Kamis, 20 Juni 2013

Nazar

Bernazarlah dan bayarlah nazarmu itu kepada TUHAN, Allahmu! Biarlah semua orang yang di sekeliling-Nya menyampaikan persembahan kepada Dia yang ditakuti, - Mazmur 76:12
 
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. - Roma 12:1-2
 
Dalam pengalaman pemazmur, alasan untuk menggenapi nazar (janji memberi korban syukur dalam berbagai wujudnya) banyak sekali:
1. di antara begitu banyak bangsa waktu itu, hanya kepada Israel Allah memperkenalkan Nama-Nya.
2. sementara mereka harus menghadapi berbagai peperangan, Allah diam (bertabernakel) di antara mereka dan mencukupi kebutuhan hidup dan keamanan mereka.
3. sepanjang perjalanan mereka menuju tanah perjanjian, mereka menyaksikan Allah sepenuhnya mengendali alam dan kekuatan bangsa-bangsa demi mengayomi umat-Nya itu.
 
Dalam Roma 12 (era Perjanjian Baru kita kini, hanya satu alasan tunggal yang jauh melampaui semua alasan tadi: DEMI KEMURAHAN ALLAH - bagaimanakah kita menjabarkan alasan ini baik secara teologis maupun secara eksperential? Perlu penelusuran seluruh sebelas pasal terdahulu untuk kita memiliki penglihatan lebih baik tentang apa dan bagaimana kemurahan Allah untuk hidup kita itu terjadinya.
 
Dan karena satu alasan dahsyat itu - seyogianya nazar kita adalah mempersembahkan tubuh seutuhnya, yaitu hidup seutuhnya dalam segala kekayaan aspek dan pengalamannya, dalam bentuk ternyatanya yang bersumber dari kondisi batin terdalam dan ter-riil. Sebab, kita adalah milik-Nya karena harga tebusan yang mahal yaitu darah-Nya.
 
Maka, membayar nazar berbentuk pesembahan hidup sebenarnya hanyalah mengakui dan mengambil langkah sepadan dengan apa yang Yesus telah lakukan demi kita. Dan, nazar serta pwujudannya itu wajar harus terjadi sepanjang hidup, sebab tubuh adalah manifestasi hidup kita. Maka, sepanjang hidup mencakup segala ungkapannya meliput segala daya hidup yang darinya ia berasal, perlu senantiasa ditujukan, dikuduskan, diakui sebagai milik sang Pembeli hidup kita dari perbudakan dosa dan kesia-siaan.
 
Selamat hidup sebagai kurban yang hidup dan kudus!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar