Jumat, 21 Juni 2013

Melankolia

Dengan nyaring aku berseru kepada Allah; dengan nyaring aku berseru, dan Ia mendengar aku... Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala. Aku hendak menyebut-nyebut segala pekerjaan-Mu, dan merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu. Ya Allah, jalan-Mu adalah kudus! Allah manakah yang begitu besar seperti Allah kami? Engkaulah Allah yang melakukan keajaiban; Engkau telah menyatakan kuasa-Mu di antara bangsa-bangsa. - Mazmur 77:1, 12-15

Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? - Roma 8:31-32

Kita tidak selalu berada di kemuncak bukit keceriaan dan kegembiraan. Terkadang dan tidak jarang suasana hati mendung, pedih, kecil hati dst. kita alami. Entah itu disebabkan oleh peristiwa buruk di luar, atau suasana batin yang kait-mengait sebabnya sering terlalu rumit untuk dapat kita urai. Yang jelas, seperti Mazmur 77 ini kita bisa mengalami "melankolia" dan mendung jiwa. Bagaimana kita harus menjalaninya?
 
Doa, itulah hal pertama "pelarian" pemazmur. Sejak awal di ayat 1 ia membulatkan hati untuk mencari Allah dalam doa. Kesusahan dalam hati dan suasana hidup tidak boleh dizinkan untuk kita menjauh dari Allah. Dalam doa ada tempat untuk kejujuran - mengakui kegundahannya, mengeluhkan kegalauan bahwa Alah jauh dan tak peduli, mencurahkan kekhawatiran bahwa Allah berubah kasih setia.
 
Ketika membuka diri itu pemazmur mendapatkan kekuatan untuk mengingat-ingat berbagai perbuatan ajaib Tuhan di masa lalu. Dalam perenungan itu terjadilah pembaruan iman akan keperkasaan Allah, kebesaran, penyelamatan dan penyertaan-Nya yang telah umat alami. Semua perkara besar historis itu datang dari Allah meski jejak-Nya tidak kelihatan (ay 20). Karena ia (pemazmur yang sedang melankolis) adalah bagian dari umat yang dituntun, maka dalam keadaan melankolia pun sebenarnya ia sedang dituntun Allah. Sebab tidak ada keadaan apa pun di luar - politis, ekonomi, sosial, relasi, dlsb; atau di dalam - turun naik jiwa - yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah dalam Kristus Yesus. (Ini kesimpulan yang tidak dituangkan dalam Mazmur 77 tetapi yang bisa kita alami seperti dalam lanjutan kutipan Roma 8 di atas).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar