. Firaun bertanya kepada saudara-saudara Yusuf itu: "Apakah pekerjaanmu?" Jawab mereka kepada Firaun: "Hamba-hambamu ini gembala domba, baik kami maupun nenek moyang kami." Lagi kata mereka kepada Firaun: "Kami datang untuk tinggal di negeri ini sebagai orang asing, sebab tidak ada lagi padang rumput untuk kumpulan ternak hamba-hambamu ini, karena hebat kelaparan itu di tanah Kanaan; maka sekarang, izinkanlah hamba-hambamu ini menetap di tanah Gosyen." Lalu berkatalah Firaun kepada Yusuf: "Ayahmu dan saudara-saudaramu telah datang kepadamu. Tanah Mesir ini terbuka untukmu. Tunjukkanlah kepada ayahmu dan kepada saudara-saudaramu tempat menetap di tempat yang terbaik dari negeri ini, biarlah mereka diam di tanah Gosyen. Dan jika engkau tahu di antara mereka orang-orang yang tangkas, tempatkanlah mereka menjadi pengawas ternakku." Yusuf membawa juga Yakub, ayahnya, menghadap Firaun. Lalu Yakub memohonkan berkat bagi Firaun. Kemudian bertanyalah Firaun kepada Yakub: "Sudah berapa tahun umurmu?" Jawab Yakub kepada Firaun: "Tahun-tahun pengembaraanku sebagai orang asing berjumlah seratus tiga puluh tahun. Tahun-tahun hidupku itu sedikit saja dan buruk adanya, tidak mencapai umur nenek moyangku, yakni jumlah tahun mereka mengembara sebagai orang asing." Lalu Yakub memohonkan berkat bagi Firaun, sesudah itu keluarlah ia dari depan Firaun. Yusuf menunjukkan kepada ayahnya dan saudara-saudaranya tempat untuk menetap dan memberikan kepada mereka tanah milik di tanah Mesir, di tempat yang terbaik di negeri itu, di tanah Rameses, seperti yang diperintahkan Firaun. Dan Yusuf memelihara ayahnya, saudara-saudaranya dan seisi rumah ayahnya dengan makanan, menurut jumlah anak-anak mereka.  -- Kejadian 47:1-12

Sejak awal kehidupan Yusuf kita sudah melihat tumbuhnya kemuliaan dengan segar. Kini ketika ia mengurusi kediaman keluarga asalnya, satu persatu kemuliaan dirinya terpampang indah. Sukar dapat kita bayangkan bahwa seorang dari keluarga kaum gembala, melalui tempaan berat menjadi budak dan tahanan penjara, sanggup memperlihatkan kemuliaan seperti ini:
Pertama, ia melaporkan kedatangan keluarga asalnya itu kepada Firaun. Yusuf orang kepercayaan Firaun, tetapi ia adalah bawahan Firaun. Ia meminta izin untuk keluarga asalnya tinggal di Mesir. Kedua, Yusuf memperkenalkan para saudaranya kepada Firaun. Tindakannya ini telah melampaui kebaikan dan kasihnya yang telah mengampuni mereka. Kini kepada penguasa dunia, Yusuf memperkenalkan dan mengakui mereka sebagai saudaranya. Tidak ada sedikit pun dendam atau luka dalam hati Yusuf. Seperti halnya Kristus telah membenarkan kita yang berdosa di hadapan Bapa, demikian Yusuf memperlakukan mereka sebagai saudaranya. Tanpa embel-embel keterangan buruk masa lalu mereka. Karena sikapnya ini, saudaranya mendapatkan pekerjaan tetap menjadi gembala ternak Firaun.
Ketiga, sesudah memperoleh pernyataan Firaun yang mempersilakan mereka tinggal di tanah Gosyen, Yusuf membawa Yakub, ayahnya. Luar biasa tindakan Yusuf! Firaun ia perlakukan sebagai rajanya, sebagai penguasa dunia waktu itu. Kini ia memperlakukan Yakub ayahnya sebagai wali yang melaluinya berkat-berkat Allah dialirkan. Ia meminta agar Yakub memberkati Firaun. Firaun adalah raja dunia, tetapi Yakub adalah orang pilihan Allah yang melaluinya berkat-berkat Allah mengalir dan mewujud untuk dunia ini. Yusuf menempatkan kuasa dunia di bawah kuasa ilahi. Pernyataan Yakub untuk Firaun mengandung nubuat penting bagi Firaun juga bagi kita. Ia menyebut perjalanan hidupnya sebagai “hari-hari,” menegaskan tentang kesementaraan hidup ini. Hidup di dunia ini untuknya adalah “pengembaraan” sebab semua kita seharusnya fokus kepada sasaran hidup berjumpa Pencipta dan Penyelamat kita kelak. Ia menyebut bahwa dibanding para bapa leluhur lain, hidupnya penuh penderitaan. Namun, babakan akhir hidupnya berubah total. Ia menikmati kebahagiaan karena putranya, Yusuf telah menjadi alat penyelamat dari Allah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar